07

19 3 0
                                    

Yuhuuuu!!!!
Wellcome aku kembali lagi ni hehe.

Dalam perjalanan pulang usai membeli Ice Cream Aca, kini Aca sedang terlelap dipangkuan Asma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam perjalanan pulang usai membeli Ice Cream Aca, kini Aca sedang terlelap dipangkuan Asma.

Sesekali Andra melirik Aca, kemudian kembali fokus menatap jalanan.

"Oiya, kamu gak usah dengerin, Umi saya dan Kakak-kakak saya," celetuk Andra, ditengah keheningan.

"Gak kok pak, bapak tenang aja, gak mungkin juga pak Andra mau sama saya, saya juga sadar diri kali pak," jawab Asma langsung.

"Bagus, kalau kamu sadar," lanjut Andra, dengan wajah datarnya.

"Nyebelin banget jadi manusia," batin Asma, meresa jengkel terhadap bosnya itu.

Setelah tiba di rumahnya, Andra mengambil alih Aca dari pelukan Asma.

"Eh, Aca tidur yah." Saida berjalan cepat menuju ke Andra.

"Tidurin di kamar aja Ndra," titah Saida.

"Asma, bantuin kakak dong dek, tolong ambilkan gelas di lemari paling pojok," pinta Zurra kepada Asma.

Asma, mengangguk tersenyum dan langsung mengambil beberapa gelas.

"Ni kak, gelasnya." Asma meletakan gelas-gelasnya di meja makan.

"Makasih, Asma," ucap Zurra.

Karena sebentar lagi waktu dzuhur tiba, Zurra terlebih dahulu menyiapkan makanan dimeja, agar setelah sholat langsung makan.

"Kak Zurra sama Kak Saida, setiap minggu jenguk Umi ke sini ya kak?" tanya Asma, seraya meletakkan piring-piring pada tempatnya.

"Iyaa, soalnya dulu janji sebelum menikah harus datang minimal seminggu sekali," jawab Zurra. Asma hanya mangut-mangut setelah mendengar jawaban Zurra.

Usai sholat Dzuhur mereka makan siang bersama, "jadi gimana Asma? Kamu udah siap kalau lusa kita datang kerumah?" tanya Atqan membuat Asma yang sedang minum tersedak, pun dengan Andra yang langsung mengerutkan keningnya.

"Bang, apasih!" gerutu Andra.

"Loh, tapi Abah yang bilang sama Umi," lanjut Atqan.

"Iyaa, Ndra. Umi sama Abah juga udah setuju, kita juga setuju semua kok," sahut Zurra.

Andra tidak bisa berkutik lagi, ia bagai diserang, ia hanya memilih diam saja, karena pernikahan ini pasti terjadi kalau Asma tidak menolak, Andra tidak mungkin menolak permintaan Uminya.

"M-maksudnya, gimana?" Asma, kaget dan bingung.

"Udah, kamu tenang aja," bisik Saida yang duduk di sisi kiri Asma.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Persimpangan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang