☁️ 3.2 [End]

5.9K 1K 630
                                    

"When you look at me, when you smile a little, I can't help but smile along with you."— Day6 (even of day)




Terima kasih juga karena bertepatan dengan post chapter terakhir, unmade plan udah sampai 100k views/readers. Thank you so much!!!














•••

Sejak matahari masih bersembunyi, Sona sudah disibukkan dengan kegiatannya memasak di dapur. Sementara sang istri menyiapkan sarapan, di kamar, Minho sibuk membantu Lee Hari untuk bersiap-siap pergi sekolah. Putrinya itu tumbuh semakin tinggi, hingga kini Minho tak perlu membungkuk lagi untuk merapihkan seragam Hari. Bocah itu sudah duduk dibangku kelas dua sekolah dasar sekarang. Waktu berlalu begitu cepat, bukan?

"Suka?" tanya Minho setelah menempelkan sebuah jepitan berbentuk bunga daisy pada ikatan rambut Hari. Keterampilan Minho menata rambut Hari juga semakin membaik—tentunya berkat omelan Hari dan Sona.

"Suka! Terima kasih, Papa." Minho tersenyum, lalu merapihkan poni depan Hari sebagai sentuhan terakhir.

"Cantiknya," puji Minho. "Pergi ke ruang makan ya, Mama sudah buatkan makanan untuk Hari disana. Tanya Mama juga kalau ada yang perlu dibantu ya? Papa ke kamar adik kamu dulu," pinta Minho yang langsung dituruti Hari.

Anak itu berlari kecil menuju dapur dengan langkah besar, sementara ia pergi ke kamar untuk menyapa anak keduanya yang masih berusia satu setengah tahun. Ya, ada anggota baru dikeluarga ini.

"Lee Minhee? Sudah bangun?" Minho menghampiri putranya yang dia panggil dengan sebutan Minhee. "Pintar sekali, nggak nangis!"

Bayi itu sedang terduduk sambil menatap keluar jendela dengan pikiran kosong. Begitu mendengar pintu terbuka bersama dengan suara Minho yang memanggilnya, dia langsung bertepuk tangan kegirangan. Seolah menyambut kedatangan Minho.

"Nungguin Papa ya ternyata? Kok senang banget?" Minho ikut tertawa karena tingkah bayi itu. Dengan hati-hati dia mengangkat sembari menciumi pipi Minhee yang gembul, lalu membawanya keluar kamar.

"Ap-pap. Apap!" Minhee memukul dada Minho, seolah memberi tau dunia luar kalau yang menggendong adalah Papanya.

"Iya, Papa. Kalau yang itu? Siapa?" tanya Minho begitu sampai di ruang makan.

"Mam-ma~"

"Hai, Minhee anak Mama! Pintar banget ya? Pagi-pagi nggak nangis! Kakak Hari juga pintar karena habis bantu Mama siapin makanan buat Papa," puji Sona dengan bangga.

"Oh ya? Hari siapin makanan ini buat Papa?" tanya Minho seraya duduk di kursi, dengan Minhee yang masih berada dipelukannya.

Yang dipuji lantas tersipu malu. "Iya. Papa, selamat makan!"

"Terima kasih, Nak." Minho mengusap lembut puncak kepala Hari. Setiap kali dia melakukan hal tersebut pada sang anak, Hari sangat senang seperti diberi mainan baru.

Setelah seluruh porsi bubur untuk sarapan siap, Sona bergegas menuju meja makan. Dia melepas apron lalu bersiap mengambil alih Minhee yang sudah sibuk mengacak dasi Minho. Namun, Minho menolak memberikan Minhee. Dia mengisyaratkan Sona untuk menghabiskan sarapannya terlebih dahulu.

Perlakuan seperti ini sebenarnya tidak terjadi satu atau dua kali saja, melainkan sudah seperti kebiasaan. Ketika Sona bertugas memasak, maka Minho secara otomatis mengambil alih mengurus anak-anak. Mulai dari persiapan Hari berangkat sekolah sampai menjaga Minhee ditengah-tengah kegiatannya menyantap sarapan.

unmade plan • lee knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang