Extra Time : Hajimete no Otsukai

508 55 5
                                    

"Otou-san jatuh? Hn, aku segera ke sana. Sarada? Ya, aku akan membawanya"

Wajah pria itu pucat pasi setelah mendengar suatu kabar. Kondisi ayahnya baru saja mengalami kemajuan signifikan satu bulan belakangan. Sayangnya psikis yang membaik tak didukung tubuh rentanya.

"Doushite yo?" tanya Sarada penasaran ketika papanya gagal memacu mobil menuju rumah.

"Kakek jatuh saat berada di halaman"

"Hounto? Kita harus segera ke sana! Sudah sudah tidak usah pulang segala"

"Hn"

Sasuke Uchiha menyukai semangat putrinya. Meski lelah setelah menghabiskan puluhan soal ujian kenaikan kelas, Sarada tak ingin hura-hura melepas penat. Ya, pria single parent tersebut telah menjanjikan hadiah liburan setelah ujian usai. Untunglah Sarada tak terlalu ambil pusing tentang itu. Dia akan menagih di lain hari.

Mobil hatchback berwarna hitam mengkilap melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Si anak perempuan terus memburu sang ayah. Wajahnya nampak gelisah.

"Lebih cepat lagi, Papa!"

"Sudah ada Sensei yang merawat. Kita berdoa agar Ojii-san tidak kenapa-napa ya"

"Uhm"

Sarada menyatukan kedua telapak tangan. Dalam hati ia berdoa pada Kami-sama. Harap-harap cemas dengan kondisi sang kakek. Sudah cukup untuk merasakan sakit akibat kehilangan.

Kau memang anak yang baik, puji Sasuke dalam hati. Ayah mandiri itu mengagumi sifat malaikat putrinya.

Setelah sampai di kediaman kakek satu-satunya, Sarada segera turun dari mobil. Tanpa dikomando, ia melesap ke kamar nomor dua menemui kakeknya. Fugaku Uchiha, meski tak mampu duduk sempurna, ia menampakkan ekspresi senang bukan kepalang.

"Ada masalah terkait persendian lutut yang bergeser. Selain itu juga ada kemungkinan benturan keras yang menyebabkan trauma pada tulang belakang. Fugaku-san butuh pemeriksaan lebih lanjut dengan citraan Xray"

Sasuke mengingat pemaparan dokter keluarga. Jika merujuk pada isyarat 'membawa ke rumah sakit' berarti kondisinya cukup serius. Mau tak mau ia harus melakukan segala cara agar Fugaku mau menurut.

Dengan hati-hati Sasuke memberi tawaran kepada sang ayah, "Otou-san mau ya dibawa ke rumah sakit? Nanti akan kupilihkan rumah sakit terbaik agar lekas sembuh"

"Tidak usah, nanti kalian repot. Aku kan sudah tua. Paling-paling sebentar lagi mati" cuap Fugaku enteng.

"Ojii-san!" tegas Sarada menegakkan badan, "Ojii-san tidak boleh bilang begitu! Nanti Sarada tidak mau berkunjung lagi"

"Tidak mau ya? Kakek juga tidak mau Sarada begitu" raut wajah Fugaku merengut, "jadi Ojii-san harus apa?"

"Aku mau Ojii-san menuruti Papa. Ne?" rayu Sarada seraya mengecup kakeknya.

"Baiklah pokoknya Sarada harus mengunjungi Kakek terus, ya?"

"Pasti!"

Sasuke bernapas lega. Dengan sedikit bujukan Sarada, Fugaku pun luluh. Bersama sang cucu yang terus menemani selama pemeriksaan, Fugaku mengikuti instruksi ini-itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sasuke di ruang tunggu rumah sakit.

"Fugaku-san terlalu bersemangat. Setelah Sarada sering berkunjung, beliau selalu berjalan-jalan ke pekarangan depan. Beliau bilang ingin menyambut Sarada" terang dokter keluarga Uchiha.

Sweetness in SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang