III.B : Ayah Hebat

1.4K 123 5
                                    

Pantulan bayangan seorang lelaki tampan nampak sedang menyisir rambutnya dari sebuah cermin. Warna rambut hitam alami yang diturunkan dari gen kedua orangtuanya memang sangat jelas. Sekelebat, rambut hitamnya yang tersibak memberikan kilau indigo.

Pria dewasa itu terus menatap refleksi dirinya. Rambutnya sudah cukup panjang. Sesekali ia memainkannya, membelit-belit beberapa helai rambut dengan jari telunjuk miliknya.

Rambutmu sangat indah, aku tak tega untuk memotongnya.

Sesaat kalimat itu terulang dalam benaknya. Ia hanya bisa memejamkan mata mengingat kenangan masa lalu. Sebuah kenangan yang ingin ia rasakan dengan nyata, bukan sebatas ilusi.

"Sasuke, ada apa?" cuap sang ibu yang sedang melihat putranya tengah terpaku di depan cermin, "maaf, Ibu kira tak ada orang di dalam karena pintu kamar mandinya terbuka"

"Iie, tak apa"

"Kalau dilihat-lihat, rambutmu memang sudah teramat panjang ya" celetuk Mikoto menyibakkan rambut bagian depan anaknya, "kalau sedikit lebih panjang lagi mungkin akan sama seperti Itachi"

Benar juga. Terakhir Sasuke memotong rambut ketika Sakura masih di sisinya. Istrinya itu sangat suka membenahi penampilan Sasuke. Sedikit saja rambut panjang, Sakura akan segera memangkasnya. Sasuke hanya tersenyum simpul memutar memori itu.

Aku memang sangat mengagumi rambutmu, tapi aku tak suka kalau jadi berantakan. Dia tak lagi indah.

"Ibu akan memotongnya nanti" imbuh Mikoto membuyarkan lamunan Sasuke. Sebenarnya ia tau jika Sasuke enggan, karena yang biasa melakukannya adalah Sakura.

"Hai, Okaa-san" Sasuke menyetujui tanpa membantah. Sebagai bentuk rasa hormat dan sayang, Sasuke tak pernah keberatan atas ucapan ibunya.

Mikoto membiarkan Sasuke berlalu. Ia paham susasana hati seperti apa yang dirasakan putranya. Tiga tahun sudah Sakura tiada, namun kegundahan Sasuke masih tetap tersisa. Sembari membesarkan Sarada, Sasuke kerap menangis secara sembunyi-sembunyi. Terkadang Mikoto mendengar isakan tangis dari kamar mandi saat Sasuke berada di dalam. Walau perasaannya begitu lemah, tapi Sasuke selalu bersikap kuat di depan Sarada.

"Duduklah. Ibu akan mengatur beberapa sisi yang tepat" instruksi Mikoto begitu Sasuke bersiap untuk potong rambut. Hanya butuh satu menit, Mikoto berhasil mengonsep potongan rambut baru Sasuke.

KRESS KRESS KRESS. Helai demi helai rambut raven Sasuke terpotong. Persatuan dua mata gunting berhasil memangkas rambut tebal Sasuke secara perlahan.

Kini rambut bagian depan Sasuke terpotong separuh. Ekspresi wajah yang sempat ia sembunyikan terlihat juga. Matanya nampak memerah. Napasnya juga mulai tersengal-sengal.

"Sasuke?" tanya Mikoto menyingkap ke atas rambut depan Sasuke. Rupanya air mata telah membasahi pipi Sasuke. Mikoto langsung mendekapnya.

"Cukup. A-aku tidak bisa" kata Sasuke terbata, "cara Ibu memperlakukanku. Sakura—"

Derai air mata Sasuke semakin deras. Putaran kisah di masa lalu bak terlintas di pikirannya. Mikoto adalah salinan Sakura, atau mungkin sebaliknya. Sakura telah menjadi sosok sempurna hasil foto copy seorang Mikoto. Sosok seorang istri yang berperan mirip seperti sang ibu.

Dulu, Sakura bahagia sekali saat mengetahui Sasuke mengungkapkan perasaan. Gadis berusia 19 tahun kala itu langsung meminta untuk dikenalkan pada anggota keluarga Sasuke. Pertemuan itu adalah pertemuan pertama antara Sakura dan Mikoto. Gadis yang positif, ramah, dan juga energik itu mampu membuat Mikoto jatuh hati pula. Kepribadian Sakura sangat mengasyikkan.

Hal pertama yang diajarkan Mikoto adalah cara memotong rambut. Kebetulan ketika itu rambut Sasuke lumayan panjang. Mata Sakura berbinar seketika. Mikoto lalu mempraktekkan langsung bagaimana memotong rambut yang tepat. Meski Sasuke malu, tapi ia menerima begitu saja. Layaknya seorang yang sedang kasmaran, Sasuke melakukan apapun yang diinginkan Sakura.

Sweetness in SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang