Singto hari ini pulang terlalu larut karena ikut menyiapkan pelantikkan ketua OSIS baru. Ia akan mengundurkan diri dari jabatan menjadi ketua OSIS selain karena ia haru segera mengikuti ujian nasional untuk kelulusannya tahun depan.
"Off gue balik dulu ya. Kalau kalian masih ada urusan disini jan lupa kelar langsung beresin biar besok nggak kerja dua kali" ingat Singto pada teman-temannya. Singto pulang duluan karena ia harus belajar. Mau gimanapun juga ia harus belajar agar ujian nanti ia bisa mendapatkan nilai yang memuaskan.
"buru-buru amat lo mau balik" ujar Off sambil meminum kopi yang ia seduh dikelas tadi.
"tau tuh,katanya mau have fun?" Tay ikut menanggapi.
"gue mau belajar buat ujian nanti" balas Singto sambil menggunakan sepatu.
"orang kalau ambis emang beda sih" Arm menimpali.
Singto mendengus."gue bukannya ambis. Tapi gue pengen bisa masuk kampus dan fakultas yang gue mau"
"kita bisa ngga ya satu kampus biar bisa bareng-bareng terus?" tanya Arm.
"tergantung! Kalau rajin belajar ya bisa aja" ujar Singto.
"yaudah kita balik aja kalau gitu terus belajar. Gue pengen masuk univ yang bagus juga"-Arm
"woi ini kita ngga jadi kumpul?" teriak Off.
"lo juga bego,balik terus belajar. Malah main mulu yang dipikirin" decak Tay.
Off mau tidak mau ikut teman-temannya pulang dengan bibir yang terus mendumal ia mengikuti temannya yang lain untuk pulang. Ia tidak mungkin disekolahan sendiri.
....
Singto telah sampai dirumahnya. Ia segera bergegas mandi lalu untuk makan malam bersama keluarganya.
"sayang,kapan kamu ujian?" tanya bunda Singto.
"ujian kelulusan masih tahun depan bun. Kalau bulan depan masih try out." Jawab Singto.
"lalu kamu mau melanjutkan kuliah dimana?" kini ayahnya Singto ikut bertanya.
"Singto maunya di Bandung aja biar belajar mandiri juga". Jawaban Singto membuat bundanya terkejut.
"kenapa harus di Bandung? Disini juga banyak universitas yang baguskan?" bunda Singto terlihat sekali tidak setuju anaknya kuliah jauh dari pantauannya.
Singto menganggukkan kepalanya."iya ma. Cuma Singto pengennya ngekos sendiri aja,biar ngga tergantung sama ayah bunda. Singto udah gede bun"
"bunda nanti kesepian. Kamu tega liat bunda sendirian dirumah?" Singto tersenyum melihat bundanya.
"disinikan ada ayah yang nemenin bunda. Bandung Jakarta juga ngga begitu jauh,nanti Singto usahain kalau libur pulang ke Jakarta buat nengokin bunda ya" bujug Singto.
"udah biarin aja,mungkin Singto pengen ngerasain suasana baru. Dia juga mau belajar mandiri jadi ngga ada salahnya juga. Tapi inget,kamu kalau jauh dari orangtua ngga boleh aneh-aneh,ngga boleh jadi anak liar. Paham?" kata ayah Singto.
Singto tersenyum dan menganggukkan kepalanya."iya Singto janji. Singto ngga akan ngecewain ayah sama bunda."
Mau tidak mau mereka harus melepaskan anak semata wayangnya untuk melanjutkan studinya diluar kota. Mereka juga tau Singto anaknya sulit untuk dibantah apa lagi jika menurutnya baik Singto akan tetap ada pada keputusannya.
.....
Paginya harinya seperti biasa ia berangkat sekolah menaiki mobil pribadinya. Ia sudah diijinkan membawa mobil sendiri kesekolah oleh ayahnya. Karena Singto tidak mau diantar jemput sopir. Selagi ia mampu dan bisa menyetir mobil sendiri,kenapa engga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Nipple Sensitive (SingKit)
FanfictionKrist mempunyai rasa sensitive diputing atau area dadanya. Makanya ia benar-benar menghindari orang yang memegang dadanya. Tapi bagaimana jika ia justru ketagihan dengan rasa yang membuatnya merasa seperti ada yang terbang didalam perutnya?