Part 11

3.4K 291 35
                                    

Singto tidak masuk sekolah pasca kejadian dahinya terbentur hingga berdarah. Ia dilarang untuk masuk sekolah dulu oleh bundanya. Singto anak kesayangan karena Singto adalah anak semata wayang mereka.

"Singto,kamu mau makan apa nak?" tanya Bunda.

Singto sendiri hanya tiduran dikasur sambil melihat bundanya yang sibuk membereskan meja belajarnya.

"bunda hari ini masak apa? Aku makan apa aja asal masakan bunda aku udah seneng." Jawab Singto.

Bunda Singto mendekati anaknya yang terbaring diranjang lalu menggenggam tangan anaknya dengan sayang."kamu masih pusing engga? Kalau iya,bunda mau nganter kamu kerumah sakit buat periksain dahi kamu. Kamu lain kali hati-hati,jangan bahayain diri kamu sendiri." Ujar bundanya. Bunda Singto itu tipikal bunda bawel ke anaknya. Maklum,Singto anak tunggal jadi dimanja.

"bundaa,Singto baik-baik aja kok. Jangan berlebihan gitu. Inget,Singto itu cowok jadi kuat. Ngga cengeng." Kata Singto dengan ekspresi cemberut karena bundanya selalu berlebihan padanya.

"kamu tetep anak kecil dimata bunda,jadi bunda ngga mau kalau kamu sakit apalagi sampai terluka kaya gini." Bunda Singto mengusap rambut kepala anaknya dengan sayang.

Singto tersenyum lalu menggenggam tangan bundanya."makasih bunda udah sayang dan pengertian ke Singto. tapi inget ya bunda kalau Singto itu udah dewasa,bentar lagi Singto juga udah masuk universitas"

Bunda Singto hanya terkekeh mendengar ucapan anaknya."iya iya bunda inget kok. Ohiya,pacar kamu gimana. Katanya kamu udah punya pacar?".

Pertanyaan tiba-tiba bundanya membuat Singto terdiam.

"Singto udah putus bun hampir satu bulan ini".

"kenapa?". Tanya bundanya dengan penasaran.

"Singto mau fokus ujian buat kelulusan." Kata Singto,pelan.

"masa sih? Kayanya dulu kamu selalu bilang kalau punya pacar pas ujian tuh bikin nambah semangat?".

"Salma ngga bikin aku semangat."

Bundanya lalu menatap anak semata wayangnya dengan penasaran."nggak bikin semangat gimana?"

Singto menghela nafasnya."bunda taukan aku ketua osis,tapi masa pacarku ngga pernah mentaati peraturan yang dibuat sama sekolahan."

"maksudnya dia suka telat?".

"kalau telat Singto bisa kasih toleransi. Tapi dia itu batu banget. Dia masih sekolah di SMA tapi pakaian seragamnya nggak memperlihatkan dia seorang siswa terpelajar. Bajunya super ketat,rokpun pendek diatas lutut. Sukanya cari gara-gara terus,Singto gak bisa sama cewek kaya gitu." Terang Singto.

Bundanya menganggukkan kepalanya paham dengan cerita anaknya."bener sih. Kamu ketua osis juga,kalau pacar kamu kaya gitu sama aja mencoreng nama kamu. Tapi kamu selama pacaran sama dia ngga pernah ngapa-ngapainkan?". Tanya bunda Singto dengan tatapan curiga.

"engga kok. Kita Cuma pacaran aja."

"masa sih?". Tanya bundanya dengan tatapan tidak percaya.

Singto nyengir kearah bundanya."sekali bund aku remes dada dia aja terus udah,sumpah deh." Ucapan Singto membuat bundanya mendelikkan matanya kaget.

Tangannya dengan reflek menjewer telinga Singto,hingga membuat Singto memekik."yaampun Singto,siapa yang ngajarin kamu kaya gitu? Cewek senakal apapun ngga boleh dipegang diarea privasinya dia". Omel bundanya Singto.

"tapi teteknya dia ngga diprivasi bund". Jawab Singto dengan polos membuat bundanya memijat keningnya.

"a-astaga Sing,siapa yang ngajarin kamu kaya gitu?".

Nipple Sensitive (SingKit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang