Krist dan Singto sengaja keluar untuk pergi berkencan. Kebetulan hari ini adalah malam minggu jadi mereka berencana satnight seperti pasangan lain yang berkencan menghabiskan waktu bersama-sama.
Krist tidak berhenti untuk tersenyum saat membayangkan saat ia berjalan berdua sambil bergandengan tangan dengan Singto. Singto yang melihatnya mendengus."lo kenapa sih senyum-senyum terus? Udah gila ya?."
Mendengar ucapan Singto membuat senyum Krist luntur."kakak jahat banget sih ngomongnya,aku senyum itu tandanya bahagia karena jalan-jalan sama kakak, bukan gila ya."
"lebay lo ah". Balas Singto.
"kok lebay sih? Faktanya kakak doang yang bikin aku bahagia gini,aku jalan sama kakak nyaman banget soalnya."
Blush
"tahan Singto,lo ngga boleh senyum." Batin Singto saat mendengar ucapan Krist yang membuat hatinya berdesir. Ia sangat senang jika Krist bisa merasa nyaman saat pergi berdua bersamanya.
"tapi aku sedih soalnya nanti aku ngga ketemu kakak lagi kalau kakak udah kuliah,kan kita jauhan." Krist berbicara dengan ekspresi sedihnya.
"Jakarta ke Bandung tuh deket,gue juga bakal balik jenguk orangtua gue. Jadi lo ngga usah lebay gitu."
Kini mereka sudah sampai dipasar malam yang sedang ada di Jakarta. Cukup ramai karena banyak orang yang datang untuk mencoba semua wahana yang ada.
"kakak..." panggil Krist saat ia berada dibelakang Singto. Singto ini ngga romantis banget,masa jalannya depan belakang kek orang lain.
Singto yang mendengar jika dirinya dipanggil langsung menghentikan langkahnya.
Lalu ia bertanya dengan wajah tidak berdosanya."kenapa?.''
"kakak harusnya gandeng tangan aku,kenapa aku malah ditinggal dibelakang?." Sungut Krist,kesal.
"lo kan ngga buta atau lumpuh,kenapa kudu gue gandeng?." Tanya Singto lagi.
Krist menganga tidak percaya mendengar pertanyaan bodoh Singto. Deuh,untung sayang."please ya kak,aku minta digandeng bukan karena aku buta atau lumpuh! Amit-amit itu mah,tapi aku pengennya digandeng sama kakak biar romantis. Liat tuh,mereka pada gandengan." Krist menunjuk orang-orang yang berjalan sambil bergandengan tangan.
Singto mengangkat bahunya cuek."lo mau jalan atau gue tinggal?."
"mau digandeng.." jawab Krist.
Singto mendengus lalu mengulurkan tangannya,Krist langsung tersenyum lebar dan meraih tangan milik Singto untuk digenggam. Mereka berjalan beriringan dengan senyum lebar karena bahagia.
"kakak... naik bianglala yuk. Mau ngga?." Tanya Krist dengan nada riangnya.
Singto dengan cepat langsung menolak."nggak! kita jalan-jalan aja disini,ngga usah naik ini,naik itu."
Krist langsung cemberut mendengar jawaban Singto."kakak kok gitu? Aku mau naik bianglala,kalau kakak ngga mau yaudah biar aku naik sendiri aja."
Singto hanya bisa menghela nafasnya saat lagi-lagi ia tidak bisa menolah permintaan Krist.
"yaudah ayo kita naik,awas aja ya sampai nanti lo diatas teriak-teriak ketakutan." Ledek Singto pada Krist. Tapi Krist hanya memberikan senyum miring saat Singto meledeknya.
"kalau aku ngga teriak-teriak kakak jadi uke aku ya."
Singto langsung menoyor kepala Krist."enak aja lo! Gue tetep seme ya,gamau jadi uke lo."
Krist langsung cemberut."tapi aku pengen sekali-kali ngerasain jadi seme."
"lo mau jadi seme?." Tanya Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nipple Sensitive (SingKit)
FanfictionKrist mempunyai rasa sensitive diputing atau area dadanya. Makanya ia benar-benar menghindari orang yang memegang dadanya. Tapi bagaimana jika ia justru ketagihan dengan rasa yang membuatnya merasa seperti ada yang terbang didalam perutnya?