Disclaimer : Cerita ini hanyalah fiksi belaka, dan bukan kisah asli sang tokoh. Jadi mohon membaca dengan bijak
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan tokoh, informasi, tempat, dan lainnya. Semua kritik dan saran akan diterima dengan baik.
Happy reading 🤍
••••••
Wajah yang lesu, rambut kusut, dan raut muka yang masam.
Seperti itulah keadaan seorang Rissa. Yang masih tenggelam di dalam kasur, menatap datar layar MacBook nya. Terpampang jelas wajah teman-temannya serta sang guru yang masih terus nyerocos menjelaskan materi pelajaran sejarah hari ini.
Berbeda dengan Rissa yang memilih offcam karena keadaannya yang tengah tidak karuan, karena sejak ia bangun ia belum bangkit sama sekali dari kasurnya.
"Rissa? Rissa tolong on cam! Kamu tidur ya?"
Mata nya yang semula merem melek menahan kantuk itu berubah segar seketika setelah mendengar Bu Agit memanggil namanya sedikit keras.
Segera ia menghidupkan mic nya dan mulai berbicara.
"E-eh, enggak Bu! Saya gak ngantuk, tapi cuma baru bangun aja," Ucapnya asal jeplak.
Sontak semua yang terlihat di layar tertawa mendengar pengakuan Rissa yang terlalu jujur.
"Tch, dasar kamu. Cepat bangkit dari kasurmu itu, terus cuci muka," Tegur Bu Agit.
Sebenarnya Bu Agit bukanlah sosok yang galak atau killer. Hanya saja beliau memang peduli dengan keaktifan siswanya, terlebih lagi saat sedang sekolah daring begini.
Bagaimanapun, Siswa harus mempertahankan nilainya meski berada di masa yang sulit untuk bertatap muka seperti sekarang.
"Siap Bu, laksanakan. Otw ni otw,"
Segera Rissa ke kamar mandi dan membersihkan mukanya, tak lama kemudian ia kembali untuk mengikuti pembelajaran.
"Bu, saya comeback! Yok lanjut," Ucapnya santai tak merasa bersalah dan segera membenarkan posisi duduknya.
"Oke, berhubung jam saya sudah habis. Untuk tugas di rumah, kalian tolong cari biografi tokoh revolusioner ya. Ibu tunggu sampai jam 12 malam nanti,"
"Baik Bu," Ucap Rissa sambil menghela napas malas.
Yaela tugas lagi tugas lagiiiii, lama-lama gue bisa bikin gunung Rinjani nih gegara kebanyakan tugas!
"Baik, sekian dari saya. Tetap semangat--"
"Jangan stress, patuhi protokol kesehatan," Sahut Rissa dengan nada malas menirukan tagline Bu Agit ketika akan mengakhiri kelas daring yang memang sudah dihafalnya betul.
"Haha, nah betul Rissa. Oke, semangat terus, wassalamu'alaikum wr.wb,"
Setelah ucapan terimakasih dan salam, semua siswa termasuk Rissa keluar dari zoom meeting.
Bukannya segera mengerjakan tugasnya, gadis tomboy itu malah melanjutkan kegiatan rebahannya di kasur empuk dengan terpaan pelan udara AC yang membuatnya semakin enggan untuk bangkit.
Hah, Rissa sangat bersyukur lahir di zaman serba modern seperti ini. Ketika cuaca sedang panas panasnya, ia tinggal memencet satu tombol dan angin sejuk dari mesin persegi panjang di ujung sana pun keluar dengan mudahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH YANG BELUM USAI | PIERRE TENDEAN ✔️ [REVISI]
Fanfic[END] (Cerita ini belum sempurna dan masih banyak revisi, jadi harap maklum kalau ada alur atau bagian yang membuat bingung pembaca. Akan segera diperbaiki secepatnya 🙏🏻) ~ Cerita Fiksi Kapten Pierre Tendean Cinta adalah sebuah emosi yang kuat dan...