Api Cemburu

929 89 10
                                    

Disclaimer : Cerita ini hanyalah fiksi belaka, dan bukan kisah asli sang tokoh. Jadi mohon membaca dengan bijak

Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan tokoh, informasi, tempat, dan lainnya. Semua kritik dan saran akan diterima dengan baik.

Happy reading 🤍

Judul lagu : Pengisi Hati - Villa sebelah

•••••

Suara seorang wanita tiba-tiba mengalihkan pusat pandanganku dari kumpulan anak-anak yang tengah berkerumun untuk mendapatkan coklat.

Wanita si pemilik suara tadi tengah berlari ke arahku dengan mata berbinar, bahkan setitik air mata jatuh ke pipinya. Suara itu, adalah suara yang memang sudah sangat kunanti kehadirannya untuk tertangkap di telingaku sebagai pelepas rindu.

Aku tersenyum simpul setelah ia benar-benar berada di hadapanku, ku usap pucuk kepalanya dan kuhapus air matanya.

Tanganku terbuka, mempersilahkannya untuk tenggelam ke dalam pelukanku.

Tanpa pikir panjang wanita itu memelukku erat seperti tak ingin melepaskannya lagi.

"Akhirnya Mas Pierre kembali," Aku mengusap lembut pucuk kepalanya dan mengecup rambut harumnya itu.

"Iya, saya kembali Rukmini,"

"Saya begitu merindukan kamu,"

~~~

"Ayo, diminum Nak," Ujar Ambar menyuguhkan segelas teh dan segelas kopi untuk dua lelaki yang duduk di ruang tamu.

"Terimakasih, Ibu," Ucap Pierre dengan begitu sopan.

"Jadi, kenapa kamu kemari?" Tanya Pranoto kepada pemuda yang duduk di hadapannya.

"Saya kemari ingin membuat sebuah kepastian," Ucapnya tegas, dengan tatapan meyakinkan.

"Kepastian apa?"

"Saya berencana akan melamar Rukmini," Ucap Pierre, tanpa ada keraguan atau cekatan di mulutnya, ia berkata dengan begitu yakin.

Pranoto terdiam sebentar, mengangguk angguk seraya bersiap untuk memberikan jawaban.

"Sebelumnya mohon maaf, Nak Pierre. Apa kamu tahu perbedaan apa yang kalian miliki?" Tanya Pranoto berhati-hati.

Pierre tersenyum tipis. "Saya tahu, Pak. Untuk hal itu, sudah saya bicarakan kepada orang tua di Semarang sebelum saya datang kemari. Untuk urusan kepercayaan, biarlah saya yang berpindah. Saya akan mengikuti apa yang dipercayakan Rukmini," Lagi-lagi sebuah jawaban yang tak ada keraguan sekalipun dari mulut seorang Pierre Tendean.

Pranoto mengangguk lagi, setelah menyesap kopinya ia bersiap untuk membuka suaranya lagi.

"Saya mengijinkan kalian dekat selama ini, namun untuk ke jenjang yang lebih serius, hal itu bukanlah suatu persoalan yang mudah. Terlebih lagi kalian dibatasi oleh kepercayaan. Jangan karena kamu ingin mendapatkan anak saya, kamu dengan mudahnya berkata ingin berpindah kiblat. Saya tidak ingin karena anak saya juga, tujuan kamu menjadi ambigu dan tidak jelas. Ingat, jika kamu saya izinkan bersama dia, kamu akan menjadi panutan dan contoh putri saya, Lo," Ucap Pranoto sekali lagi, agar membuat Pierre bisa berpikir dua kali.

Pranoto memang benar-benar tak ingin hanya karena Pierre yang begitu mencintai Rukmini, ia hanya bermain-main terkait niatnya untuk berpindah agama. Dan membuat dirinya dikecewakan oleh keluarga, hanya karena satu wanita.

"Saya pasti akan menjadi pemimpin, contoh, panutan, dan juga...,"

"Imam untuk Rukmini, sebaik dan semampu saya," Pierre menatap mata Pranoto dengan tatapan yakin.

KISAH YANG BELUM USAI | PIERRE TENDEAN ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang