Disclaimer : Cerita ini hanyalah fiksi belaka, dan bukan kisah asli sang tokoh. Jadi mohon membaca dengan bijak
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan tokoh, informasi, tempat, dan lainnya. Semua kritik dan saran akan diterima dengan baik.
Happy reading 🤍
•••••
"selamat ulang tahun Rukmini. Saya membawakan sesuatu untuk kamu,"
Amir menyerahkan sebuah bingkisan, dan diterima dengan sungkan oleh Rissa.
"Terimakasih, Mas Amir. Dengan kedatangan mas saja saya sudah sangat senang, seharusnya mas tidak usah repot-repot," Ucap Rissa canggung.
"Tidak repot, Rukmini. Saya hanya membawanya karena saya ingin," Ucap Amir penuh senyum.
Aura pria di hadapannya itu benar-benar berbeda, ia memang seorang pria yang baik hati.
"Eh, Nak Amir. Ayo dimakan dulu hidangannya, saya masak banyak Lo! Ayo dihabiskan!" Tiba-tiba Ambar menarik Amir menuju meja makan agar segera menikmati hidangan yang telah disediakan wanita itu sedari pagi.
Tamu yang datang sebenarnya tidak banyak, hanya teman teman dekat dan keluarga inti. Namun acara sederhana seperti ini saja sudah membuat damai. Karena dengan acara ini, mereka dapat berkumpul diselimuti dengan kebahagiaan.
Namun tiba-tiba saja sang tuan rumah malah memasuki kamar. Rissa duduk dan bersiap untuk menulis surat.
Ya, tentu saja untuk Pierre.
🍂🍂
Medan, September 1963
Untuk : Mas Pierre terkasih yang tengah berjuang.
Mas, bagaimana di sana? Apa Mas Pierre makan dengan baik? Terimakasih atas hadiahnya, Mini akan sisipkan surat ini bersama dengan sebuah foto agar mas Pierre bisa melihat saya yang telah memakai hadiah terindah dari mas Pierre. Saya sangat suka hadiahnya. Mas Pierre jangan lupa dengan kesehatan ya? Tak apa jika surat ini tak dibalas karena urusan tugas, Mini hanya berharap jika mas Pierre baik-baik saja di sana. Saya akan selalu menunggu Mas Pierre kembali kemari. Semoga semuanya berjalan lancar.
Dari,
Rukmini Chamim🍂🍂
"Rukmini, ayo keluar! Kamu itu tuan rumah, kok malah di sini,"
Sinta tiba-tiba menarik Rukmini untuk segera keluar dari kamarnya. Untung saja surat yang ia tulis sudah rampung, jadi tak masalah jika ia melanjutkan acaranya lagi.
"Mau berdansa?" Amir menghampiri Rissa dan menjulurkan tangannya menawarkan dansa bersamanya.
"T-tapi saya tidak bisa berdansa,"
"Sudah, tidak apa-apa. Cukup ikuti langkah saya,"
Amir menarik tangan Rissa ke tengah ruangan, suara musik dansa mulai terdengar, Rissa mencoba mengikuti langkah Amir dan mulai menikmati lantunan musiknya.
Amir terus tersenyum menatap wajah Rissa, yang sebenarnya wanita itu begitu canggung dibuatnya.
"Jepitan rambut kamu bagus," Amir memuji jepitan rambut yang dipakai Rissa, jepitan yang ia dapatkan dari Pierre ketika mereka pergi ke pasar malam waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH YANG BELUM USAI | PIERRE TENDEAN ✔️ [REVISI]
Fanfic[END] (Cerita ini belum sempurna dan masih banyak revisi, jadi harap maklum kalau ada alur atau bagian yang membuat bingung pembaca. Akan segera diperbaiki secepatnya 🙏🏻) ~ Cerita Fiksi Kapten Pierre Tendean Cinta adalah sebuah emosi yang kuat dan...