Rissa Patah Hati

1.1K 120 7
                                    

Disclaimer : Cerita ini hanyalah fiksi belaka, dan bukan kisah asli sang tokoh. Jadi mohon membaca dengan bijak

Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan tokoh, informasi, tempat, dan lainnya. Semua kritik dan saran akan diterima dengan baik.

Happy reading 🤍

Judul lagu : Bila Rasaku ini Rasamu - Kerispatih

••••••

"Good morning Papa Mama!!" Rissa memeluk Pranoto yang tengah berjalan menuju dapur, dan juga Ambar yang sudah lebih dahulu bersiap untuk memasak di dapur.

"Tumben kamu manggil Bapak sama Ibu Papa Mama? Kayak Londo saja," Ucap Ambar protes, namun senyumannya tetap tak pudar karena melihat anaknya yang kembali ceria, dan terlihat sudah seperti biasanya.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya yang terlihat seperti orang asing yang tak tahu jenis-jenis rempah, tak tahu rumah Pak Haji Komar, dan sebagainya.

"Ya Ndak papa to, Bu. Sekali-kali merasakan suasana yang berbeda," Canda Rissa yang membuat Ambar tersenyum menggeleng. Sudah seminggu lebih Rissa di sini, rasanya ia benar-benar sudah memiliki logat Jawa kentalnya.

"Sudah sholat belum kamu?" Kini giliran Pak Pranoto yang menginterogasi putri kesayangannya itu.

"Oh ya tentu sudah dong Pak!" Ucap Rissa dengan semangat.

"Sudah man--"

"Sudah Bapakku sayang! Mini sudah wangi dan cantik! Ndak lihat apa anaknya sudah terlihat melek begini!" Ucap Rissa aka Rukmini yang memutarkan badannya, memamerkan dress baru miliknya yang ia beli semalam bersama Andi di pasar malam.

Bapaknya itu ikut tersenyum lebar seperti halnya Ambar, melihat anaknya yang begitu ceria hari ini.

"Yasudah kalau begitu. Tolong anak bapak yang paling ayu dewe ini buatkan kopi ya!" Titah bapak dan segera kembali ke depan untuk menikmati radio paginya.

(Cantik sendiri)

"Siap bapak!" Rissa bergaya hormat, bak seorang tentara.

~~~

"Monggo kopinya," Rissa meletakkan segelas kopi hitam itu ke hadapan bapaknya.

"Mini, kamu besok mulai belajar untuk buat kue dan sebagainya ya," Ucap Pranoto tiba-tiba.

"Loh kenapa pak? Mini disuruh buka toko roti atau gimana?" Tanya Rissa kebingungan.

"Ndak, masalahnya sekitar seminggu lagi para TNI akan ke Medan untuk melakukan tugas. Nah, desa kita juga kebetulan dekat dengan camp mereka. Ya, setidaknya kita membantu mereka mendapatkan energi untuk melindungi bangsa. Iya to?" Jelas bapak dengan logat Jawanya.

Rissa mengangguk-anggukkan kepalanya berusaha paham atas kalimat Pranoto.

"Nggih pak, nanti Mini akan belajar buat kue. Hitung-hitung nanti bisa jadi ilmu buat usaha buka toko roti, hehe," Rissa tertawa kecil.

"Ya, bagus itu. Nanti kalau suami mu tentara, kamu bisa buka toko roti. Hitung-hitung buat nambah biaya, sama menghilangkan rasa bosan kalau kamu ditinggal suamimu bertugas," Ucap Pranoto terbayang-bayang seperti apa calon mantunya kelak.

Rissa pun hanya tersipu, digoda oleh sang ayah.

"Ah, Bapak. Mini masih muda, Ndak usah bahas itu dulu," Rissa menyelipkan anak rambutnya.

"Ya gak papa to, nikah cepet juga ndakpapa. Biar cepet juga kasih bapak sama ibu cucu," Kumis tebal Pranoto ikut naik bersamaan dengan senyuman sumringahnya.

KISAH YANG BELUM USAI | PIERRE TENDEAN ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang