02. IHSAN 📱

248 48 11
                                    

Sangat disarankan membaca MUNAJAT Episode 23 dan bagian EPILOG terlebih dahulu sebelum membaca cerpen bagian ini.

Terima kasih atas pengertiannya.

Hehe, Author ada pertanyaan buat Kang Ihsan: "Bisnis Online-nya lancar, Kang?" Wkwkwk, iya. Dia rajin jualan online. Reseller resmi produk AHHA ori cabang Surabaya.

Guyon, Rek. Ini cerita fiksi.
😂🤣

Happy Reading Gaes (!) 😉

____________________
_________________________

~Ihsan

Umurku sekarang sudah dua puluh enam tahun. Pantas-pantasnya seorang bujang untuk menikah. Namaku Ihsan Ichwan Al Mukhlashin, kalian bisa memanggilku Ihsan saja. Di pondok biasa dipanggil Kang Ihsan. Aku anak kedua dari empat bersaudara. Dua saudaraku yang lain kembar identik, Kak Ahsan dan Muhsin. Iya, kami kembar tiga atau kalian lebih nyaman memanggil kembar tiga dengan sebutan triplets, trio, atau apa aja deh. Dan satu lagi, adik bungsuku namanya Hasanah. Dia ... cerewet, tentu saja. Aku masih ingat saat dia lahir. Akan kusimpan cerita ini nanti saja. Karena dari kami bertiga, aku-lah yang paling mengingat detail kejadiannya.

Adik bungsuku itu, kadang aku merasa bersalah karena sering mengolok-oloknya. Lihatlah, dia sudah tumbuh begitu dewasa dan akan bertunangan di umurnya yang sudah dua puluh tahun. Kami bertiga sangat menyayanginya. Tentu saja. Namun, bentuk kasih sayang kami berbeda. Hehe. Agak menyebalkan.

Lelaki malang itu. Eh, maaf. Maksudku, lelaki beruntung yang akan menikah dengan adikku Hasanah adalah Seta. Putra Gus Ozy. Dia seorang albino, dengan kulit dan rambut seputih tulang, mata merah muda terang, dan wajah rupawan seperti pahatan patung-patung dewa yunani. Benar-benar seperti patung hidup.

Sejak dulu, keluarga kami mengabdi pada Keluarga Mangkoe Madha. Abi-ku sudah menjadi santri ndalem semenjak zaman Pondok Pesantren Al Jauhary masih dipimpin oleh Romo K.H. Fahruddin Mangkoe Madha dan Bu Nyai Rahayu. Yayasan Pondok Pesantren Al Jauhary dikelola oleh Keluarga Mangkoe Madha turun-temurun. Dari generasi ke generasi. Dulu, waktu aku kecil masih ingat sekali sosok Gus Singgih, mertua Kyai Ilyas yang sekarang mengasuh pondok setelah menikah dengan Ning Ayla. Kabar buruknya, Ning Ayla meninggal setelah melahirkan Gus Yasin (putra Kyai Ilyas). Cerita ini sering diulang-ulang sampai aku sendiri bosan mendengarnya.

Keluarga Mangkoe Madha memang memiliki Yayasan Pondok Pesantren Al Jauhary ini, tapi mereka tidak ada yang betah tinggal di Surabaya. Almarhum Kyai Singgih sejak dulu tinggal di Turki dan menikah di sana, baru kembali ke Indonesia ketika Bu Nyai Rahayu sakit parah. Ning Ayla lama tinggal di Korea Selatan dan baru kembali setelah menikah dengan Kyai Ilyas. Sedangkan, bungsu dari Keluarga Mangkoe Madha, Gus Ozy juga menetap di Amerika setelah menikah.

Abi dan Umi-ku yang bantu mengelola yayasan ini sejak lama. Sampai-sampai keluargaku juga dianggap sebagai bagian dari keluarga ndalem Mangkoe Madha. Yah, lucu sekali. Mana ada Gus Pondok yang modelannya seperti Aku, Kak Ahsan, dan Muhsin. Kalau Muhsin masih ada pantes-pantesnya sedikit sih. Haha, udah! Jangan dibayangin. Geli.

Lihat sekarang, Seta datang bersama Gus Ozy untuk melamar adikku. Keluarga Mangkoe Madha juga benar-benar akan menjadi bagian keluarga kami, keluarga besan. Seta orang yang unik dan pendiam. 11 12 seperti Muhsin. Tapi untuk ukuran muka, Muhsin kalah jauh. Itu sama seperti mengakui mukaku juga jelek. Ayolah, jika dibanding keturunan Gus Ozy dan Ning Ayla, muka kami levelnya udah beda. Gus Ozy punya wajah khas orang eropa dengan mata hijau bercorak zamrud dan dari foto yang kulihat, Ning Ayla juga cantik sekali, tak heran kalau putranya dan Kyai Ilyas (Gus Yasin) juga tampan.

𝐏𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐃𝐚𝐩𝐮𝐫 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang