𝐏𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐃𝐚𝐩𝐮𝐫 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 ✔

03. AHSAN 🚗

Rajin up 🔥

Pemanasan buat maraton garap NEFARIOUSNESS nanti wkwkwkwk :D

Happy Reading Gaes (!) 😉
____________________
__________________________

Umur Ahsan sekarang juga sama seperti kedua adiknya, Ihsan dan Muhsin. Dua puluh enam hampir dua puluh tujuh. Muhsin sudah menetapkan tanggal pernikahannya dengan Nada, Ihsan juga sudah menemukan titik terang dengan Lail, adik pemilik kafe dekat kampus itu. Sementara Ahsan, dia masih nyaman menyendiri di usianya yang sudah pantas sekali untuk menikah.

Ahsan mapan, tentu saja. Dia bahkan sudah bisa membeli mobil sendiri dari hasil tabungannya, tak perlu meminjam mobil ndalem milik Kyai Ilyas atau mobil Abi-nya untuk kerja sampingan jadi driver taksi online. Sebenarnya, bukan karena nyaman, Ahsan hanya merasa sejauh ini belum ada gadis yang cocok mengisi hatinya. Kecuali satu, Anya. Ahsan masih ingat betul bagaimana ia bertemu dengan gadis bernama Anya Geraldine itu empat tahun lalu. Gadis yang sekarang juga sedang ia tunggu keluar dari kantor tempatnya bekerja. Pelanggan setia taksi online-nya.

***

Empat tahun lalu, malam itu.

Jam digital hitam sport di pergelangan tangan menunjukkan angka delapan belas tepat. Malam hari, setelah sholat maghrib di masjid kampus. Ahsan pulang dari kampus seusai mata kuliah terakhirnya selesai pada hari ini. Bisa dibilang, dari dulu mahasiswa semester 6 jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Tarbiyah UINSA Surabaya itu benar-benar mahasiswa KUPU-KUPU, satu istilah yang digunakan untuk menyebut mahasiswa yang kerjaannya hanya KULIAH-PULANG KULIAH-PULANG. Meskipun begitu, Ahsan berbeda. Dia tidak benar-benar tidak ada kerjaan di rumah maupun di kampus. Ahsan bekerja. Kalau kedua adiknya, Muhsin bisa disebut mahasiswa KUDA-KUDA sih atau KULIAH-DANUS KULIAH-DANUS, danus sendiri singkatan dari DANA-USAHA, Muhsin aktif mencari dana untuk kegiatan organisasi bersama band-nya (Al Qana'ah), sedangkan Ihsan itu tipe mahasiswa KUNANG-KUNANG, atau KULIAH-NANGKRING KULIAH NANGKRING, nangkring-nya Ihsan ya tentu di kafe-kafe bersama teman-teman geng-nya yang juga sesama empat sekawan mahasiswa kunang-kunang lainnya (Juan, Mark, dan Devan).

Selain kesibukannya menjadi sopir pribadi Kyai Ilyas, Ahsan akan narik taksi online jika jam kuliahnya sudah selesai. Ia sudah mendapat izin dari Kyai Ilyas dan Abi-nya, boleh memakai mobil itu untuk kepentingannya sendiri. Maka Ahsan memanfaatkannya untuk narik taksi online. Dari ketiga kembar, hanya Ahsa yang punya SIM A. Ihsan dan Muhsin hanya mengantongi SIM C. Ahsan adalah sulung dari kembar tiga tersebut. Menurut tradisi jawa, yang lahir terakhir dari sudara kembar adalah kakak, karena mengizinkan adik-adiknya lahir terlebih dahulu. Muhsin lahir pertama, disusul Ihsan, dan Ahsan paling terakhir, itulah sebabnya Ahsan dianggap sebagai kakak.

Di seberang jalan sana, beberapa pengemudi ojol (ojek online) sedang asik merokok dan ngobrol menunggu orderan juga. Ahsan merapatkan mobilnya setelah mengantar pesanan batagor ke sebuah rumah mewah di sekitar kawasan Kota Surabaya dekat patung ikonik Sura dan Baya. Kalian tidak salah baca, makanan yang dipesan benar-benar batagor. Begitulah, orang-orang kaya selalu punya cara aneh sendiri untuk menghabiskan uang mereka. Ahsan menyandarkan punggung. Lelah sekali rasanya. Malam ini sudah pukul delapan, dia baru saja sholat Isya' tadi. Ahsan tak pernah melupakan kewajibannya.

Tepat ketika jarinya membuka aplikasi untuk melihat apakah ada yang meminta jasa layanan taksinya atau tidak, kaca mobilnya diketuk kasar dan beringas oleh seorang wanita berjilbab hitam. "PAK! BUKAIN PINTU MOBILNYA PAK! Tolongin ini mau lahiran." Informasi itu tak sempat menjalar dengan baik ke otak Ahsan tapi reflek jarinya menekan tombol untuk membuka kunci pintu mobil. Situasi darurat, bagaimanapun juga, wanita melahirkan termasuk situasi darurat. "RSUD Dr. Seotomo, Pak." Memang rumah sakit paling dekat ya itu. Ahsan langsung tancap gas. Aduh, bisa gawat kalau ibu itu melahirkan di dalam mobilnya.