04. SI BUNGSU HASANAH 👶

233 43 4
                                    

Sesuai janji, Kang Ihsan yang akan cerita detail kejadian waktu adik mereka lahir. Harap disimak baik-baik, karena bahasa Kang Ihsan lumayan hancur.

🤣🤣🤣

Happy Reading Gaes (!) 😉
_______________________
___________________________

~Ihsan

Saat itu, umur kami kayaknya masih lima tahunan. Lagi gemes-gemesnya anak kecil habis melewati masa balita. Baru mau daftar TK tahun depan. Iya bener, waktu umur segitu deh pokoknya. Aku inget banget soalnya Muhsin habis ngeledakin dapur pondok. Jadi, dapur pondok masih proses renovasi pasca kebakaran.

Kalian pengen tahu gimana ceritanya si Muhsin bisa punya daya rusak sehebat itu? Haha, oke. Bakal kuceritain juga, tapi sebenernya fokus cerita bagian ini bukan tentang si Muhsin, tapi okelah. Demi kalian. Jangan lupa beli outfit no KW KW di toko online-ku yah (@ihsanolshop)! Dijamin harga ndeso kualitas kuto.

Pagi itu, eh udah mau lumayan siang sih. Udah panas kok. Pagi menjelang siang wes. Sejak kecil, kami bertiga selalu ngintil Abi bantu masak di dapur pondok sama akang-akang santri ndalem yang lain. Seru aja gitu lihatnya. Apalagi bocil macam kami bertiga suka kagum liat cara masak mereka, porsi makanan sebuesar-besar itu kuat ditangani. Wow, harus matang pula. Dan tanpa dibantu akang-akang santri ini, kayaknya ibu dapur gak akan selesai kerjaannya. Maka, sepakatlah kami bertiga kalau besar nanti, cita-cita mulianya bakal bantuin Mbok Jas (Ibu Koki dapur Pondok). Waktu itu, Mbok Jas masih muda banget. Eh, enggak enggak. Bukan masih gadis. Pokoknya baru kerja di sini gitu. Gantiin sepupunya, Bulek Rum yang udah pensiun, gak sanggup masak di Pondok Al Jauhary lagi, beliau soalnya udah masak di dapur pondok sejak zaman Abah-nya Romo Kyai Fahruddin. Aduh, lama banget kayaknya itu.

Abi selalu bilang, kalian boleh main di dapur, asal jangan gangguin kerjaannya akang-akang santri dan Mbok Jas. Kami selalu berusaha menuruti peraturan Abi yang satu itu. Hanya melihat dari jauh, tidak boleh mendekat. Kami sedang senang-senangnya loh, iya soal e habis dapat hadiah mainan dari Abi. Aku dapat pistol-pistolan yang kalo ditembak pelurunya bisa nempel, Kak Ahsan dapat mainan mobil-mobilan, dan Muhsin dapat mainan pedang-pedangan plastik yang bisa nyala.

Kami bertiga selalu main di sekitar dapur pondok sejak kecil. Udah macam penunggu situ, kadang suka digodain sama mbak-mbak santriwati ndalem yang lewat. Aduh, kami bertiga ini menggemaskan sekali loh dulu. Haha, sombong dikit yak. Aku yang punya kadar unyuk paling maksimal pastinya. Kalian gak bisa protes, soalnya aku yang cerita.

Oke, skip. Jadi, kerjaan dapur itu ceritanya udah selesai semua. Lauk sama nasi buat jatah makan pagi udah selesai diantar. Tinggal masak nasi buat jatah makan sore. Kompor dinyalain dong pasti. Yolah, mosok iso sego mateng dewe (Iyalah, mana bisa nasi tanak sendiri), haha. Nah, fatalnya di situ. Tidak ada satu orang pun di dapur.

Kak Ahsan sepertinya bosan bermain depan dapur pondok, mengajak kami untuk kembali ke rumah dan minta dibuatkan Umi susu. "Ayo balik? Haus." Kak Ahsan menggeret tanganku. Aku menoleh ke arah Muhsin yang tidak mendengarkan ketika kupanggil.

"Kak, Muhsin ora gelem elu (Muhsin tidak mau ikut)."

Kak Ahsan berdecak, "Wes bah, ben awak dewe ae. Engko jatah e Muhsin ayok dientekne (Udah biarin, kita aja. Nanti jatah dia ayo dihabisin)." Aku pun menuruti Kak Ahsan dan mengambil peluru mainan pistolku yang tadi menempel di tiang. Ikut lari menyusul Kak Ahsan. Muhsin sudah hilang, tidak ada. Dia masuk ke dapur.

Aku dan Kak Ahsan tiba di rumah saat Abi panik bertanya, "DI MANA ADIK KALIAN?" Kami berdua hanya bisa menunjuk ke arah bangunan dapur pondok. Takut sekali dimarahi karena meninggalkan Muhsin sendirian di sana. Hilang sudah bayangan bagi jatah susu rampasan segelas berdua dan mengolok-olok Muhsin karena tidak mau diajakin pulang, yang terbayang sekarang hanya kalimat marah-marah Abi. Aku dan Kak Ahsan terus saling senggol dan mikirin banyak kemungkinan buruk. Di usia segitu, malah rasanya pengen nangis aja.

𝐏𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐃𝐚𝐩𝐮𝐫 𝐏𝐨𝐧𝐝𝐨𝐤 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang