Juli Tahun Kedua

26 1 2
                                    

Saat suatu malam yang di iringi dengan rintikan hujan, aku tidak sengaja melihatmu berkeliaran di lini masa, sosok adik kelas saat sekolah menengah pertama

Sejak saat pertemuan di kedai kita tidak saling sapa di media sosial, walau sudah saling bertukar kontak aku merasa takut mengganggu dan lagi pula tidak ada urusan sehingga tidak berusaha untuk menghubungi

Tapi entah mengapa malam ini aku merasa ingin berkomentar di salah satu postinganmu, kau mengunggah satu foto kebersamaan saat kita di kedai kopi itu

Lantas kolom chat menjadi tempat kita berbincang di iringi nada pesan masuk yang sering berdering hingga tak terasa larut malam, obrolan-obrolan garing mengisi tampilan layar, tapi aku merasa terisi akan hadirmu

Akhirnya kita berjanji untuk kembali bertemu di suatu tempat dekat pusat kota, kebetulan tidak jauh dari tempatku bekerja

Dengan penuh canda tawa kita membahas hal-hal konyol di masa lalu, entah mengapa aku merasakan kenyamanan yang berbeda dari dirinya, kenyamanan yang tidak aku rasakan dari semua wanita yang telah bergantian pergi

Ah tapi aku tidak mau kembali berharap lebih, hati saja baru sembuh masa mau kembali di buat sakit, dia juga mungkin hanya menganggapku sebagai kaka kelasnya

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.
"perkenalan kita begitu sederhana, jantungku berdegup kencang, kau datang sebagai penenang."
.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Adalah HampaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang