5. Malam

21 4 0
                                    

Rose menatap sendu surat ditangannya,  surat pemberitahuan dari dokter. Menghela nafas dan mengarahkan wajahnya keatas. Mencoba untuk menahan bendungan yang akan lolos jika ia menunduk dan berkedip.

Gagal. Air matanya luruh. Di menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Meratapi nasib buruk yang menimpanya. Menahan isakan nya agar orang tuanya tidak mendengar, walaupun sama saja. Orang tuanya tahu, bahkan ikut bersedih.

Anak perempuan semata wayang mereka yang baik dan cantik, harus menerima beban hidupnya. Jika boleh, mereka saja yang mendapatkan beban itu. Sang ibu menangis dalam diam dipelukan sang suami. Sang suami pun mencoba untuk menenangkan sang istri walaupun dirinya sendiri merasa sakit.

Namun dia adalah kepala keluarga, dia harus menjadi penyemangat dan menjadi tokoh yang kuat untuk melindungi dan menjaga keluarganya.

Disisi lain, Rose mengusap air matanya. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Dia akan rajin ikut kemoterapi agar ia cepat sembuh. Itu tekadnya.

Berdiri di depan cermin, mengusap air matanya dan tersenyum.

"Jangan menangis, Rose! Kau harus bangkit. Masih ada Jay, ayah dan ibu di sisimu. Kau harus kuat. Rose, semoga kau cepat sembuh." Diakhir kalimat, suaranya melirih.

Berjalan kearah kamar mandi dan membasuh wajahnya, lalu mengambil kertas tadi dan menaruhnya di dalam laci meja.

Soal ini, Jay juga sudah mengetahui nya. Bahkan Jay yang pertama tahu. Ia harus segera bersiap, malam ini ia dan Jay akan pergi mencari perlengkapan toko.

Melihat dirinya sendiri dia cermin full-body miliknya.

"Kau seperti tengkorak berjalan, Rose. Miris sekali." Mendengus dan tersenyum sinis.

-•-
(Johnny POV)

23 Mey 2023

Kami menjadi sesuatu yang berharga untuk satu sama lain.

Jay mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ada Rose yang sedang menatap keluar jendela dengan tatapan kosong.

Mereka baru saja pulang dari toko perlengkapan bunga dan supermarket. Sekalian membeli perlengkapan rumah juga.

Waktu berlalu dengan cepat, layaknya memencet tombol 'fast forward'.

Jay menoleh sekilas pada Rose.

Didalam mimpi, akhir-akhir ini ekspresi mu kelihatan murung.

Apakah mungkin karena hal itu?.

Suasan mobil masih hening, hingga suara Rose terdengar.
"Jika aku pergi, apa yang selanjutnya terjadi? Kau jadi sendirian, kan?."

Jay tersenyum mendengar pertanyaan Rose, walau dalam hati sedikit risau.

"Entahlah. Itu cerita yang masih lama akan terjadi. Aku belum memikirkan nya." Jawab Jay.

Aku memberikan mu senyum menenangkan.

"Sebentar lagi musim hujan, bagaimana kalau kita pergi melihat laut?." Tanya Jay, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Demi menghentikan kalimat mu yang sudah ku dengar di mimpi, aku segera mengubah pembicaraan.

"Benarkah?." Ucap Rose mencoba meyakinkan dengan mata berbinar.

Kau senang seperti anak kecil.

Jay mengangguk.

Dimusim hujan kali ini, saat semua awan mendung.

Walau hanya sebentar, aku bisa keluar di siang hari.

Dimusim hujan kali ini, kita akan melihat laut bersama.

"Kau sesenang itu?." Masih fokus dengan jalanan didepannya, Jay bertanya." Lagi pula mungkin akan hujan, awan dan laut akan gelap."

Kataku yang khawatir dengan kau yang sangat senang menantikannya.

Rose tersenyum.
"Laut yang tidak berwarna hitam, itulah yang ingin ku tunjukan padamu."

Sudut bibirmu terangkat hanya dengan membayangkan nya.

Jay ikut tersenyum saat melihat Rose yang tersenyum hangat.

Dan seperti dirimu, sudut bibirku juga terangkat.

"Aku ingin melihat laut sekali saja denganmu sebelum aku pergi meninggalkan mu." Gumam Rose lirih, yang untung saja tidak terdengar oleh Jay.

Kau yang menyukai laut, membuat ku merasa kau mirip ikan.

Di dunia yang luas, kau berenang dengan bebas.

Tak dapat ku tangkap dan tak bisa berada di sisiku.

Mereka akhirnya sampai di depan rumah sederhana milik wanita cantik berkulit sawo matang itu. Rose mengambil setangkai bunga mawar putih dan menaruhnya di samping Jay.

Sebelum keluar, dia mengecup bibi Jay. Hanya mengecup, mencoba menyalurkan semua perasaan nya hari ini.

Karena itu, aku tidak berani mendengar bahwa kau akan hidup di kehidupan yang sama denganku.

Jay merasakan nya, wajah mereka menjauh. Lalu Jay mengecup pelan kening Rose.

"I love you, my world."

Didalam waktu yang cuma-cuma dan tidak berakhir ini, apakah kau mampu hidup di kehidupan ini?.

Rose tersenyum setelah itu keluar dari dalam mobil. Jay terdiam menatap tubuh Rose yang mulai tampak mengurus.

Bukan ini yang ku inginkan.

Seperti saat ini, aku hanya ingin kau tidur ditemani oleh bintang-bintang.

Memimpikan hal indah dan terus mencintai lautan.

Jay mengendarai mobilnya dengan pikiran yang tertuju pada Rose. Perempuan itu memang sedikit tidak sopan, memasuki pikiran Jay tanpa permisi, ya walaupun pria itu juga menyukainya.

Dijalan setelah mengantar mu pulang, walau kau tidak ada. Kehadiran mu masih terasa memenuhi mobil .

Jay menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang tampak sepi. Rintikan hujan mulai turun. Jay memegang bunga mawar yang tadi ditinggalkan oleh Rose. Mencengkeram nya erat, tak peduli jika duri di tangkai bunga itu menusuk telapak tangan pucat miliknya.

Barang-barang, aroma mu yang tertinggal.

Langsung membuatku merindukanmu.

Jay memejamkan matanya.

Apa yang sebaiknya ku lakukan?
Setelah kau meninggalkanku nanti.

-•-

Disclaimer: ceritanya sedikit membosankan dan bertele-tele, jika tidak suka tidak perlu dibaca. Karena cerita ini memang sengaja ditulis dengan suasana yang hening.


ROSE • NCT 127[End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang