⏱ Bagian 5

33 11 0
                                    

Bagaimana perasaanmu, jika kamu sudah mengetahui apa yang akan terjadi, tapi kamu sama sekali tak bisa merubah apapun?

Kamu tau temanmu akan mati, tapi kamu tidak bisa menyelamatkannya. Kamu tak bisa berbuat apapun. Yang bisa kamu lakukan hanya diam dan milihat apa yang sudah pernah terjadi.

Aku sangat ingin merubah situasi ini. aku tak ingin ada lagi korban. Aku ingin menghentikannya. Tapi, apakah aku bisa merubah takdir mereka?

***

Zeline, Viola beserta si Vampir langsung melihat ke bawah karena teriakan demi teriakan mulai bertambah banyak di bawah sana. Murid-murid yang mendengar kehebohan itu juga ikut berhamburan keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi.

"I...i-itu...," Viola menutup mulut dengan kedua tangannya. Jelas ia merasa takut dan ngeri dengan apa yang ia lihat. Seorang siswi berseragam sama dengannya tengah terlungkup kaku dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya di bawah sana.

Pandangan Zeline teralih tatkala suara langkah kaki seseorang terdengar menuruni tangga di dekat mereka.

Apa itu pembunuhnya? Zeline menebak-nebak dengan jantung yang menggebu.

Suara langkah itu semakin mendekat, begitu juga dengan Zeline yang mendekati tangga itu untuk melihat siapa yang akan turun dari tangga yang bisa saja tersangka pembunuhan itu.

Tap... Tap... Tap... Akhirnya seseorang muncul.

"M-Mistah?" ucap Zeline spontan karena sosok yang baru saja muncul dari belokan tangga itu adalah saudaranya.

Bukan hanya Zeline yang menampakkan ekspresi terkejut, tapi Mistah juga sama. Ia seperti seseorang yang kepergok melakukan kesalahan. Tampak dari gelagatnya yang menggaruk tengkuknya dengan tidak tenang.

"Ngapain lo di sini?" itulah pertanyaan yang keluar dari mulut Mistah begitu ia sampai di anak tangga terakhir.

"Seharusnya gue yang nanya. Ngapain lo dari atas sana?" Zeline balik bertanya dengan nada yang masih kaget. Viola yang baru sadar Mistah ada di sana lantas langsung memandang ke arah mereka.

"I-itu.. gue,"

"Kenapa, Mistah?!"

Viola ikut terperanjat mendengar Zeline berteriak seperti itu kepada Mistah. Zeline tak ingin mempercayai ini. Ia tak ingin mempercayai pikirannya yang saat ini sangat mencurigai pemuda yang sudah delapan tahun menjadi saudaranya itu.

Zeline mendekati Mistah, menatap pemuda itu dengan tatapan tak percaya. Tentu saja hatinya terasa serba salah. Bagaimana mungkin pikirannya menuduh Mistah yang tidak-tidak?

"L-lo, ngapain di atas? Fika. Bukan lo, kan?"

Mistah diam. Lebih tepatnya dia tidak mengerti dengan keadaan sekarang.

"Jawab, Mistah!"

Viola mendekati Zeline dengan khawatir. "Ze, lo kenapa? Tenang dulu, Ze,"

"Vio, ini ada apa, sih? Fika? Kenapa Fika? Ngapa nih anak kayaknya marah sama gue?" Mistah beralih menatap Viola.

"Lo lihat sendiri deh," jawab Viola sambil menuntun Mistah untuk melihat ke bawah sana.

Mistah yang melihat itu tentu saja mengeluarkan ekspresi terkejut. "I-itu Fika?"

"Ya, itu Fika. Dia jatuh dari lantai tiga dan lo juga dari sana."

Mistah tak terima, dia kini menatap Zeline dengan muka yang merengut. "Kok lo malah kayak nuduh gue? Bukan gue, sumpah!"

Time: Killer at SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang