6

577 62 0
                                    

Musim semester telah tiba. Banyak murid yang mulai ekstra belajar dan intensitas pengunjung di perpustakaan melonjak drastis pada masa tersebut. Namun, ada satu murid yang selalu datang pada hari tertentu bukan karena masalah pelajaran.

Nareila

Siswi ini merupakan siswi terajin yang mengunjungi perpustakan. Bukan untuk belajar melainkan hanya ingin memandangi seorang  siswi yang merupakan penjaga perpustakaan.

Winda menurunkan sedikit buku yang dibacanya kemudian melihat ke arah depannya. Terlihatlah Nareila yang tengah tersenyum ala senyum pepsodent. Winda merasa tidak nyaman ditatap terus menerus oleh Nareila. Tapi apa yang harus ia lakukan? Pindah tempat? Sia-sia saja, Nareila akan selalu mengikutinya kemana pun ia pergi.

Kemana pun ia pergi.

Yang berarti Nareila adalah seorang stalker. Winda tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Selama Nareila tidak agresif kepadanya maka ia pun tidak masalah. Tapi tetap saja, privasinya mulai tidak aman. Sepertinya Winda tidak boleh terus menerus diam membiarkan hal tersebut. Dia harus menyelesaikan ini dengan Nareila dan menanyakan alasan mengapa Nareila mengikutinya terus. Winda merobek secarik kertas dibagian belakang catatannya kemudian menulis sesuatu disana. Setelah selesai menulis, ia melipat kertas tersebut sebanyak dua kali. Ia pun berdiri kemudian pergi mengembalikan buku yang dibacanya ke tempat semula.

Kriiing Kriiing

Bel pertanda proses belajar-mengajar telah selesai. Winda berjalan menuju Nareila yang tengah duduk sambil memandangnya dengan senyum tipis. Nareila mulai terang-terangan menatapnya sekitar 2 minggu yang lalu. Winda pun meletakkan kertas yang dilipatnya tadi, di atas meja dimana Nareila berada kemudian berjalan keluar dari perpustakaan.

Nareila menatap Winda yang telah menghilang dari pandangannya, kemudian mengambil lipatan kertas kecil tersebut. Ia membukanya dan tanpa sadar menyeringai. Segera Nareila pun berjalan keluar dari dalam perpustakaan menuju kelasnya dengan langkah terburu-buru dalam mood yang sangaaat baik. Namun, ketika ia berbelok, ia tak menabrak seorang siswi.

Bruk

"Aduhh" siswi tersebut mengerang.

Namun, Nareila tidak peduli sama sekali dengan siswi tersebut kemudian melanjutkan perjalanannya. Sementara siswi tersebut hanya menatap tidak percaya kepada siswi yang menabraknya barusan.

"Gak ada akhlak emang!" ucap siswi tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aezka.

"Nasiib nasib, gini amat hidup" gumamnya.

"Loh, bocil? Lu udah pindah haluan jadi gelandangan kah? Ngapain ngesot?" tanya Keira sementara Seira hanya terdiam disamping Keira.

"Bocil bocil gundulmu! Gue habis kena musibah bambang" balas Aezka dengan raut wajah kesal kemudian bangkiy berdiri lalu membersihkan roknya yang sedikit lecet karena debu.

"Slow ae kek gak pernah kena musibah aja lu cil" balas Keira kemudian ketiganya mulai berjalan bersama menelusuri koridor kelas.

"Lu kok bisa ngesot? Apa tulang lu dah keropos?" kali ini yang bertanya adalah Seira sementara Keira hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Gue habis ditabrak sama senior yang tadi buru-buru pas belokan. Bukannya minta maaf atau bantu berdiri, eeh malah natap sekilas doang terus pergi begitu aja deh orangnya" jawab Aezka dengan ekspresi yang kembali kesal.

"Wkwkwk terima nasib aja, cil" - Keira.

"Jangan panggil gue bocil lah, lu pada juga seumuran ma gue...malah lebih tuaan gue juga! " kalimat terakhir tersebut tidak Aezka sampaikan kepada Keira dan hanya ia pendam dalam hati. 

Second Life, Daijoubu Desu Ka? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang