[3/10]

4.8K 913 104
                                    

Sanzu menyunggingkan senyum simpul, entah karena kagum dengan sang istri, atau justru senyum licik tentang suatu hal ganjil. Pemuda itu berjalan mendekati wanita yang tengah berdiri membelakanginya. "Selamat pagi, Akashi [Name]."

Wanita yang tengah mengenakan celemek berwarna biru tua itu membalikkan badan, kemudian tertawa kecil. [Name] belum cukup terbiasa dengan marga barunya.

Menatap penuh tanya, [Name] menaikkan salah satu alisnya. Bingung dengan tatapan yang Sanzu berikan—aneh? mencurigakan? atau mengerikan?

Tetapi yang terjadi justru, Sanzu berceletuk, "Morning kiss?"

[Name] tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya. Mengecup sekilas bibir pria di depannya—ia sampai harus berjinjit! Kemudian kembali berkutat dengan alat dapur.

Menunggu sang istri selesai memasak, Sanzu hanya duduk manis di kursi sembari bermain ponsel. Niat hati ingin membantu, tetapi ia sama sekali tidak tahu cara memasak. Bahkan Sanzu tidak mengira jika [Name] bisa memasak—karena selama ini yang Sanzu tahu, [Name] hanya sibuk menambah jumlah kekayaan.

"Biar ku bantu," Sanzu beranjak ketika melihat wanitanya menuangkan sup di mangkok kecil. Tetapi niat baiknya mendapat penolakan berupa gelengan kepala.

Hening. Keduanya sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing. Sesekali Sanzu mencuri pandang bagaimana cara sang istri mengunyah makanan dengan pandangannya yang tidak lepas dari layar gadget. [Name] tahu itu tidak sopan, tetapi hal ini terlalu penting juga mendesak.

"Kau chatting dengan siapa sih?!" Sanzu yang sudah geram pun akhirnya buka suara. Nada bicaranya sedikit ia tinggikan dengan tatapan mata tak senang.

[Name] meneguk segelas air putih, kemudian tersenyum ke arah Sanzu. "Boss."

"Oh—" Tidak jadi marah. "Nanti ke markas?"

[Name] hanya mengangguk, kemudian beranjak untuk mencuci alat makannya dan juga alat makan Sanzu. "Kata Mikey ada pengkhianat lagi, dan aku yang disuruh mengurusnya. Menyebalkan sekali."

Sanzu menyeringai, tetapi sedetik kemudian ia kembali ke ekspresi semula. "Saat di markas, jangan dekat-dekat dengan Ran, Rindou, apalagi Koko. Karena sekarang, kau itu milikku, hanya milikku." ujarnya dengan penekanan di akhir kalimat.

"Tugas ku itu mencari pengkhianat, bukan mencari suami baru."

—~—

"Pengkhianat mencari pengkhianat?“

𝐖𝐈𝐅𝐄 » sanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang