[8/10]

3.3K 683 35
                                    

Sanzu mengambil pistol dari tangan [Name], kemudian melemparnya hingga kini benda itu tergeletak di sudut kamar. Tangannya beralih mengacak surai rambut [Name] secara kacar dan menepuk-nepuk kepalanya pelan.

"Kenapa berpikir begitu?" tanya Sanzu, berjalan menuju lemari untuk mengenakan baju, meninggalkan sang istri yang masih mematung di tempat.

[Name] menghembuskan nafas panjang, kemudian terkekeh pelan merutuki kebodohannya . "Gerak-gerik mu aneh, patut untuk di curigai." ucapnya jujur.

Sanzu yang sudah selesai memakai baju kini kembali mendekati wanitanya dan langsung merengkuh tubuh ramping itu, membawa ke dalam pelukan hangatnya. "Jahat sekali pikiran mu."

Sang wanita hanya diam di dalam dekapan Sanzu. Tetapi setelah mendengar penuturan yang keluar dari mulut orang nomor dua Bonten di detik berikutnya membuat ia tidak mampu menahan tawa.

"[Name], seumur hidup kita belum pernah pergi berkencan," Sanzu masih terus memeluk erat tubuh ramping sang istri sembari mengelus punggungnya—mungkin [Name] sedang banyak pikiran hingga mood nya buruk. Ide untuk berkencan sepertinya hal yang menarik. "Tapi sebelum itu, ganti bajumu lebih dulu."

[Name] menganggukkan kepala. Walaupun baru saja mandi, ia tetap mengenakan pakaian formal karena memiliki satu urusan yang tentunya berhubungan dengan uang.

"Sanzu maaf," [Name] tersenyum tipis sembari menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Karena suasana hatinya sedang buruk, ia hampir membunuh Sanzu tadi. "Sepertinya aku sudah gila."

Sanzu terkekeh pelan, mengecup singkat puncak kepala wanitanya. Kemudian segera melangkahkan kaki untuk pergi kencan pertama kali dalam sejarah hidupnya.

"Bukannya kita memang sudah gila?"

𝐖𝐈𝐅𝐄 » sanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang