[1/10]

8.5K 1K 115
                                    

HARUCHIYO AKASHI, pemuda yang kerap di panggil Sanzu itu menghembuskan nafas gusar. Tangannya mencengkeram erat pagar besi balkon markas Bonten. Atensinya terpaku pada lalu lalang kendaraan maupun manusia di bawah sana.

"Aku cemburu, [Name]." ujar Sanzu. Ia menoleh sekilas ke arah gadis di sampingnya yang sedang menampilkan ekspresi wajah bingung.

Sanzu cukup sadar diri jika dirinya bukan siapa-siapa bagi sang gadis. Namun tetap saja, Sanzu tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa ia benar-benar merasa cemburu saat melihat kedekatan antara [Name] dengan bos Bonten ataupun ketiga eksekutif Bonten.

[Name] menatap Sanzu bingung. "Kalau begitu jadikan aku—tidak, bukan apa-apa." Hampir saja gadis itu mengatakan sesuatu hal yang memalukan. Mulutnya memang sering blak-blakan, dan [Name] membenci itu.

"Jadikan aku istrimu? Begitu?" Sanzu tertawa pelan di akhir kalimat.

Keduanya saling menyukai, tetapi tidak pernah jujur dengan perasaan masing-masing. Karena jujur pun, Sanzu mengira jika ia tidak akan mampu membina bahtera rumah tangga yang penuh kebahagiaan di dalamnya. Apalagi kalau bukan karena ia dan [Name] sama-sama anggota kriminal Bonten.

Jika tato Bonten Sanzu berada di lengan tangan kanan, tato Bonten [Name] berada di lengan tangan kiri. Jika Sanzu merupakan bandar narkoba, [Name] justru sering mengingatkannya agar tidak terlalu sering mengkonsumsi obat terlarang itu.

Awalnya, [Name] hanyalah gadis cilik yang di pungut oleh Sanzu. Hari itu, [Name] kecil kabur dari rumah sembari menangis karena kedua orang tuanya yang tidak henti-hentinya bertengkar. Hal itu juga yang membuatnya bisa bertemu dengan Sanzu.

Sanzu itu berandalan. Tetapi saat melihat gadis menangis seorang diri di taman kota padahal hari sudah petang, hatinya sedikit terketuk. Mulai saat itulah, [Name] terus mengikuti Sanzu kemanapun laki-laki itu berada.

"[Name]?" Sanzu memanggil lirih. "Aku pernah bilang tidak akan menikah karena tidak mau di kekang, tapi sepertinya sekarang aku menarik ucapan itu."

Jantungnya berdegup kencang. Bahkan saat membunuh orang dengan tangannya sendiri, [Name] tidak merasakan hal seperti ini. "Kau juga pernah bilang tidak tertarik dengan bocah seperti ku." ucapnya mencoba mengubah suasana yang sempat canggung.

Sanzu kembali tertawa pelan. "Saat itu kau masih bocah ingusan, berbeda dengan sekarang." Padahal selisih umur keduanya hanya tiga tahun. Tetapi saat itu memang [Name] terlihat seperti bocah.

[Name] mendengus kesal. Jahat sekali, dirinya yang saat itu masih imut-imut, justru di bilang bocah ingusan. "Kau juga terlihat seperti om-om pedo!"

Dan malam itu, di bawah langit Jepang, Sanzu melamarnya. Malam yang tidak pernah [Name] bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Tidak menyangka jika laki-laki yang mempunyai julukan Loyal Mad Dog itu tertarik memiliki hubungan sebagai pasangan suami istri dengan dirinya.

"Aku ingin memilikimu, [Name]."

—~—

"Sepertinya akan berjalan sesuai rencana."

𝐖𝐈𝐅𝐄 » sanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang