"Kata orang Dandelion itu tidak secantik Mawar, tidak se-abadi Edelweis, tidak sewangi Melati dan lainnya. Dari keadaannya kita tahu dimana ia tumbuh dan berkembang diantara apitan batu dan semak. Dia tetap kokoh walau angin kencang sekalipun menerjang. Dia kuat seberat apapun rintangan yang menghampiri. Dia hebat dalam bertahan hingga waktunya habis. Simple namun sangat berarti. Seperti kamu yang tiba dititik saat ini, entah sebanyak apa masalah yang sudah kamu lewati. KAMU HEBAT! TERIMA KASIH UNTUK TETAP BERTAHAN!"
******
Dokter Lwi melipat stestoskop yang baru saja ia copot dari telinga lantas memasukkannya kedalam saku kanan kaos miliknya. "Lihat. Ada perkembangan kan? Asalkan pengobatan dan kemoterapi dilakukan dengan baik maka kita akan menerima hasilnya." Ucap Dokter Lwi yang berjalan sejajar dengan Yosua.
"Hehe. Iya Dok. Terima kasih banyak karena Dokter sudah membantu saya." Balas laki-laki itu.
Dokter Lwi seketika menghentikan langkahnya ditengah lorong panjang. "Yos..?" Panggilnya yang sudah tertinggal beberapa langkah dibelakang laki-laki itu.
Mendengar gelombang suara yang menghapiri telinganya, lekas ia menoleh kebelakang. "Iya Dok.." dan langkahnya pun ikut terhenti.
"Eemm.." Ucap Lwi dengan bahasa yang ragu. "Kamu?"
Yosua menaikkan sebelah alisnya penasaran dengan apa yang disampaikan oleh Dokter itu.
"Dokter ngomong aja. Nggak apa-apa." Ujarnya.
"Kamu anaknya Vico Yazakh Bennedict?"
"Loh, Dokter kenal Papa?" Malah ia balik bertanya.
"Berarti benar.."
"Maksud Dokter?"
"Kamu satu-satunya anak lelaki di keluarga,bukan(?). Artinya kamu adalah pemilik saham terbesar atas RS ini."
Yosua yang seketika dibuat bingung, langsung mengambil posisi duduk dikursi yang tepat berada disebelah kanannya. "Saya masih kurang paham maksud Dokter."
"Papa kamu adalah investor terbesar di RS ini. Waktu itu saya bingung kenapa setiap ada dana yang masuk yang diberikan sama Papa kamu itu bukan atas nama dia sendiri. Yang ada malah Yosua Bennedict. Nama kamu kan(?)"
Laki-laki itu mengangguk pelan. Wajah bingung yang ia ekspresikan membuat Dokter Lwi tersenyum. "Tapi Papa kam-"
"MISI-MISI.." Suara dari seorang pemandu jalan yang terlihat sedang membawa pasien gawat darurat. Seorang dokter tampak memberikan pertolongan pertama,RJP pada pasien itu. Sementara beberapa perawat lainnya terlihat mendorong brankar dengan sangat cepat menuju UGD.
Yosua spontan berdiri dan ketika teriakan itu menghampiri indranya. Dilihatnya dengan seksama laki-laki yang terbaring di brankar itu. Dengan bantuan nebulizer menutupi rongga mulutnya. "Papa..??" Pandangannya jatuh begitu juga dengan tubuhnya yang tiba-tiba lemas.
Mendengar itu, Dokter Lwi memperjelas wajah pasien dan benar saja seketika membuat ia berlari ikut menuju UGD.
"PAPA..? PAPA KENAPA?" Panggil laki-laki itu sembari ikut mendorong brankar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU DAN TUHAN [END]✔
Novela Juvenil[SEDANG DALAM TAHAP REVISI] " Sebuah REALITA yang dipatahkan paksa oleh SEMESTA. Sebuah hubungan kasih yang runtuh hanya karena tidak Se-IMAN" __________ " PAPA MAU NAMPAR NESYA? TAMPAR PA TAMPAR! GAUSAH KHAWATIRIN MUKA NESYA YANG UDAH PENUH BEKAS...