E - END

732 52 5
                                    

Minho memandang dirinya di cermin di toilet umum. Ini sudah jam 4 pagi, ia harus segera pulang.

Tadi Minho sempat membeli beberapa salep dan pil pereda rasa sakit, ia tak ingin membuat Jisung khawatir jika ia pulang dengan keadaan kacau. Untung ia tak memiliki luka berdarah.

Badan Minho mulai terasa sakit sekarang, apalagi saat ia harus berjalan menaiki tangga.

"Jisung? Kamu udah bangun?" Tanya Minho saat melihat Jisung yang duduk didepan tv mati.

"Aku mandi dulu-"

"Kamu tau? Kesabaran itu ada batasnya, kesabaran seseorang itu ada batasnya"

Padahal Jisung sangat tau, Minho benci jika ucapannya dipotong seperti itu. Apalagi nada suara Jisung sangat tak enak didengar.

"Maksud kamu apa sih, Ji?" Tanya Minho mencoba meredam emosi nya.

"Kamu bohong. Kamu gak nepatin janji kamu, Ho"

Minho balik menatap Jisung. Pandangan datar yang sama sekali belum pernah Minho lihat dari wajah manis istrinya. Hal itu sukses membuat Minho kesal.

Ayolah, tubuhnya sudah sangat lelah saat ini, belum lagi dadanya yang masih terasa sesak akibat tendangan tak kira-kira dari bos gila nya itu.

"Janji? Janji apa Hem? Emang aku pernah ada janji apa sama kamu sampai kamu berani-beraninya bicara kasar dan motong omongan aku?"

"JANJI WAKTU KAMU MAU NGELAMAR AKU!"

Bahkan kini Jisung sudah berani berteriak kasar padanya. Ada apa ini sebenarnya? Minho sungguh tak mengerti, tapi rasa amarahnya kini meronta minta dikeluarkan.

"KAMU! Kamu janji mau manjain aku, ngebahagiain aku, kamu mau kerja keras supaya kita hidup enak, kamu bakalan ada di setiap aku butuh kamu. TAPI APA?! Kamu gak pernah nepatin janji-janji kamu itu, BAHKAN KAMU GAK PERNAH ADA DISISI AKU!"

Minho memandang datar Jisung. Padahal Jisung tak tau apa-apa tentang pekerjaannya, kenapa dia seenaknya bilang seperti itu? Apa dia tak tau seberapa besar perjuangan Minho untuk menghasilkan uang untuknya?

Oke, Minho marah sekarang.

"Asal kamu tau, AKU JUGA UDAH KERJA KERAS! Aku selalu berusaha yang terbaik, tapi apa? TUHAN GAK PERNAH NGASIH APA YANG AKU MAU!"

"Kamu cuma mentingin diri sendiri, kamu ego-"

"AKU EGOIS DARI MANANYA HAH?! ... Aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu" Minho memelankan kalimat terakhirnya.

Tak ingin berdebat lebih lagi, Minho memutuskan untuk ke kamarnya.

"Aku gak pernah bahagia hidup sama kamu"

Kalimat itu sukses membuat Minho terdiam.

"Selama ini aku hidup menderita sama kamu. Aku gak pernah ngerasain kebahagiaan setelah nikah sama kamu. Kamu cuma ngasih aku kesengsaraan yang gak ada habisnya. Aku capek, Ho. Aku capek"

Minho merasakan nada putus asa pada setiap kalimat yang Jisung ucapkan. Karena itu benar, Minho juga merasakan hal yang sama. Hidup mereka sengsara setelah pernikahan ini. Apalagi setelah kepergian orang tua mereka dan kehadiran Jiho. Semua tambah berat dan mencekik.

Ditambah lagi dia baru saja ditipu oleh Chan. Uang yang dijanjikan Chan saat masih bekerja dulu, hanya bualan belaka.

Minho muak dengan kehidupannya, muak dengan rumah tangganya.

"Aku juga gak pernah bahagia hidup sama istri boros dan kucel kayak kamu" Hati Minho mencelos ketika kalimat itu ia lontarkan tanpa sadar.

Kedua tangan Jisung mengepal kuat.

"Ayo cerai"

Minho berbalik. Kalimat itu tak pernah terpikirkan oleh Minho selama ini.

"Ayo kita cerai, Minho" ucap Jisung lagi.

Minho menatapnya sebentar lalu mengangguk.

"... Oke"

After Marriage II; minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang