POV YingSedikit-demi sedikit, tubuhku lemas dan kesadaran ku mulai hilang. Aku merasakan tubuhku yang diseret kesuatu tempat. Aku mencoba menjaga kesadaran ku... Mataku masih belum bisa menangkap jelas tempat ini. Semuanya nampak blur.
'ceklek'
Terdengar suara pintu yang dikunci. Sebenarnya apa motif mereka melakukan ini.
Salah satu lelaki bertubuh jangkun mencengkram daguku, memaksaku untuk menatapnya.
"Ingatlah saat-saat ini." Ucapnya. Aku menggigit punggung tangannya hingga ia tersentak kaget.
"Kau jangan sok jual mahal! Kami sudah tahu kedokmu. Kau cuman wanita murahan yang tak punya harga diri."
Aku tersentak mendengar ucapannya. Wanita tak punya harga diri?..
"Siapa?" Desisku pelan.
"Ha? Kau bilang apa?"
"SIAPA YANG MENGATAIKU TAK PUNYA HARGA DIRI!!" teriakku.
Mereka hanya menjawab dengan seringai menjijikan.
"Fang.." jawab mereka. Mendengarnya saja sudah membuatku terdiam.
"Wanita Tionghoa memang tidak ada harga dirinya! Mengotori negara ini saja!" ucap temannya yang berbadan gempal.
Mereka saling tatap, lalu menatap ku bak mangsa. Aku yang merasakan firasat buruk, langsung mencoba bangun untuk melarikan diri. Baru saja beberapa langkah, kakiku sudah ditarik hingga membuatku terjatuh menatap matras.
"Jangan main lari begitu saja. Tahan tangan sebelahnya!" ucap pria jangkun tersebut.
Mereka menarik dasiku hingga robek. Beberapa kancing seragamku terlepas dari tempatnya. Tubuhku bergetar ketakutan, jam ku ada disaku ku. Bagaimana mau mengambilnya kalau tanganku saja ditahan begini. Aku memejamkan mataku. Aku harap seseorang menolongku. Tiba-tiba wajah Fang terlintas di pikiranku. begitu saja. Tidak!! Dia yang membuatku seperti ini.
"Berhenti! Atau.."
Aku tersentak kaget saat tiba-tiba sijangkun menenggelamkan wajahnya ke leherku. Sudah.. aku tak ingin begini. Aku tak tahan dilecehkan begini.
"Berhenti.." ucapku pelan. Air mata keluar begitu saja dari pelupuk mataku.
Keberuntungan tiba kepadaku. Saat salah satu tanganku terlepas dari kekangan mereka, aku mengambil jamku lalu segera mengenakannya.
Mereka nampak panik. Untungnya, jauh sebelum mereka hendak merebut jam ku, aku sudah menggunakan kuasa manipulasi waktuku, hingga membuat mereka bergerak lamban.
"Tidak ada ampun, untuk kalian!" ucapku.
Selagi waktu berjalan lamban, aku menggunakan pukulan lajuku kepada mereka. Setelah membuat mereka babak belur, aku mencoba keluar dari ruangan itu secepatnya. Aku menutupi, bajuku yang sedikit terbuka. Meski pada akhirnya aku membuat mereka babak belur, tubuhku tetap bergetar ketakutan.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku,dan mengabaikan pertanyaan ibuku.
Aku membanting tubuhku kekasur dan menangis sekencang-kencangnya. Dikehidupan yang lalu aku salah apa? Sampai harus mengalami kejadian seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku bukan anak kecil (HIATUS)
FanfictionYANG BELUM BACA FANFICT INI DISARANKAN JANGAN DIBACA DAHULU. TUNGGU AUTHOR SELESAI HIATUS. TAKUTNYA, SANGKING LAMANYA AUTHOR HIATUS, KALIAN CAPEK NUNGGUNYA. Sequel dari Fanfict Friend Become Love. Cerita akan berfokus pada Ying dan Fang setelah kon...