Janji di batas Fajar

75 8 14
                                    

"Baru pulang?" Tanya Abi saat Alfan menemui beliau. Dia baru saja pulang sekolah dan langsung disuruh menemui abinya di pendopo.

"Iya Bi." Sahut Alfan dengan muka muramnya.

"Bukannya harusnya sudah pulang dari tadi?" Selidik abi.

"Iya Bi, tapi tadi tiba-tiba Alfan di suruh latihan basket buat persiapan lomba. Abi tahu darimana?" Herannya. Alfan memang tadi berniat pulang cepat dan menyampaikan keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Cyra tapi naas baru sampai parkiran dia sudah dipanggil teman basketnya untuk latihan. Dia pun ikut latihan dengan mood yang kurang baik.

"Tadi Abah Cyra kesini ingin menemuimu." Kata Abi dengan jeda sambil menatap Alfan. Alfan pun merasa terintimidasi. Rasanya sulit untuk bernafas.

"Apa kalian ada masalah?" Selidik Abi.

"Iya Bi. Alfan yang salah." Ujar Alfan mengaku. Karena mengelak pun percuma jika ia sudah berhadapan dengan abinya.

"Huuft. Cyra gadis yang baik Fan. Beda dari gadis di luaran sana. Jangan sakiti dia." Abi menghela nafas lelahnya.

"Maka dari itu Bi. Alfan ingin melepaskannya. Alfan takut menyakitinya lebih dalam lagi. Dia terlalu baik untuk Alfan. Mungkin dia memang bukan perempuan yang ditakdirkan untuk Alfan." Alfan memberanikan diri untuk berbicara. Karena sepertinya Abi dan Abah Cyra sudah mengetahui rencananya. Buktinya, Abah Cyra sudah menemui abinya terlebih dahulu sebelum Alfan berkata apapun. Pikir Alfan.

"Kamu bilang seperti ini bukan karena kamu masih punya hubungan dengan perempuan itu kan?" Selidik Abi lagi.

"Bukan Bi. Aku sudah memutuskan hubunganku dengan dia. Aku juga berusaha menerima siapapun perempuan yang dipilihkan Abi untukku termasuk Cyra. Tapi Cyra terlalu baik untukku Bi. Mungkin Abi bisa menjodohkan aku dengan perempuan lain bukan Cyra. Aku tak mau membebaninya lagi." Ucap Alfan sendu.

"Tapi kalau Cyra mau bagaimana?" Tantang Abi. Alfan langsung menatap abinya.

"Maksud Abi?" Bukannya tadi abah datang untuk membatalkan pernikahan? Pikirnya.

"Cyra ingin kamu menikahinya besok." Jawaban yang membuat Alfan kaget sekaligus heran tentunya.

"Begitu sih yang Abi dengar dari abahnya tadi. Tapi kalau kamu nggak mau ya udah nggak papa. Mungkin memang impian abi punya menantu seperti Cyra harus diurungkan. Karena itu adalah kesempatan terakhir." Lanjut Abi yang terlihat kecewa.

"Maksud Abi gimana?" Tanya Alfan lagi yang masih takut apa yang didengarnya salah.

"Yang abi tau anak Abi pintar. Tapi kok masalah beginian nggak faham-faham ya." Abi heran sendiri.

"Maksudnya, kalau kamu masih mau memperjuangkan Cyra. Berarti kamu harus menikahinya besok. Tapi kalau tidak. Ya sudah berarti mungkin kalian memang tidak berjodoh." Jelas Abi.

"Cyra bilang begitu Bi?"

" Terus kamu pikir, Abi dan abahnya Cyra berbohong. Gitu?" Alfan menggelengkan kepalanya.

"Bukan Bi, tapi tadi Cyra..." Alfan tidak melanjutkan perkataannya. Abi pun memotong perkataannya.

"Alfan, apa yang menurut kamu baik belum tentu baik juga menurut orang lain. Apalagi perempuan. Kamu tau sendiri kan perempuan itu sulit difahami. Yang dikatakan A tapi maunya B. Bilangnya terserah tapi apa-apa salah. Apalagi kalau kamu bicara dengan nada marah, pasti dia akan membalas dengan hal yang sama bahkan lebih parah. Karena nada bicaramu yang tinggi saja itu sudah menyakitinya." Abi menjeda kalimatnya yang sedang Alfan renungi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seutuh Purnama GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang