Sebelum lanjut, ada yang mau aku jelasin di sini:
Warning⚠️
1. FOLLOW DULU SEBELUM BACA, KARENA BANYAK PART YANG DIPRIVAT
2. Cerita ini bukan sequel, spin-off atau yang lainnya dari cerita aku yang sebelumnya. Jadi, kalau ada tokoh ceritaku yang kalian kenal, itu berarti mereka cuma mampir aja.
3. Jangan bawa-bawa cerita lain ke dalam cerita ini. Jangan bawa-bawa nama karakter cerita author lainnya. Cerita ini murni karena ide saya sendiri. Jadi, jika ada kemiripan, itu hanya kebetulan saja.
3. Siapin tisu, karena beberapa part mungkin akan bikin kamu nangis.
4. Selalu vote+komen di setiap chapternya biar updatenya juga cepet.
Are u ready?
•••
“Mari kembali bersama di kehidupan selanjutnya.”
•••
“Kamu seperti lirik lagu favorit, yang selalu ingin aku nyanyikan.”
— Rhea
•••
"Jadi maba yang baik ya, Dek, Kak Laskar denger kating tahun ini pada galak-galak," ucap seorang laki-laki yang tengah berdiri di depan seorang gadis bertubuh mungil.
Suasana tahun pertama sangat terasa di dalam perasaan Rhea Aliandra, atau yang biasa dipanggil dengan nama Rhea. Akhirnya, setelah kemarin dia melewati banyak ujian akhir sekolah, dia bisa diterima di universitas yang dia inginkan.
"Katanya harus berani, tapi Kak Laskar malah nakut-nakutin adek," sanggah Rhea dengan raut sebal.
Laskar adalah kakak kedua Rhea. Kakak pertamanya sudah bekerja di sebuah perusahaan besar di ibu kota. Sejak kecil Rhea dan Laskar sangat dekat dibandingkan dengan kakak pertama mereka.
"Bukan nakut-nakutin, kan kakak cuma ngingetin. Udah masuk sana. Kakak gak mau kamu telat hari pertama," suruh Laskar.
Rhea menganggukkan kepalanya. Gadis itu pergi meninggalkan Laskar dan mulai mencari aula tempat para maba berkumpul. Tapi sebelum itu, di harus mengambil kartu pengenal yang biasa digunakan para maba.
Hampir tiga jam Rhea dan para maba lainnya mengikuti kegiatan ospek tanpa ada waktu untuk beristirahat. Untungnya saja para kating itu masih memiliki belas kasih kepadanya, akhirnya Rhea dan kedua sahabatnya yang juga kuliah di jurusan yang sama seperti Rhea bisa beristirahat di kantin dahulu.
"Gila, ya, gue capek banget. Kalau tahu kita bakalan disuruh ngambilin rumput kering di taman, gue pasti bakalan milih bolos," keluh Dinda.
"Gak mungkin sih lo bakalan bolos, karena gue tahu dari kemarin lo bayangin mukanya para kating," sanggah Hana.
Dinda tertawa keras mendengar Hana mengatakan hal itu. Dinda memang yang paling cantik diantara Hana dan Rhea. Dibanding kedua sahabatnya, Dinda memiliki banyak mantan yang mungkin jumlahnya ada hampir 15an lebih. Kata Dinda, "Selagi masih muda, kenapa gak."
Beda lagi jika Hana. Gadis itu memiliki watak yang cukup cuek. Hana yang paling pemberani diantara teman-temannya. Bahkan pernah waktu mereka masih duduk di bangku kelas 11 SMA, Hana melabrak kakak kelas hits hanya untuk membela Dinda yang dianggap sebagai perebut pacar orang.
"Gue yakin pasti sebentar lagi Dinda bakalan punya gebetan baru lagi," ucap Rhea.
"Udah pasti tahu, Rhe. Buktinya, Dinda udah dapetin nomornya kating jurusan teknik," sahut Hana.
Senyuman sumringah Rhea terlihat. "Oh ya? Siapa namanya? Kok gue gak tahu sih?" tanya Rhea tiada henti.
"Lo nanya apa nagih utang?" tanya Dinda.
"Ya kan utang lo emang banyak di gue. Udah cepet siapa namanya? Gue kepo nih," desak Rhea.
Dinda tersenyum kecil lalu menjawab, "Namanya Laskar. Anak jurusan Teknik tahun ketiga."
"Mampus!" sentak Rhea.
•••
Tepat jam 3 sore, Rhea pulang. Rhea berjalan menuju depan jalan sendirian. Dinda dan Hana sudah pulang terlebih dahulu. Sedangkan kakaknya Laskar, entah ke mana cowok itu sekarang. Rhea sudah mencoba menelponnya berulang kali tapi tetep saja tidak ada jawaban.
Rhea menghentikan langkahnya ketika ujung matanya melihat sepasang sepatu berjalan di sampingnya. Rhea yang tadinya sibuk memainkan gawainya, kini beralih menoleh ke arah sebelahnya. Rhea cukup kaget ketika melihat seorang cowok dengan tubuh tinggi menjulang, sedang berdiri di sebelahnya.
"Jangan noleh ke belakang. Ada preman yang lagi ngikutin kamu," ucap laki-laki itu.
"Mana?" Rhea menoleh ke belakang. Ya, dia melihat sekelibat bayangan tadi.
"Dibilang jangan noleh ke belakang, kenapa masih ngeyel?" tanya laki-laki itu.
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, cowok itu menggandeng tangan Rhea dan mengajaknya untuk segera berjalan meninggalkan tempat itu. Sepanjang jalan Rhea hanya bisa terpesona melihat ketampanan cowok itu. Rahang cowok itu terlihat sangat jelas. Bahkan jika dibandingkan dengan kakaknya Laskar, cowok itu pasti lebih baik.
Sampailah keduanya di halte bis depan. Cowok yang diketahui bernama Kale itu melepaskan gandengan tangan mereka. Tangannya terulur mengambil sebatang rokok yang ada di saku celananya dan mulai menghidupkan benda itu.
"Uhuk... Uhukk...," Karena asap rokok itu, Rhea menjadi batuk.
"Saya Kale. Nama kamu siapa?" tanya Kale.
"Rhea. Namaku Rhea," jawab Rhea sambil duduk di samping Kale.
Kale menganggukkan kepalanya. Sesekali Kale mengisap putung rokoknya. Entah mengapa, berada di samping Kale membuat Rhea merasa aman. Dia bahkan lupa jika tadi dia sedang sibuk mengobrol dengan teman-temannya di chat.
"Kamu naik bis?" tanya Kale.
Rhea tak menjawab. Dia juga tidak tahu akan naik apa dia untuk pulang nantinya. Tak beberapa lama kemudian, bis yang Kale tunggu akhirnya datang juga. Cowok itu membuang putung rokoknya yang masih hidup ke tanah, lalu menginjaknya dengan sepatu.
"Mari, saya antar kamu pulang." Kale mengulurkan tangannya di depan Rhea. Ada getaran aneh di dalam dada Rhea. Mau tidak mau dia menerima uluran tangan Kale dan pulang bersama Kale.
•••
I'm back!
Yang belum vote, jangan lupa vote yaa...
Cerita ini baru yaa, sekali lagi ini bukan sequel. Prolog dulu yaa, hehe.
Have fun!🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Stars
Novela Juvenil"Mari kembali bersama di kehidupan selanjutnya." ... Kale dan Rhea bukanlah salah satu dari bentuk reinkarnasi. Namun saat pertama kali mereka bertemu, mereka seperti memiliki ikatan satu sama lain. Ini tentang sebuah akhir cerita yang tida...