Hai hai hai!
Sebelum lanjut, jangan lupa follow dulu ya, karena beberapa part privat.
Jangan lupa vote + komen yaa...
•••
"Aduh, capek banget gue. Nih kating gak tanggung-tanggung ya kalau ngasih tugas," keluh Dinda.
Keesokan harinya Rhea dan teman-temannya kembali melaksanakan aktivitas mereka sebagai seorang maba. Hari ini mereka diberi tugas untuk meminta tanda tangan ke setiap kating yang sedang bertugas mengurus ospek setiap jurusan.
"Udah sini labrak aja. Ngapain sih mau-mau aja disuruh-suruh," gerutu Hana.
"Gue ke kamar mandi dulu, ya. Kalau kalian mau balik ke aula duluan gak papa nanti gue nyusul," pamit Rhea.
Setelah mendapatkan izin dari Dinda dan Hana, Rhea berjalan meninggalkan teman-temannya dengan notebook yang masih ada di tangannya. Rhea berkeliling melihat sekitar. Dia mencari laki-laki kemarin yang dia temui. Siapa namanya? Kale. Ya, Kale.
Sejak tadi pagi, Rhea tidak menemuinya, padahal dia yakin jika Kale juga kuliah di universitas yang sama sepertinya. Sejak pertemuannya dengan Kale kemarin, Rhea selalu terbayang-bayang dengan wajahnya dan nada suaranya ketika berbicara. Kalimat yang formal namun sangat lucu jika Kale yang mengatakannya.
Rhea berhenti melangkah ketika seseorang memegang pundaknya. Dia takut jika itu adalah kating yang mengurus ospeknya. Dengan perlahan Rhea membalikkan badannya. Tepat sekali. Kale berada di depannya.
"Kamu cari saya?" tanya Kale.
Rhea sedikit terkejut. Ternyata Kale ini juga memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Jika dia mengatakan ini pada orang lain, pasti dia akan malu. Tapi, bukankah Rhea juga orang lain bagi Kale?
"Enggak. Jangan ge-er deh," sanggah Rhea.
Kale terkekeh. Cowok itu melihat ke sekeliling. Tidak ada siapapun di sana. Hanya ada beberapa maba yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka.
"Lalu, kamu kenapa di sini? Bukannya ini jurusan kamu bukan di sini?" tanya Kale.
"Eh, kamu tahu dari mana kalau jurusanku bukan di sini?" tanya Rhea balik.
Kale menggelengkan kepalanya pelan sambil melempar senyumannya. Hal itu justru membuat Rhea salah tingkah. Tapi Rhea merupakan sosok gadis yang pandai menyembunyikan perasaannya.
Tangan Kale terulur. Dia memegang kartu pengenal Rhea. "Rhea Aliandra. ID 0056 jurusan sastra," ucap Kale sambil membaca tanda pengenalnya.
Rhea berdecak. Dia memutar bola matanya. "Iya ... iya, jurusanku di gedung sebelah. Tadi aku ke sini tuh mau minta tanda tangan. Aku ada tugas dari kating, suruh minta tanda tangan setiap kating yang bertugas di semua jurusan."
Kale mengangkat satu alisnya.
"Tapi aku kurang satu yang belum aku mintain. Dia kating jurusan teknik. Kamu kenal gak?" tanya Rhea.
Kale menggelengkan kepalanya. "Saya pikir kamu ke sini nyariin saya. Saya kecewa, Rhe."
Rhea menelan ludahnya. Coba saja dia memiliki keberanian, pasti dia sudah mengatakan jika dia juga sedang mencari Kale sekarang. Meskipun hanya mengobrol berdua, tapi setidaknya Rhea mendengar kalimat formal dari Kale.
"Kamu sudah makan? Mau makan sama saya?" tanya Kale.
"Jangan sekarang. Aku masih harus selesain tugas dari katingku," jawab Rhea.
"Saya suka. Saya suka sama perempuan yang patuh sama peraturan. Seperti kamu contohnya," kata Kale.
Entah ini sebuah pujian atau hanya sebuah gombalan. Rhea seperti seakan-akan berada di atas awan. Laki-laki yang ada di hadapannya ini senang sekali membuatnya malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Stars
Teen Fiction"Mari kembali bersama di kehidupan selanjutnya." ... Kale dan Rhea bukanlah salah satu dari bentuk reinkarnasi. Namun saat pertama kali mereka bertemu, mereka seperti memiliki ikatan satu sama lain. Ini tentang sebuah akhir cerita yang tida...