•03•

31 13 13
                                    

Hai hai hai!

Sebelum lanjut, jangan lupa follow dulu ya, karena beberapa part privat.

Jangan lupa vote + komen yaa...

•••

Hari-hari berlalu, hingga Rhea menyadari bahwa dia sudah tidak bertemu dengan Kale hampir seminggu setelah terakhir mereka makan berdua di warung makanan Padang. Di luar dugaan Rhea, ternyata Kale adalah kating yang dia cari. Rhea mengetahuinya ketika salah satu seniornya memberitahu jika halaman yang ditanda tangani oleh Kale adalah benar.

Menariknya lagi, ternyata dari banyaknya maba, hanya dia yang mempunyai tanda tangan Kale. Rhea jadi tambah penasaran dengan kehidupan Kale lebih dalam. Cowok itu mungkin saja menyimpan banyak rahasia yang tidak orang lain ketahui.

Rhea berjalan sendiri ke gedung fakultasnya. Pagi ini dia memiliki kuis dan dia tidak mau terlambat. Sebenarnya Laskar seharusnya mengantarnya, tapi jika dipikir-pikir, Rhea pasti akan terlambat mengikuti kuis karena sampai sekarang Laskar belum bangun tidur.

Langkah kakinya berhenti tepat di depan gedung fakultasnya. Dia menoleh ke arah kanan, dan melihat letak gedung fakultas Kale. Dia selalu melakukannya sejak Kale menghilang dari pandangannya. Entahlah, tapi yang jelas Rhea merasakan sedikit kehilangan ketika Kale tidak bersamanya.

"Saya di sini, kamu cari saya lagi?" Rhea berbalik badan. Detak jantung Rhea seakan berhenti detik itu juga. Orang yang dia cari, ada di hadapannya sambil mengulas senyuman yang sejak kemarin dia rindukan. Tampan sangat tampan.

Kale berjalan mendekati Rhea tanpa mengurai senyumannya. "Gimana?" tanya Kale.

Rhea mengerutkan dahinya. "Gimana? Gimana apa maksudmu?" tanya Rhea.

"Sudah kangen saya belum?" tanya Kale lagi.

Gadis itu berdecak sebal. "Apaan sih Kale? Oh ya, kamu kok gak bilang kalau kamu senior yang aku cari kemarin? Kamu sengaja ya bikin aku malu?"

"Enggak. Saya gak punya pikiran buat bikin kamu malu. Lagian, kalau saya bilang langsung siapa senior yang kamu cari, kamu gak akan mau jalan sama saya," jawab Kale.

Rhea mengangguk. Dia juga tidak bermaksud untuk marah pada Kale. Lagian juga, dia kan sudah mendapatkan tanda tangan Kale.

"Oh ya, jadi sekarang aku panggil kamu pakai embel-embel 'Kak' gak nih?" tanya Rhea.

"Rhea Aliandra, gak perlu. Kamu cukup panggil nama aja seperti biasa," jawab Kale.

Rhea tertegun. Baru kali ini dia mendengar orang yang dia sukai memanggil namanya dengan sangat lengkap. Ditambah lagi yang memanggilnya seperti itu adalah Kale. Rasanya seperti ada perasaan yang aneh ketika Kale mengatakannya.

"Kamu hari ini ada waktu?" tanya Kale.

"Eum ... setelah kuliah gak ada sih. Emang kenapa?" tanya Rhea balik.

"Saya mau ajak kamu jalan. Kalau kamu udah selesai, kamu bisa telpon saya," jawab Kale.

"Kale, aku kan kan gak punya nomor telpon kamu. Gimana aku bisa telpon kamu nanti?" Mendengar keluhan Rhea, bukannya langsung memberi nomor telponnya pada gadis itu, Kale malah menertawakannya.

"Ihh... Kale...." Belum selesai dengan ucapannya, Dinda dan Hana berlari memanggilnya dari ujung sana.

Dinda memegang pundak Rhea sambil menghela napasnya. Sedangkan Kale, cowok melangkahkan kakinya pergi dari sana setelah melambaikan tangan kepada Rhea sebagai tanda perpisahan.

"Gila, gue pikir bakalan telat kuis. Tapi ternyata lo masih di luar juga," ucap Dinda.

"By the way, cowok tadi siapa, Rhe? Ganteng juga bolehlah dikenalin ke gue," sahut Hana.

A Thousand StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang