- Apa definisi sebenarnya dari sebuah kenangan yang menakutkan? Terkadang, setiap momen bisa menjadi sebuah mimpi buruk, bukankah itu terjadi karena perasaan yang kita miliki?Apa aku salah? Bolehkah jika aku memberikan pendapat pribadiku? Momen yang terjadi saat ini, detik ini, terasa sangat menakutkan! Adakah cara untuk membantuku? Tolong aku! karena dia pun juga sama. Lalu, untuk apa kita bersama? -
Gadis itu terbangun dari tidurnya dan bergegas duduk, ia masih linglung dan mencoba menemukan kesadarannya, dia mengerutkan dahinya melihat sekeliling dan matanya tertuju pada jam dinding di kamar yang masih remang-remang. Dia mendengus geli melihat jarum jam masih menunjukkan pukul tiga pagi, bahkan matahari mungkin masih tertidur nyenyak di bawah rembulan. Ada umpatan yang ingin dia keluarkan dari mulutnya.
"Shi..." ucapan yang sudah berada di ujung bibirnya tertahan karena gerakan kecil sebuah tangan yang mengusap pelan pinggangnya. Gadis itu sedikit memajukan bibirnya, tampak kesal tapi sesaat kemudian bibir gadis itu tertarik membentuk sebuah senyuman kecil.
"Hentikan senyum konyolmu itu! tidurlah!" ujar seorang pria yang masih setia memejamkan matanya sembari mencubit main-main pinggang gadis berambut panjang itu.
"Kau baru selesai pengambilan gambar?" tanya gadis itu, sembari kembali berbaring mematuhi perkataan pria bersurai hitam legam yang kini terlihat mengerutkan dahi.
Pria itu tanpa membuka matanya, menarik nafas dalam-dalam "Aku menyuruhmu berhenti tersenyum, bukan berarti aku mengizinkanmu untuk berbicara, Soo-ya." ujar pria itu yang terdengar seperti merengek
"Kalau tidak salah, aku menyuruhmu tidur. Jadi, sekarang kau tidur! Simpan pertanyaan dan semua tingkahmu saat aku sudah bisa membuka mata dengan benar, oke?"
"Kau masih saja suka memerintah, bahkan dalam kondisi seperti ini? Apa perusahaan membuatmu kerja rodi? Aku tidak mau tidur dengan mayat hidup! Pergilah berkaca sebelum kau naik ke ranjang yang sama denganku!" omel Jisoo sekali lagi.
Pria itu tidak menggubris sama sekali lontaran kalimat yang keluar dari bibir merah gadisnya, ia justru semakin merengkuh tubuh sang gadis dan membenamkan kepala Jisoo di dadanya, setidaknya dia berusaha membungkam mulut cerewetnya dengan cara yang aman. Ya, pelukannya adalah tempat teraman bagi gadisnya.
"Kubilang, jangan bertingkah saat aku tidak bisa membuka mata dengan benar! Kau tahu benar apa yang aku takutkan." ungkap pria itu dengan suara yang sangat pelan, terdengar jelas jika dia sedang merasa lelah.
Jisoo terkekeh pelan dalam pelukan pria itu "Tidak bisa melihatku dengan benar dan melewatkan apa pun tentangku."
"Ckk..kepercayaanmu sangat tinggi ya?" jawab pria itu singkat, terasa kepala Jisoo bergerak di dadanya, menunjukkan bahwa dia sangat setuju dengan pertanyaannya.
Pria itu terdengar mendengus.
"Oh.. ayolah aku bahkan tidak akan selalu bisa bersamamu seharian bahkan kita bisa tidak bersama selama sebulan bahkan lebih. Seharusnya kau sudah terbiasa." ujar Jisoo menggoda
"Aku terlampau biasa, bahkan aku sudah terlalu biasa mendapat kabarmu dari media sosial ataupun manajermu. Aku heran. Kadang aku bertanya-tanya kenapa Tuhan memberikanmu mulut, sedangkan aku bahkan jarang menerima kabar dari mulutmu langsung." keluh pria itu sedikit panjang lebar.
Jisoo hanya terdiam tidak menjawab apa pun, tapi pria itu tahu dengan baik jika gadis yang berada dalam dekapannya saat ini tidak tidur. Tapi, sibuk dengan pikirannya sendiri. Waktu tiga tahun yang mereka habiskan bersama membuat dia cukup bisa memahami bagaimana karakter gadis yang sudah sah menjadi miliknya itu.
Pria itu mengusap rambut dan menghirup wangi shampo yang menguar dari rambut istrinya. "Setidaknya," ujar pria itu pelan kemudian ia mengambil nafas sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story (Jinsoo Etc)
FanfictionHanya kumpulan cerita pendek yang terlintas disela-sela realita kehidupan, tidak begitu berat hanya untuk hiburan bagi siapapun yang meluangkan waktu untuk membacanya. Sebagai sarana hiburan tersendiri bagi penulis juga. Selamat membaca 😊