Day 3
Wednesday
-Apa kita sudah menjadi lebih dekat satu sama lain? Bolehkah aku beranggapan begitu?-
.
.
.
Wednesday, The Third day of one week.
Kamar Kim Seokjin
- Kim Seokjin POV -
Rabu, jika dihitung-hitung maka ini adalah pagi ketiga dalam satu minggu ini. Aku melirik jam yang terpasang begitu apik di dinding kamarku. Jarum panjang menunjuk angka dua belas dan jarum pendeknya mengarah pada angka empat, yang artinya, ini masih pukul empat pagi, bahkan aku bangun lebih dulu daripada alarmku. Padahal, aku sama sekali tidak bermaksud untuk mempercepat mataku untuk terbuka dan memulai aktivitas hari ini.
Tapi bayang-bayang kejadian Selasa malam tadi, masih terukir jelas di setiap ruang yang ada di otakku. Sensasi getaran aneh yang terjadi pada Senin pagi kemarin kembali terulang, bahkan jauh lebih aneh lagi. Iya, jantungku berdebar melebihi sistem kerjanya, hatiku begitu terasa hangat saat tangan lentik gadis itu menyambut mawar kuningku.
Sejak semalam sepulangku dari tempat Nona merah, aku sulit memejamkan mata. Otakku selalu mengatakan bahwa aku adalah pria bodoh. Bodoh karena keputusanku bertindak seperti itu. Bahkan sampai pagi ini aku masih sedikit menyesali keputusanku.
Aku memaki diriku sendiri. Aku pria yang cukup buruk, apa aku sama seperti pria-pria brengsek di luar sana? Pria yang suka mempermainkan perasaan wanita. Mungkin memang benar. Bukankah dari caraku malam kemarin, aku seperti sedang memberikan tanda bahwa aku sebenarnya tertarik kepadanya? Tapi di sisi lain aku juga merasa bimbang dengan rasa itu?.
Aku tersenyum miris mengingatnya, akulah yang menawarkan untuk tidak perlu mengetahui nama satu sama lain dengan alasan, jika kisah mereka tidak berakhir indah tidak akan ada kekecewaan yang membekas. Oke, itu sudah cukup membuktikan bahwa aku berbakat menjadi pria kurang ajar. Bukan aku ingin memberi harapan, hanya saja hubungan setingkat lebih tinggi dari pertemanan masih terlalu cepat. Lagi pula ada yang lebih penting dari itu, aku hanya ingin memastikan bahwa gadis itu masih baik-baik saja, sampai saat kita bertemu lagi. Sekarang itulah yang menjadi harapanku.
Tapi jika selama itu, ikatan di antara kami berkembang maka aku tidak akan berusaha lari. Dan lagi, aku yakin tidak akan ada kesempatan untuk diriku melarikan diri.
Jam weker ku berbunyi, berarti sekarang sudah pukul setengah lima pagi. Aku segera bangkit dari ranjang nyamanku, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Aku berubah menjadi aneh, aku menghabiskan waktu hampir tiga puluh menit di dalam kamar mandi. Aku memastikan di setiap inci tubuhku tidak ada noda yang tertinggal. Aku hanya ingin tampil sempurna di hadapan teman perempuanku itu.
Aku seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta. Apa dia juga sama seperti itu? Aku yang sekarang lebih bersemangat untuk membuka mata untuk esok hari, karena kepalaku selalu sibuk menebak-nebak apa yang akan terjadi setelahnya. Sama halnya seperti pagi ini, aku bahkan sibuk memilih bajuku dan mematut diri di depan cermin. Memastikan selalu memberi penampilan terbaikku.
Padahal aku sadar jika setiap aku bertemu dengannya, gadis itu tidak pernah berepot-repot untuk terlihat baik dimatanya. Bahkan pertemuan mereka di hari Senin, gadis itu dalam kondisi sedikit berantakan karena badannya menerima dengan sukarela saat air hujan mengguyur pagi itu. Kemarin sore pun juga begitu, kepangan rambutnya yang longgar sedikit berantakan, guratan lelah juga sempat terlukis di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short story (Jinsoo Etc)
FanficHanya kumpulan cerita pendek yang terlintas disela-sela realita kehidupan, tidak begitu berat hanya untuk hiburan bagi siapapun yang meluangkan waktu untuk membacanya. Sebagai sarana hiburan tersendiri bagi penulis juga. Selamat membaca 😊