04 | The Perks of Being a Loneliest Vampire

1K 145 4
                                    

Seokjin sempat memekik karena begitu terkejut oleh perangkap itu namun ia tidak yakin suaranya terdengar sampai ke telinga panitia yang entah berada di hutan bagian mana. Sangkar perak itu terlihat tidak terlalu kuat sehingga ia memutuskan untuk mengangkatnya ke udara dan segera melesat sebelum kulit tangannya melepuh.

Namun apa yang tampak mudah seringkali berubah menyulitkan dalam sekejap mata. Ujung sangkar perak itu menancap dalam pada tanah, seakan mengunci atau lebih tepatnya bertaut dengan alat yang terkubur di dalam tanah. Sengaja ditanam untuk mengurung tangkapannya dengan aman sampai esok pemburu hewan liar itu datang memeriksa.

Seokjin masih berusah sekuat tenaga untuk membebaskan dirinya, ia mencengkeram sangkar perak yang menghantarkan rasa panas sepanjang ruas jari. Seokjin mendesis tatkala melihat tangannya melepuh bagai daging yang tengah dibakar untuk sajian barbeque.

"What the hell is going on, Sir!?" Seokjin kembali jatuh tersungkur mendengar geraman seseorang yang begitu asing di telinganya. Hampir saja ia mengeluarkan taringnya sebagai pertahanan diri apabila pemburu hewan liar itu datang dan berencana membawanya hidup-hidup.

Seokjin mendesah lega begitu Namjoon menyalakan lampu senter, meski sesungguhnya itu tidak perlu bagi vampire yang memiliki penglihatan tajam di malam hari. "Bisakah kau memanggil panitia untuk mengeluarkanku dari sangkar perak sialan ini?"

Seokjin masih ingat itu adalah pembicaraan pertama mereka berdua. Namjoon mengabaikan permintaannya dan memilih menyelamatkan Seokjin dengan tenaganya sendiri. Seokjin melihat kening Namjoon berkerut dalam ketika dirinya menyebutkan tentang panitia acara, seolah tampak tertanggu dan Seokjin menebak Namjoon pasti baru saja mendapat omelan tentang perilaku teman seangkatannya yang melanggar aturan dan tidak bersikap sopan selama acara berlangsung.

Namjoon bisa saja menuruti permintaan Seokjin untuk meninggalkannya dan meminta pertolongan panitia sehingga Namjoon bisa meneruskan salah satu kegiatan wajib itu. Meski Seokjin tidak menyukai ide manipulasi perasaan sepanjang jalur jelajah malam, namun ia tidak ingin menjadi penyebab kegagalan Namjoon sehingga pemuda itu harus mengulang acara membosankan seperti ini lagi pada tahun depan.

Malam itu purnama berpendar kuning keemasan di langit malam, keberadaannya yang megah bagaikan lampu yang menyinari sebuah pertunjukan romansa, di mana seorang pemuda alpha yang mengeluarkan segala kekuatannya untuk melepaskan vampire dari jerat sangkar perak yang sanggup menghanguskan mereka berdua dalam sekejap.

Namjoon melepas hoodie yang melapisi kaos jurusan lengan pendeknya, tampak press body atau mungkin saja otot tubuh Namjoon menebal seiring geramannya yang menggetarkan tanah. Seokjin berdebar karena seseorang untuk yang pertama kalinya. Ia terpaku pada usaha Namjoon yang melapisi tangan dengan hoodie dan mencabut sangkar besi itu dengan kekuatan purba yang ia miliki.

"Kau baik-baik saja, Sir?" Namjoon membantu Seokjin berdiri dan menemukan lepuhan yang masih mengeluarkan bunyi desisan daging terbakar pada tangan Seokjin.

"Aku tidak akan pernah baik-baik saja saat berurusan denganmu, Alpha..." Seokjin di masa sekarang tengah menggenggam tangan Namjoon dan membelai punggung tangannya dengan lembut menggunakan ibu jari.

Seokjin kembali terlempar pada ingatan manisnya tentang Namjoon yang tiba-tiba berkata kala itu, "Aku tidak tahu ini akan manjur atau tidak untuk vampire, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba!" Namjoon meraih kedua pergelangan tangan Seokjin dan mendekatkannya ke mulut. Menjilati telapak tangan dan ruas jari Seokjin dengan modal percaya pada kata leluhur bahwa air liur atau darah alpha dapat menyembuhkan luka atau paling tidak berguna untuk pertolongan pertama.

Malam itu, Seokjin membiarkan Namjoon menyembuhkan dirinya dengan cara yang agak sensual. Tidak sadar bahwa dirinya juga membiarkan Namjoon menyusup pada hatinya yang kosong entah dalam kurun waktu berapa lama karena Seokjin tidak pernah menghitungnya.

"Namjoon, kau ingat tidak kalau aku pernah berhutang nyawa padamu tiga tahun lalu? Sekarang aku datang untuk membalasnya." Seokjin tersenyum getir merasakan sesuatu yang berdesir dalam dirinya, ia merasa malu karena tidak bisa menangis usai melihat keadaan Namjoon yang tergolek tragis.

Seokjin sudah membuat keputusan. Tidak masalah apabila dirinya akan tertangkap dan menerima hukuman sesuai peraturan Blood Moon Ville. Seokjin akan diasingkan dari wilayah ini dan tidak akan diterima kembali, sudah dipastikan ia akan kehilangan pekerjaannya dan menghabiskan hari-harinya di wilayah antah berantah.

Semua akan baik-baik saja, sebab Seokjin sudah terbiasa menjalaninya seorang diri. Berbeda dengan Namjoon yang menjadi kesayangan keluarga juga lingkaran pertemanannya, apabila terjadi hal buruk pada pemuda itu, akan ada banyak pihak yang merasakan kesedihan berlarut-larut termasuk juga Seokjin sendiri.

Seokjin akan menganggapnya sebagai pindahan untuk yang kesekian kali. Berharap itu bisa menjadi rumahnya untuk kurun waktu yang lama karena jujur saja ia sudah lelah dengan kehidupan yang terus berjalan seperti ini. Seokjin ingin beristirahat dengan damai tapi ia tidak bisa tidur dalam waktu singkat apalagi untuk selamanya, rasanya seperti mustahil.

Seokjin harus segera mencegah keluarga Namjoon berurusan dengan hukum. Tugasnya hanya menggigit Namjoon dan menyerahkan dirinya ke kantor polisi terdekat. Namjoon tidak akan mengingatnya. Hubungan mereka akan selesai detik itu juga. Seokjin meyakininya.

Namjoon mengenakan cervical collar* yang membuat Seokjin sedikit ragu akan menggigit Namjoon pada bagian tubuh yang mana, maka ia memilih nadi di pergelangan tangan Namjoon sebagai gantinya.

Sebelum Seokjin menumbuhkan taringnya dengan perlahan, ia gunakan waktu yang kian menipis untuk menyimpan memori perjumpaan terakhir mereka. "Pemuda yang hebat sepertimu akan cepat beradaptasi dengan identitas baru."

Seokjin tertawa sumbang melihat Namjoon yang sama sekali tidak terganggu dalam tidurnya. "Alpha, apa kau mendengarkanku?" Seokjin merunduk untuk berbisik tepat di telinga Namjoon. "Aku tidak akan menyesal melanggar peraturan wilayah dan mendapat hukuman demi menyelamatkan nyawamu. Cepat sembuh ya."

Seokjin dihinggapi perasaan lega yang luar biasa setelah ia mengatakannya. Ia bahkan membubuhkan satu-dua kecupan di kening Namjoon sebelum menggigit pergelangan tangannya. Meninggalkan bekas yang dapat diketahui oleh siapapun bahwa itu ulah kaum vampire.

Seokjin segera melesat pergi begitu mesin yang memantau keadaan Namjoon saling bersahutan bunyi, mendeteksi kejanggalan dan aktivitas baru dalam tubuh Namjoon.

Sedangkan di lain tempat, pada dini hari selepas hujan, Seokjin melangkah perlahan menyusuri aspal basah yang memantulkan lampu jalanan. Ia tengah menuju kantor kepolisian terdekat untuk menyerahkan diri dan menerima hukuman dengan patuh.

Seokjin hendak memohon agar kasusnya diproses secara tertutup. Ia akan membuat surat pengunduran diri agar pihak kampus tidak mencium aksinya. Selain itu, Seokjin juga memohon agar polisi tidak memberi tahu bahwa dirinya yang telah mengubah Namjoon menjadi kaum vampire.

Seokjin tidak mengatakan bahwa perbuatannya adalah semata-mata untuk menyelamatkan nyawa Namjoon, melainkan dirinya mengaku bahwa aksi itu dilakukannya karena cintanya yang tidak mendapatkan restu dari orang tua Namjoon sehingga dirinya nekat.

Seokjin membuat dirinya terlihat mengerikan. Menelan umpatan dan makian yang diberikan polisi kepadanya. Bahkan polisi mengancam akan menambah masa hukuman Seokjin apabila keluarga Namjoon yang terpandang akan menuntut kejahatannya.

Seokjin menyetujuinya sebab ia tahu itu tidak akan terjadi. Keluarga Namjoon pasti tengah merasakan kelegaan yang luar biasa karena Namjoon akan langsung bangun dari koma dan menjadi vampire new born yang masih perlu pendampingan dari tenaga ahli.

Keluarga Namjoon pasti akan tetap merawat dan menyayanginya. Tidak akan ada yang berubah selain hilangnya figur Seokjin dari hidup dan memori Namjoon. Toh selama ini hubungan mereka belum terlalu jauh.

Seokjin yang sedari tadi lebih banyak diam dan mengangguk selama proses pemeriksaan akhirnya dapat tersenyum lega mengingat fakta bahwa Namjoon tidak akan pernah menjadi vampire yang kesepian seperti dirinya.


*) Cervical collar atau penyangga leher dipasang apabila terjadi trauma karena kecelakaan dan insiden sejenis yang mengakibatkan cidera.





To Be Continued

Spring Bliss (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang