O2

121 34 0
                                    

tess.. selamat pagi, diberitahukan kepada andira dharmawangsa kelas dua belas ipa 2 silakan datang ke ruang guru sekarang.”

“saya ulangi sekali lagi kepada—” andira bangun dari bangkunya sebelum berjalan mendekati guru yang saat itu tengah mengajar untuk meminta izin meninggalkan kelas. “bu! saya juga mau izin ke toilet yaa! diraa tungguin please!”

“ngga usah lari caa.” caca menyunggingkan senyumnya. “hehe..”

setelah berpisah dengan caca di lantai dua—andira segera turun ke lantai pertama karena sudah lima menit lebih sejak dia dipanggil untuk datang ke ruang guru.

tok.. tok.. “permisi.”

“silakan masuk.”

membuka pintu ruang guru; pandangan andira langsung tertuju pada kedua orang tuanya yang menatapnya begitu lekat. “dira..”

“dira masih mau sekolah, bunda.”

bunda berdiri dari tempatnya dan berjalan mendekati andira.

“bunda apa sih? aku gapapa bun.”

“andiraa..” bunda memeluk erat anak semata wayangnya penuh kasih selama beberapa saat sebelum suara ayah terdengar.

“kamu yakin masih mau sekolah?”

“mas..”

“yakin yah.” jawab andira.

“sekarang kamu kembali ke kelas.” menarik bunda dari pelukan putrinya, ayah memeluk erat istrinya yang menangis sambil mengusap bahu bunda perlahan.

“jangan nangis, bun.” ucap gadis itu sebelum benar benar pergi meninggalkan ruang guru.

🦢

“bosen..” menatap kekasihnya penuh tanya, raihan menangkup kedua sisi wajah andira sampai tatapan keduanya bertemu di satu titik yang sama. “masih ngga mau cerita hm?” tanya raihan.

“dibilang aku kecapean kemarin tuh..”

“bohong.” raihan mencubit kecil pipinya sebelum menarik sang kekasih masuk ke dalam pelukannya. “kalau ada apa apa cerita sama aku ya?” andira menganggukkan kepalanya.

“iyaa raihann.”

“aku ke kelas duluan.” tangan andira dicekal oleh raihan.

“udah mau bel.”

“aku masih kangen raa.” andira mengerutkan dahinya. “apa sih.”

“nanti kamu pulang duluan aja aku ada urusan.” andira melepas cekalan tangan raihan secara perlahan. “ngga sama aku?”

“bosen sama kamu terus.”

“sayang..” andira berlari kecil sembari melambaikan tangannya.

“tumbenan ngga ke sini?” raihan mengalihkan perhatiannya ke arah sanjaya yang baru saja datang bersama zidan di rangkulan tangannya.

“siapa?” tanya raihan.

“cewek lo lah?”

“udah balik kelas dia.” jawab raihan.

“perasaan bel masuknya belum bunyi dah.” sanjaya menyeruput es cekek mangganya sambil mengeluarkan handphonenya.

“andira mah on time ngga kaya lo.” zidan duduk tepat di samping raihan—mengambil satu botol air mineral sebelum membuka dan meminumnya. “yang demen dira mah udah pasti hafal kan.”

“uhuk! maksud?” raihan tersenyum tipis mendengarnya.

bukan rahasia lagi kalau zidan sempat menyukai kekasihnya; saat mereka berdua masih berada di sekolah menengah pertama dan jauh sebelum andira bertemu dengannya.

cok coba liat muka lo dah.” menunjukkan layar handphonenya kepada zidan, sanjaya memegangi perutnya yang terasa keram akibat menertawakan ekspresi wajah temannya saat tersedak air mineral tadi.

“nanti kalau ada yang nabrak lo pakai aerox itu gue ya anjir.”

L

l'amour de ma vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang