O3

83 29 0
                                    

agustus 2019

saat itu andira tengah menunggu sang ayah yang tadi pagi sudah berjanji untuk menjemputnya; hampir satu jam dia menunggu akan tetapi ayahnya tidak kunjung datang.

andira mulai kesal.

gadis itu terus menghela napasnya sembari menendang kerikil di sekitarnya sampai seseorang mendatanginya dan bertanya,

“belum pulang ra?” namanya raihan.

siswa kelas sebelah yang ikut dalam sebuah geng yang katanya digunakan untuk menjaga sekolah—padahal tidak.

“belum.” jawabnya.

“mau bareng gue ngga? udah sore gini.” tanya laki laki itu.

“ngga usah.” tolak andira. “ayah gue kayanya—” ting! pesan dari ayah itu tertera dinotifikasinya.

“ngga bisa jemput..” raihan tersenyum kecil. “beneran ngga mau bareng pulangnya?” andira belum mengenal raihan; apalagi laki laki itu ikut sebuah geng motor yang sedikit menakutkan?

“lo tunggu di sini bentar.” raihan berlari ke sebuah warung yang biasanya digunakan geng raihan untuk menyusun strategi atau sekedar nongkrong seperti remaja pada umumnya.

beberapa saat setelah kepergian raihan—sebuah gojek berhenti di depan andira. “kak andira ya?” andira melirik raihan yang melambaikan tangan ke arahnya sambil mengangguk perlahan.

raihan mengacungkan ibu jarinya dari seberang. “iyaa pak.”

“makasih.” gumam gadis itu sembari tersenyum.

oktober 2019

di sekolahnya andira—bagi siswa siswi yang tidak menggunakan seragam lengkap saat upacara akan mendapat hukuman untuk membersihkan lapangan; persis seperti apa yang andira lakukan sekarang.

“lapangannya udah bersih raa.” raihan memberikan sebotol air mineral kepada andira yang segera menegakkan tubuhnya.

andira sebenarnya ragu untuk menerima; namun tatapan raihan terlihat meyakinkan hingga akhirnya dia menerima air mineral yang menjadi permulaan dari segalanya itu.

“sekali lagi makasih ya.”

“ngga ada salahnya nolong orang lain kan?”

“iyaa.” andira membalikkan tubuhnya. “ra.” panggil raihan.

“nanti pulang sama gue.”

deal.” jawab gadis itu tanpa menoleh melihat raihan.

lalu jika diminta untuk menjelaskan bagaimana perasaan raihan saat itu—dia tidak bisa.

november 2019

malam yang indah bersama seseorang yang sama indahnya.

raihan dan andira saling bergandengan agar andira tidak hilang; melewati hamparan manusia di tengah ramainya alun alun kota yogyakarta.

“mau raa?” raihan melihat andira yang memperhatikan harum manis di sekitaran mereka. “hah? ngga.”

setelah itu mereka memilih untuk bermain beberapa permainan dan raihan mengajak andira untuk beristirahat terlebih dahulu di kursi yang tersedia.

“gue ke sana dulu.” raihan memberikan handphonenya sebagai jaminan lalu setelah itu dia meninggalkan andira.

laki laki itu datang dengan harum manis di tangannya. “buat lo.”

“beneran ngga mau?”

“kalau dimakan berdua mau.” raihan tersenyum.

sudah lama sekali sejak andira merasakan suasana seperti ini.

biasanya setelah pulang sekolah—gadis itu akan menghabiskan waktunya dengan menonton film atau tidur di kamarnya.

jika raihan tidak mengajaknya pergi maka sudah bisa di pastikan kalau andira akan merasa bosan terus berdiam diri di rumah.

“cantik.” ucap raihan di dalam hatinya.

sepertinya Tuhan dengan sengaja menurunkan andira ke dunia hanya untuk membuat raihan jatuh cinta kepadanya.

🦢

“ayo naik kak! ombaknya udah mulai tinggi.” lamunan andira mendadak hilang—dia menatap seorang anak kecil yang berdiri di sebelahnya sambil mengulurkan tangan ke arahnya

laut mungkin indah, namun raihan bisa saja lebih, lebih, lebih indah dari pada laut.

L

l'amour de ma vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang