O4

70 29 0
                                    

raihan :
“kamu di mana? tadi dicariin bunda.”

andira :
“ini udah di rumah kok.”

raihan :
“aku keluar sama temenku ya?”

andira :
“beneran keluar apa mau nyerang?”

andira :
“dikira aku ngga tau apa.”

raihan :
“sayang.”

raihan :
“janji ngga bakalan babak belur raa.”

andira :
“dih awas aja sampai babak belur.”

raihan :
“nggaa.”

andira membaringkan tubuhnya.

akhir akhir ini dia terlalu cepat merasa lelah dan hal itu sendiri sudah membuat andira merasa semakin takut. “tiga bulan ya?”

raihan :
“andira?”

pesan terakhir yang dia kirimkan kepada andira tidak mendapat respon apapun: raihan memilih mematikan handphonenya dan menaiki motornya menuju basecamp Marlboro karena anggota yang lainnya sudah menunggunya.

; two days later

ada satu hal yang sebenarnya menjadi halangan bagi raihan dan andira dalam menjalani hubungan mereka.

andira terlalu menutup diri sedangkan raihan seolah tidak ingin melewati batasannya dengan memaksa andira untuk bercerita.

toh tidak semua hal harus diceritakan.

“andira pingsan han!” menoleh cepat ke arah sean yang sedang mengatur napas; raihan bangun dari tempat duduknya.

“dibawa ke UKS?” sean menganggukkan kepalanya.

raihan berlari kencang meninggalkan kelasnya meski bel masuk sudah berbunyi nyaring di telinganya.

tok..tok.. “bu? andiranya ada?”

“itu masih istirahat.” ibu sri selaku penjaga UKS  meminta raihan untuk tidak berisik karena ada beberapa siswa lain yang sedang beristirahat juga di UKS. “raa?” raihan menggenggam tangannya.

dia menatap wajah pucat kekasihnya penuh kekhawatiran.

tidak lama setelah itu andira membuka matanya.

secara perlahan hingga tatapannya bertemu dengan raihan yang kini juga sedang menatapnya.

“ada yang sakit ngga?” tanyanya hati hati.

“ngga.” andira berbohong dan raihan bisa melihatnya.

“jangan bohong raa.” air mata andira akhirnya lolos membasahi pipinya.

“aku takut..” raihan membawa andira masuk ke dalam pelukan yang setidaknya bisa membuat gadis itu lebih tenang.

“besok kalau aku pergi—”

sst.” raihan semakin mengeratkan pelukannya.

tumor otak yang diderita andira semakin parah setiap harinya.

gadis itu mudah merasa lelah, andira sering melupakan hal yang ingin dia lakukan sebelumnya dalam hitungan detik.

andira tidak ingin menyerah.

namun kemungkinan untuk dirinya bisa bertahan tidak banyak.

“aku takut han..”

L

l'amour de ma vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang