O5

64 31 0
                                    

andira :
“aku habis buat nasi goreng.”

andira :
“mau ngga?”

raihan :
“mau.”

raihan :
“aku ke sana ya.”

andira :
“aku di depan rumah kamu.”

BRAK!

raihan membuka pintu rumahnya cukup kencang.

lah kirain bohong.”

“KAK DILA!” BRUK! adik raihan itu namanya juan; berusia lima tahun dan cadel hanya ketika bersama andira.

“apaan sih peluk peluk pacar orang? minggir ngga?”

“PELIT!”

juan melepas pelukannya dari andira sebelum melempar sandal jepitnya ke arah raihan yang masih menatapnya.

“juan mau nasi goreng ngga?” tanya andira ketika mereka tiba di ruang tengah.

“mau!” juan segera menggandeng tangan andira menuju sofa.

“kamu jadi mau?”

“ngga mungkin nolak sih..” andira mencubit bibir raihan.

🕊

“bawa motornya pelan pelan loh ya! awas kalau kak dila sampai lecet! aku ngga akan bukain pintu buat kak raihan!”

“bawel.” juan menyipitkan matanya. “dibilangin kok ngeyel!”

“kak dila kapan kapan main ke sini lagi dong!”

“boleh.” jawab andira.

“juan mau masuk dulu takutnya nanti juan diculik orang.”

pintu rumah keluarga manggala ditutup oleh juan, tersisa andira dan raihan kini saling bertatapan.

“mau langsung pulang?”

andira menggeleng. “ngga mau..”

“ikut aku kumpul sama temen temen mau?”

“boleh?” selama ini andira tidak pernah tahu di mana, kemudian dengan siapa, dan apa saja yang dilakukan raihan bersama teman teman geng motornya itu.

“peluk dulu.”

“ngga ah.”

“curang nih.”

🦢

“matiin rokoknya.” sekelompok remaja itu menoleh menatap si tangan kanan ketua.

“pacarnya si raihan mau ke sini.”

akhirnya sang ketua membawa seseorang yang kedatangannya sangat ditunggu tunggu oleh seluruh anggota marlboro.

“masih sama dira dira itu?” tanya bima.

“heran banget kenapa mau sama berandalan kaya si raihan.”

yang di sana mengangguk tanda setuju dengan perkataan bima.

“dateng juga.”

“hai? lo pasti andira.” andira mengangguk. “gue bima.”

andira hendak menerima uluran tangan bima jika tidak di tahan oleh raihan. “ngga usah, tangan dia bau rokok.”

“anjing?” gadis itu menahan tawanya.

“mau tau sesuatu ngga?” ucap bima sedikit berbisik.

“ini pertama kalinya raihan bawa cewek ke tongkrongan.”

kalau begitu, andira adalah yang pertama.

ada banyak sekali hal yang dibicarakan di sana hingga tak terasa matahari mulai menghilang digantikan bulan.

“aku antar pulang sekarang ya?” melihat ke arah jam yang ada di tongkrongan itu, andira mengangguk. “ayo pulang.”

“duluan.” ucap raihan yang dijawab dengan acungan ibu jari.

“dira hati hati yaa! pegangan biar ngga jatuh.” andira tersenyum sedangkan raihan menatap bima tajam.

tawa sekelompok laki laki itu kini terdengar samar bersama dengan andira yang mulai menjauh bersama raihan menggunakan motornya.

“aku langsung pulang ya? bilangin maaf ke bunda karena jarang mampir.”

“iyaa, hati hati di jalan.” raihan mendekatkan wajahnya sebelum mengecup kening andira cukup lama.

“aku pulang dulu.”

L.

l'amour de ma vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang