12. Honeymoon Bagian 1

7.5K 293 45
                                    

Bari termenung di kamar hotel. Sore ini, papanya akan berangkat berbulan madu bersama Rumi dan hal itu membuatnya seperti tidak terima. Sekeras apapun ia mencoba ikhlas, tetap saja belum bisa.

Sebuah ide muncul di kepalanya. Jemarinya dengan mahir mengetik pesan pada Nia, bertanya pada adiknya itu perihal tempat bulan madu yang akan dikunjungi oleh papanya. Namun pesannya hanya ceklis satu. Bari pun memutuskan untuk menelepon Nia, tetapi tidak diangkat.

Kini Bari mengirimkan pesan WA pada sepupunya yang ikut menginap di hotel. Dia mengajukan pertanyaan yang sama pada sepupu laki-lakinya itu, tetapi kondisinya masih sama seperti Nia. Hanya ceklis satu. Ada enam orang yang ia kirimkan pesan WA, tetapi tidak ada satu pun yang aktif.

Dengan menghela napas gusar dan mengumpulkan keberanian, Bari mengirimkan pesan pada Rumi secara langsung. Ia sangat berharap Rumi mau menjawab pertanyaannya. Jika ia tidak bisa mengganggu, paling tidak ia bisa melihat kekasihnya dari kejauhan.

Kening Bari mengerut dalam, saat menyadari nomor ponselnya sudah diblokir oleh Rumi tanpa kalimat perpisahan. Apa ini bagian dari keseriusan papanya, agar ia benar-benar tidak mengganggu waktu tiga bulan mereka?

Bari menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia sampai lupa minum obat gara-gara sibuk memikirkan kemana Rumi dan papanya akan pergi.

Bep! Bep!

Ponsel berbunyi tanda pesan masuk. Bari menyambarnya dari atas kasur dan berharap ini adalah pesan dari salah satu sepupunya yang memberikan jawaban atas pertanyaannya.

Saya sudah sampai. Terima kasih. Semoga lain waktu kamu bisa menyusul.

Bari menghela napas kasar, lalu melemparkan kembali ponselnya ke atas tempat tidur. Semua masalah menjadi sangat rumit karena dirinya.

Sementara itu, di kamarnya, Angkasa tengah menikmati segelas teh tawar hangat dan sepotong pizza yang ia pesan melalui sambungan telepon. Masih ada dua jam lagi sebelum mereka ke bandara yang bisa dimanfaatkan untuk bersantai bersama Rumi.

Setelah berbincang tentang persyaratan pernikahan tiga bulan tadi, Rumi benar-benar mengunci rapat mulutnya. Wanita itu tidak bisa membantah karena jika ia membantah, maka Angkasa tidak akan melepaskannya untuk Bari.

"Kenapa tidak dimakan pizza-nya? Bukannya kamu suka pizza?" tanya Angkasa saat menerima suapan pizza dari Rumi. Kelakuan tua-tua keladi yang sungguh konyol. Pikir Rumi dengan rasa kesal di dalam hati. Untuk makan pizza saja harus disuapi juga.

"Sekarang menjadi tidak suka," jawab Rumi sambil menunduk. Ia harus berpura-pura merajuk agar Angkasa merubah bagian-bagian mesum dalam persyaratan tadi.

"Kalau tidak mau makan pizza, saya cium saja bagaimana?" tantang Angkasa dengan suara sangat serius. Sontak Rumi membuka mulutnya, lalu Angkasa pun menyuapi potongan pizza dengan topping daging sosis yang sangat besar.

Mau tidak mau, suka tidak suka, Rumi terpaksa mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Makan yang banyak ya. Biar cepat besar," kata Angkasa dengan maksud berseloroh, tapi bagi Rumi justru sangat garing.

"Sudah, perut saya sudah kekenyangan. Buat kamu saja. Waktu itu saya pernah melihat kamu menghabiskan satu loyang ukuran medium sendirian. Jadi, pasti kamu bisa menghabiskan dua potong pizza lagi, tapi kalau sudah kenyang juga, jangan dipaksakan," elak Angkasa saat Rumi menyuapkan kembali pizza ke mulut suaminya.

DILAMAR ANAKNYA. DINIKAHI AYAHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang