0.7

1.3K 297 51
                                    

Caffe Prince, dua kalimat yang menjadi lokasi keberadaan mereka sekarang.

Gank Treasure yang kini beranggotakan sembilan orang tersebut tengah mengintrogasi salah satu temannya yang tempo waktu menjadi korban penculikan Pennywise.

Dengan Hyunsuk sebagai pembuka Introgasi, ia menatap lamat-lamat sepasang mata Bang Yedam.

"Apa yang selama ini badut itu lakuin ke lo dan orang-orang yang dia culik?" tanya Hyunsuk membuka topik pembicaraan.

"Dia ngumpulin gue dan orang-orang yang dia culik ke penjara, dia juga sempat bilang sesuatu."

"Apa yang dia bilang?"

Ia mengendikkan pundak. "Nothing much, dia cuma bilang 'will you be my Eternity?' dan suruh kita buat jawab kalimat itu."

"Terus, lo jawab apa?"

"Ada dua pilihan yang harus gue jawab."

"Yes or no."

"Idunno the purpose him asking like that, jadi gue jawab no, dan berakhir dia mukulin gue dan semua orang yang dia culik, karena mereka semua juga jawab no," lanjutnya dengan panjang lebar. Hyunsuk menganggukkan kepalanya paham.

"Kenapa gak ada yang jawab yes?" Giliran Jihoon yang bertanya.

"Itu dia masalahnya." Yedam mengembuskan napasnya kasar. "Sebenarnya, gue jawab no juga karena ikut-ikutan doang, karena yang lain juga jawab no. Tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya dia bakal lakuin hal yang berbeda kalo gue jawab yes,"

"Kalian tahu, nggak?" tanya Jihoon mengalihkan topik. Mereka menautkan alis bingung sebelum akhirnya Jihoon melanjutkan.

"Waktu kita di lubang tadi, gue lihat badut itu di dalam sana. Tapi anehnya, cuma gue yang bisa lihat."

"Karena gelap kali," sahut Mashiho.

"Gue serius. Matanya bercahaya, nggak mungkin nih bocah dua nggak bisa lihat." Jihoon menunjuk pada Junkyu dan Haruto yang sebelumnya juga ikut terjebak di lubang.

"Dia juga nanyain hal yang sama kayak Yedam. Tapi dia udah hilang duluan sebelum gue sempat jawab."






























"WOY, LUBANGNYA KETUTUP!!" Haruto berteriak panik begitu melihat lubang mulai tertutup secara perlahan.

"LOH, KOK KETUTUP?!"

"Aduh, Ji, gimana, nih! Gelap banget lagi." Junkyu menggoyang-goyangkan kedua pundak Jihoon was-was.

"Tenang dulu, Kyu. Gue yakin ada jalan keluar," sementara Junkyu dan Haruto panik, Jihoon mencoba tetap tenang.

"Tenang tenang matamu! Gara-gara lo nih kita jadi kayak gini!" Protes Haruto.

"Kok gue?! Salah siapa ikutan! kalaupun ntar kita mati disini yaudah sih," Jihoon tak mau kalah.

"Hush! Mulut lo dijaga, anjir."

Jihoon terkekeh pelan. "Canda, canda, ya kali gue mati bareng lo berdua, najis."

Sementara yang lain berteriak saling memanggil. Jihoon memilih untuk bersandar di dinding dan menunggu bala bantuan, ia pasrah akan keadaan.

Rasa kantuk menjalar, kelopak matanya terasa berat, Jihoon menghela napas panjang sambil memejamkan mata. Perlahan demi perlahan, ia mulai tertidur pulas, sampai tidak sadar bahwa seseorang baru saja menepuk kedua pundaknya.

[ⅰ] 𝐂lown of Eternity || 𝐓reasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang