Sayang?""Yang?" Panggil Winter dengan tangan nya yg nampak meraba-raba permukaan kasur yang ada disebelahnya.
Winter bangun dengan keadaan dia yg sendirian tanpa ada seseorang di sampingnya.Dengan malas ia bangun dari tempat tidurnya dan tanpa perlu repot untuk
Membersihkan diri atau setidaknya merapikan penampilan nya. Dengan langkah gontai ia berjalan keluar kamar."Astaghfirullah!!!!"
Seketika mata Winter langsung terbuka lebar begitu melihat pemandangan di depan nya, ia dibuat terkejut oleh penampilan istrinya.
"Inget kamu itu Katolik"Ujar Karina datar memperingati pasangan nya itu.
"Oh iya lupa hehe..." Winter menyengir polos, melupakan rasa terkejut nya sejenak "Yaudah kalau gitu ulang-ulang"
"Astaga Bu Dosen!!! kamu mau kemana pake baju kayak gitu?!" Heboh Winter yg langsung mencak-mencak.
"Menurut kamu?" Jawab Karina datar, aneh saja secara ia pagi-pagi sudah rapi dan cantik begini tentu saja pergi mengajar ya kali mencangkul di sawah.
Meninggalkan Winter dan tak terlalu ambil pusing dengan tingkah suaminya itu, Karina memilih membawa secangkir kopi yg telah dibuatnya ke depan ruang tv. Sebenarnya ia merasa heran juga sih kenapa pagi-pagi suaminya itu langsung merudung kepadanya.
Merasa diabaikan langsung saja Winter menghampiri pasangannya itu.
"Astaga yang!! Kamu serius ngajar pake baju kayak gitu?!" Pekik Winter heboh sambil menunjuk pakaian yg dipakai Karina.
Karina menelisik penampilan nya sejenak, tidak ada yg aneh pikirnya
"Emang kenapa sama baju aku?"Tanya nya heran."Kamu itu mau ngajar atau ngelonte?!"
Sialan! batin Karina.
Untung saja kopi yg diminum Karina tidak menyembur keluar. Kalaupun ia sudah dipastikan wajah rupawan Winter akan menjadi korban.
Sebab suaminya itu berdiri tepat didepan nya. Bu Dosen itu langsung mendelik begitu mendengar ucapan tak terduga dari suaminya itu.
Memang ya mulut suaminya itu licin sekali sebelas dua belas dengan ayahnya yg tak lain ayah mertuanya.Karena kesal Karina reflek melempar iPhone miliknya yg kebetulan ada di sebelah sofa tempat ia duduk "Mulutnya!"
Untung saja Winter mempunyai reflek yg bagus hingga ia bisa menangkap handphone istrinya itu sebelum handphone itu jatuh kelantai atau bahkan menghantam wajah rupawan nya.
"Yang ini hp belinya pake duit loh bukan pake daun"
"Tau. Kalau pake daun semua orang juga pasti mampu beli itu"Balas Karina malas. Ia Masih kesal Karna ucapan Winter tadi.
"Ya kalau tau makanya gausah dilempar-lempar gitu, mentang-mentang punya duit sembarangan aja lempar-lempar barang"
"Suka-suka aku lah" Sewot Karina
"Dih"Cibir Winter sebelum berjongkok di depan istrinya. Jadi posisi Karina saat ini memang tengah duduk bersila di sofa ruang tv apartemen mereka.
Winter menggenggam sebelah telapak tangan Karina dengan kedua telapak tangan miliknya, yg ternyta tidak mendapat penolakan oleh Karina.
Merasa tak ada penolakan dengan berani ia usap usap lembut tangan tersebut berharap bisa meredam amarah istrinya itu.
Dan ternyata itu terbukti kini wajah Bu Dosen itu nampak tidak seseram tadi."Ganti baju gih"masih diposisi yg sama Winter berucap lembut.
"Kenapa?" Dengan menunduk Karina bertanya.