|6|

28 8 0
                                    

"Kenma! Kau kenapa?!" Teriakan seseorang yang familiar masuk ke indra pendengaran ku tanpa izin. Membuatnya kupingku terasa sakit.

"Kuro? Ah, jam berapa ini?" Aku pun dengan cepat bangun seraya mengucek mataku yang sudah basah.

"Kau kenapa menangis?" Kuro bertanya seperti itu sambil mendudukan dirinya disamping ranjangku.

"Hanya mimpi buruk." Aku pun berdiri hendak mengambil handuk lalu mandi.

"Sesudah mandi nanti langsung ke kantin untuk makan pagi, lalu latihan di gymnasium." Aku pun mengangguk paham lalu mandi dengan tenang tapi cepat.

♩✧♪●♩○♬☆

Latihan berjalan dengan lancar dan aku kali ini tidak melewatkan makan malamku.

Sekarang timku sedang istirahat di ruang penginapan. Tempatnya memang luas, jadi semua anggota timku di seruangan kan.

Aku duduk dibawah jendela sambil bermain Nintendo, dan kuro duduk disamping ku sambil mengawasi yang lain.

"Kau bermimpi apa tadi pagi?" Sudah kuduga, dia memang rajanya kepo.

"Mimpi buruk saja."

"Kenapa dengan gadis itu?" Hah? Dia tau. Oh iyah, kan aku sendiri yang memberi tahunya.

"Tidak apa-apa." Aku sudah mulai tidak fokus dengan permainanku.

"Tidak tidur?"

"Ya." Aku pun mematikan Nintendo ku lalu bersiap untuk tidur. Malam ini aku tidak memakan pil obat tidurku, karna di ruangan ini penuh oleh saksi mata. Malam kemarin hanya aku saja yang di ruangan ini, karna yang lain tengah makan malam.

Tidak ada yang tahu jika aku mengkonsumsi obat tidur, kecuali aku dan gadis mimpi itu. Semoga saja aku bisa tertidur dengan cepat tanpa bantuan obat.

♩✧♪●♩○♬☆

"Hai!" Sapaan yang begitu lembut menyambutku saat tiba di alam bawah sadar. Ya, gadis itu masih ada dengan dress yang sama.

"Jangan menangis dong." Tangannya terulur mengusap pipiku yang entah dari kapan sudah basah oleh air mata.

"Hey! Kemarin aku hanya bercanda!" Ia pun mengacak surai pudingku dengan gemas.

"Gatau. Siapa juga yang mengenalmu huh?" Aku tau kata-kataku menyakitkan, tapi ini tidak salah. Aku memang tidak mengenal gadis ini. Bahkan namanya saja aku tidak tahu.

"Oke kalau begitu. Aku akan benar-benar pergi." Gadis ini memang selalu bawa perasaan ya?

"Kalau begitu, beritahu namamu!" Hah? Apa-apaan wajahnya itu? Seakan dia meremehkanku?

"Kau tidak akan bisa mendengarnya." Omong kosong.

"Coba saja kalau begitu." Seakan aku menantangnya, dia pun mengangguk dengan antusias.

"———" He? He?! Aku tidak bisa mendengarnya?! Suaranya kenapa menjadi samar?!

"Sudah ku katakan bukan?" Gadis itu tersenyum penuh kemenangan.

"Alasannya?"

"Aku juga tidak tahu. Semesta memang sedang mempermainkan kita." Seperti awal bertemu, aku tidak bisa mamahami kata-katanya lagi.

"Semesta jahat ya?" Ia pun menengadahkan kepalanya menatap langit yang kian cerah.

"Aku tidak mengerti denganmu."

"Dari awal juga, kau memang tidak akan bisa mengerti tentangku."

"Terus? Aku harus bagaimana sekarang?"

"Nikmati saja pertemuan ini sampai waktu memisahkan." Senyuman tulus saat pertama kali bertemu itu mengembang kembali. Tapi aku tidak menyukai senyum itu. Apa-apaan senyuman yang seperti akan menghilangkan diri saja? Tck.

"Kau bilang kemarin hanya bercanda?"

"Memang! Wleee! Kau kena jebakanku pfftt- ahahahahaha," Sungguh aku benar-benar tidak mengerti dengan gadis yang ada dihadapanku ini.

Tingkahnya yang kelewat absurd semakin membuatku nyaman dan terus ingin bersamanya. Meskipun mustahil. Tapi tidak ada yang mustahil di dunia ini.

<To be continued>

𝖉𝖗𝖊𝖆𝖒 𝖔𝖗 𝖍𝖆𝖑𝖑𝖚𝖈𝖎𝖓𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓 || 𝓚𝓸𝔃𝓾𝓶𝓮 𝓴𝓮𝓷𝓶𝓪 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang