|2|

48 10 0
                                    

Setelah cukup untuk menimati angin, aku pun membuka mata. Melihat ke arah gadis tadi, ternyata masih merangkai flower crown nya.

Aku berinisiatif untuk membantunya. Pertama-tama aku duduk terlebih dahulu dan badanku mulai lemas. Jangan dulu bangun dari mimpi ini plis.

Gadis itu berbalik ke belakang, menghadap aku yang baru saja terduduk.

"Kau sudah cukup istirahat?" Tanyanya, terlihat di genggamannya ada satu flower crown yang tadi ia buat.

"Belum. Jika bisa, aku ingin tertidur selamanya." Aku pun mengusap rambutku dengan pelan.

Gadis tadi mendekat ke arahku, dan memasangkan hasil karyanya itu pada pucuk kepalaku.

"Pas. Kau terlihat seperti pangeran tidur, pfftt-" Entah itu pujian atau ledekan? Entahlah, tapi senyumnya itu sangat menenangkan diriku.

"Lebih baik kau saja yang pakai. Pasti akan terlihat lebih cocok dari pada diriku." Lalu aku pun melepas flower crown itu dari kepalaku, dan memasangkan pada pucuk kepala gadis itu.

"Nah, bagus bagus. Sekarang lihat dirimu dicermin." Lalu aku pun tersenyum memperhatikan wajah cantiknya terlihat perfect.

"Disini kan gak ada kaca?" Oh iyah aku lupa! Kan ini di alam luar, mana ada cermin di alam luar? Aku malu.

Ia pun berdiri, lalu lari ke danau yang menjadi wadah air terjun. Aku pun segera menyusulnya. Dilihatnya, ia tengah melihat pantulan dirinya lewat air danau. Haha cantik.

Tak lama ia pun tertawa kecil. Oh janganlah aku terbangun dari mimpi ini

"Hey! Tadi ada ikan besar! Mau berenang?" Dia mengajakku berenang di danau yang dalam? Yang benar saja...

"Sepertinya memang ide bagus berenang, tapi itu pasti dingin. Aku menolak." Bohong. Itu hanya alasan. Sebenarnya aku tidak bisa berenang.

Aku pun berjalan mendekati pohon yang berdiri gagah. Lalu duduk di kakinya, dengan rambut yang dimiliki sang pohon untuk menutupi sinar matahari dariku.

Gadis tadi menghampiriku, lalu duduk disampingku dengan lutut yang ia tekuk. Tak lupa dengan senyumnya yang selalu merekah pada wajah cantiknya.

"Pasti cape ya?" Kenapa ia menanyakan hal seperti itu?

"Cape? Dalam hal seperti apa?" Tanyaku balik membuat ia menghela nafas.

"Aku tau keseharianmu." Jawabannya membuat ku kaget. Dia stalker?

"Namamu kozume kenma murid dari SMA Nekoma. Kau adalah setter tim volly dan disebut sebagai 'jantung' dan 'otak' tim oleh rekan satu timmu. Hobimu seharian memainkan benda pipih yang dalamnya terdapat banyak game. Dan kelahiran tahun 1995 bulan Oktober tanggal 16." Pernyataannya membuatku terkejut bukan maen. Bagaimana ia tau sedetail itu?

"Bagaimana kau tau sedalam itu?"

Ia pun cengengesan "hanya menebak" Jawanya seraya menggidikan bahunya acuh.

Dua kata itu memang tidak logis. 'Hanya menebal' katanya? Tck, alasan klasik.

"Jangan-jangan kau stalker ya?" Aku tuduh saja dia. Biar melontarkan jawaban yang jujur.

"Bangun kenma. Sudah waktunya kau berangkat sekolah. Tenang saja, kita akan bertemu lagi. Semangat!" Setelah berucap begitu pun, benar saja aku terbangun karna jam beker ku berdering.

Dilihat masih jam 6 pagi. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk ke sekolah.

Aku pun mengusap wajahku, mencoba mencerna kejadian tadi. Kenapa mimpi tadi masih ku ingat? Bagaimana juga jika aku bermimpi, pasti aku akan lupa saat terbangun.

Ah... Aku melupakan sesuatu. Siapa nama dari gadis tadi? Dia bilang bukan dari duniaku kan? Memang sih wajahnya terasa sedikit langka. Haha langka gak tuh.

<To be continued>

𝖉𝖗𝖊𝖆𝖒 𝖔𝖗 𝖍𝖆𝖑𝖑𝖚𝖈𝖎𝖓𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓 || 𝓚𝓸𝔃𝓾𝓶𝓮 𝓴𝓮𝓷𝓶𝓪 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang