|7|End.

52 8 2
                                    

Mungkin sudah satu bulan aku selalu memimpikan gadis itu. Bercerita tantang segala hal dan tertawa di waktu yang sama. Hal yang tidak aku dapati di dunia nyataku, aku dapatkan di alam bawah sadarku bersamanya.

Tapi saat ini aku memimpikan hal lain. Tidak ada alam terbuka yang asri serta indah, dan tidak ada gadis itu.

Aku bermimpi di ruangan tertutup dengan cahaya merahnya. Ruangan sempit yang didalamnya hanya berisi kursi kayu, rak yang tersusun rapih oleh bermacam-macam obat serta alat suntiknya dan aku. Seperti akan di eksekusi saja.

"Halo! Permisi! Aku dimana yah?!" Aku pun berteriak di ruangan kecil itu. Oh yah, aku baru sadar tidak ada pintu disini.

"Kenma! Apa kau baik-baik saja?!" Terdengar suara yang familiar dibalik dinding. Aku pun segera menempelkan telingaku untuk mendengar lebih jelas.

"Kau gadis itu?!"

"Iya!" Cukup susah jika berkomunikasi dengan berteriak seperti ini. Hah bagaimana lagi? Jika berkomunikasi dengan biasa mana bisa terdengar kan?

"Kenma! Mundur lah beberapa langkah ke belakang dari tempat kau berdiri!" Aku pun cepat berlari menjauh. Apa dia akan mendobrak tembok itu? Temboknya tebal, mustahil.

BOM!

Aku pun menutup wajahku dengan kedua tanganku. Berusaha berlindung dari serpihan tembok yang melebur akibat ledakan tadi, dengan asap yang menyertainya.

Terlihat gadis yang biasa ku sebut 'gadis mimpi' itu berdiri dengan asap menyelimutinya. Eh- sebentar! Pakaiannya berubah? Ia memakai dress panjang berwarna merah dengan flower crown yang terbuat dari bunga mawar.

 Eh- sebentar! Pakaiannya berubah? Ia memakai dress panjang berwarna merah dengan flower crown yang terbuat dari bunga mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebentar ia menatapku dengan tajam, tapi dengan cepat ia melembutkan lagi pandangannya.

"Hey! Cepat keluar!" Aku pun lari mendekatinya, lalu keluar dari ruangan itu.

Maupun di dalam ruangan tadi atau diluar sama saja gelap. Awan yang biasa tersenyum cerah, sekarang berganti menjadi awan yang seperti memperlihatkan kemurkaannya pada dunia.

"Bisa jelaskan semuanya?" Ia pun membalikkan badan, menatapku dengan sendu. Ia pun berjalan mendekatiku.

"Aku juga tidak mengerti..." Ia pun menundukkan kepala yang diatasnya terdapat flower crown. Aku pun mengangkat dagunya, memaksa untuk melihat iris mataku.

"Jangan menunduk seperti itu. Nanti mahkotamu jatuh." Kedua matanya terlihat berkaca-kaca. Mati-matian menahan air mata itu untuk lolos.

Ia pun mengenggam pergelangan tanganku lalu berlari entah hendak kemana.

♩✧♪●♩○♬☆

Sampailah tujuannya di gunung yang setiap jalannya terdapat bunga higanbana. Dengan langit yang masih terlihat belum menampakkan senyumnya, terkesan menjadi alam yang mati.

"Nah, mungkin ini waktunya." Ia pun menggenggam kedua tanganku di tengah-tengah bunga higanbana yang bermekaran.

"Kau tidak boleh mengkonsumsi obat tidur lagi ya? Kau harus jadi orang sukses dan mempunyai istri yang baik." Salah satu tangannya terangkat mengusap pipiku dengan lembut.

"Kau membohongiku saat itu?"

"Maaf. Tapi aku memang tidak bisa mengerti semesta ini." Perlahan tapi pasti air matanya lolos. Membuat dadaku sesak. Tanganku pun terangkat menghapus air matanya dengan perlahan.

Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku belum siap untuk kehilangannya. Aku tidak mau berpisah dengannya. Tidak, tidak, tidak dan tidak. Aku ingin terus bersamanya. Menghabiskan waktu bersama di isi dengan hal-hal random. Dengan itu saja aku sudah cukup.

"Kau pernah bilang akan selalu disini kan?" Ah, wajahku ikut memanas.

"Iya. Tapi tidak selamanya. Aku pun harus pergi diwaktu yang telah ditentukan." Ia pun melepas flower crown nya dan dipasangkan dipucuk kepala ku.

"I will wait for you in another life. don't give up in your life. see you in another world."

Setelah berkata seperti itu, ia menghilang. Seolah angin membawanya dan tidak akan membiarkannya kembali.

Bersamaan dengan itu langit kembali menampakkan senyumnya, dengan bunga higanbana berganti dengan bunga dandelion.

Aku lupa. Aku lupa jika ada pertemuan pasti ada perpisahan. Bodohnya aku melupakan hal penting itu.

Haha, dia memang yang selalu se-enaknya saja.

"I will fight for you. dream girl"

<End>

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝖉𝖗𝖊𝖆𝖒 𝖔𝖗 𝖍𝖆𝖑𝖑𝖚𝖈𝖎𝖓𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓 || 𝓚𝓸𝔃𝓾𝓶𝓮 𝓴𝓮𝓷𝓶𝓪 || 🎉
𝖉𝖗𝖊𝖆𝖒 𝖔𝖗 𝖍𝖆𝖑𝖑𝖚𝖈𝖎𝖓𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓 || 𝓚𝓸𝔃𝓾𝓶𝓮 𝓴𝓮𝓷𝓶𝓪 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang