Happy reading, minna—
Belahan dunia yang lain,
.
Shikamaru Nara benar-benar bosan kalau terus saja mengurusi agen yang satu itu. Kenapa, harus ia yang jadi connector untuk Liga, ia mendesah pelan sambil memandangi awan kelabu yang menggantung di langit Berlin. Selalu saja, berurusan dengan Uchiha hanya nyaris membuatnya repot.
“Kau sudah membawa ‘pesananku’?” Yves bahkan tidak mengucapkan salam lebih dahulu sebelum dengan wajah innocent-nya langsung duduk di hadapan pria Nara itu.
Nara muda mendengus, “Cih, bahkan tanpa salam dan permintaan yang baik, kau menagihnya?”
Yves Kazuki, tersenyum. Senyum yang lemah dan sarat kesedihan. “Aku tidak tahu kenapa Liga mendelegasikanku ke sini. Jika hanya mengatur pertemuan dengan Toby Allsream..”
Shikamaru menarik nafas berat, “Kau tahu alasannya, kau saja yang tidak mau mengerti.”
Yves nyengir,
“Waktumu cuma seminggu. Bereskan semuanya. Professor takkan suka jika kau berusaha ‘mengacau’ seperti ini lagi.”
“Kupastikan semua berjalan lancar, senpai..”
Shikamaru memutar matanya bosan, “Ck, aku belum setua itu,”
Yves mengerling, tubuhnya yang tegap berdiri, menghalangi sinar jingga dalam pandangan Shikamaru Nara, “Berhati-hatilah terhadap Neji. Dia, bukan sekedar pion. Dia kesatria..” Shika memperingatkan,
Tanpa berbalik punggung Yves menyahut, “Wakatta..”
0*0*0
Roppongi District—
Tokyo-Jepang.
Dari ketinggian Roppongi Hills, Sasuke memandangi lagit Tokyo. Pertemuan terakhirnya dengan Hinata kemarin malam benar-benar membuatnya sukses membuyarkan konsentrasinya. Ia menarik nafas lagi, ia tak pernah serindu ini dengan Hinata, juga tak serindu ini dengan bocah manapun kecuali Keita-nya. Juugo jadi sasaran untuk melampiaskan sikap labilnya. Kepada orang kepercayaannya itu ia bahkan memerintahkan untuk menyelidiki di mana dan apa saja kegiatan putranya. Stalker huh? Membayangkan menjadi stalker untuk putranya sendiri membuat ia tersnyum kecut, konyol?!
.
Ia agak menyesal, kenapa Kei lebih meniru style Itachi, daripada dirinya. Memanjangan rambut? Kenapa ia merasa kesal karena Kei ingin jadi seperti Itachi. Cemburu?! Mungkin!. Ia menarika nafas lagi, Juugo baru saja mengirim pesan kalau ia sudah mendapatkan ‘jackpot’ itu. Lalu bayangan Hinata yang akan memberikan pelukan erat mampir dalam otaknya . Sasuke akan merancang masquerade party lagi jika semuanya sudah selesai. Ya, sebuah pesta topeng yang membuat Hinata akhirnya memberikan mahkotanya. Jangan salahkan Sasuke yang berencana memberikan adik yang lucu pada Kei-chan. Son, addicted..
.
Sebuah senyum mengembang, besok ia akan bertemu lagi dengan Hinata. Ia yakin itu. Rapat besar pengusaha seluruh pengusaha Jepang akan membawa Hinata bertemu lagi dengannya. Kali ini, ia tidak akan memberikan Neji kesempatan untuk menggagalkan Hinata pergi ke tempat pertemuan. Juga tidak akan bertemu Hanabi yang menggantikan kakaknya di acara tersebut,
“Hanya butuh tekad untuk mengembalikanmu kesisiku, kali ini.. Biarkan aku memimpin..” ujarnya pelan.
0*0*0
.
.
Gusar, perasaan Neji kali ini hanya bisa digambarkan seperti itu. Tetua sudah memutuskan Hinata akan menghadiri acara dua tahuan itu. Ia juga sedang ditugaskan oleh markas mengnvestigasi beberapa skandal korupsi di distrik Chiyoda. Sial! Hanabi memang tidak bisa selamanya menjadi tameng. Haruskah ia membiarkan Hinata bertemu Sasuke? Hatinya menggeram, kenapa harus di saat situasi Hinata sedang ‘bagus’. Pertemuan besok, akan membuat perubahan besar. Ia yakin itu. Otak Neji terus berputar, merangakai lagi rencana yang ‘digunting’ oleh raja Klan Uchiha.
![](https://img.wattpad.com/cover/20482295-288-k556018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Secret
FanfictionMenyerah bukan berarti kalah. Tapi ada beberapa hal yang tidak untuk diraih. Ketika Sasuke berusaha mengambil cinta dan miliknya, ketika Itachi berusaha untuk tetap dalam ketiadaannya. Dan Hinata yang melindungi hal terakhir dalam hidupnya, serta Ne...