Itachi POV
Mungkin kamu tidak dapat memahami pemikiranku Suke, karena kamu dibutakan ambisi dan emosi. Aku tidak akan menyalahkanmu atas semua itu, tapi aku memiliki rahasiaku sendiri.
Kamu pasti menyadari kalau aku terlibat dalam kematian Papamu. Jangan salahkan aku yang tetap tidak bisa menerima Fugaku menjadi suami ibuku kini. Bagiku, ayahku cuma satu, Madara Uchiha. Aku tidak berniat menghabisinya, hanya ingin membuatnya jera, dan kematian bukanlah tujuan akhir dari rencanaku. Aku tidak benar-benar ingin kau menjadi sepertiku yang tidak memiliki ayah. Nyatanya ia mati, terkena serangan jantung.
Maafkan aku karena telah membuatmu membenciku, juga membuat dirimu harus menjalani kehidupan diasingkan. Kamu, adalah penyesalanku yang terbesar.
"Hinata." Wanita yang membuatmu terjatuh berulang-ulang juga menjerumuskanku pada penyesalan berikutnya. Aku tak pernah punya niat merebutnya darimu. Tapi takdir mengantarkannya padaku.
"Ita-kun, dia adalah gadis yang akan dijodohkan denganmu," Oka-saan tersenyum, matanya berbinar. Dia, gadismu, bersembunyi dibalik rona merah dan poninya yang tebal. Dan dosaku dimulai, aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama, untuk cinta yang seharusnya kulepaskan, aku malah semakin menggenggamnya erat. Meski ia memohon untuk dilepaskan, aku tidak ingin. Dan aku tidak kuasa.
Bagiku, kematian adalah jalan terakhir jika kau ingin aku melepasnya. Sebanyak dosa, maka sebanyak itulah cintaku pada Hinatamu.
"Ya-yang ku-kucintai adalah dia, Itachi-nii," suaranya bergetar.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta denganku."
"I-Ita-nii." ia memanggilku, suaranya tercekat.
"Biasakan dirimu memanggilku dengan sufix -kun, karena aku akan menjadi suamimu," dan aku melihatnya menangis, yang membuat perasaanku seakan dicabik. Kadang aku ingin sekali saja menyerah, dan membiarkanmu memenangkan kehidupanmu, tapi rasa sakit mengajarkanku, bahwa kadang bersikap egois diperlukan. Aku tidak ingin menyerah. Bahkan jika maut menentangku.
XoxOxXoXxO
...
Hyuuga Keita adalah pewaris Hyuuga berikutnya. Anak dari kehidupan single parent Hinata Hyuuga. Ia berbeda dari Hyuuga kebanyakan. Pupil matanya dark smokey, silver lebih tepatnya, dan ia punya sifat pemberontak yang sangat tidak Hyuuga. Anak itu terlahir jenius, dan ia memiliki rambut gelap dan sifat angkuh yang diwariskan gen klan lain. Dilihat dari manapun ia dipastikan seorang Uchiha juga.
Bukan rahasia lagi kalau Kei adalah hasil hubungan Hinata dan Itachi. Pernikahan mereka hanya tinggal dipelupuk mata, lalu wuuusshh.. badai datang menyerbu dan seketika hubungan Uchiha-Hyuuga porak poranda. Hyuuga menyalahkan Sasuke sebagai penyebab kematian Itachi, dan Uchiha menganggap Hyuuga penghianat karena bersekongkol menyembunyikan Hinata setelah Itachi dimakamkan.
Bagi keduanya, Keita adalah jembatan. Tapi anak itu terlalu jauh untuk digapai. Neji memberikan proteksi dobel untuk melindungi aset berharganya. Kei, diusia yang keenam, dimasukkan dalam sekolah khusus. Ruang lingkupnya dibatasi. Tapi mereka tidak bisa menyangkal, bahwa darah lebih kental dari air.
Kei memandang batu nisan yang berwarna kelam, ditulis dengan sebuah tinta emas, R.I.P Itachi Uchiha. Bocah kecil itu menundukkan kepala, berdoa dalam hati, namun sebuah pelukan mengintrupsinya.
"Ita-chan." Panggilnya serak.
XoxOxXoXxO
Keita PoV
Menyadari dipeluk seseorang sangatlah aneh. Apalagi dipanggil dengan nama yang aneh juga. "Kau, siapa?!" aku memang dibenci berasa-basi. Dia tersenyum. "Aku, nenekmu."
Aku menggaruk rambutku yang diikat rapi oleh ibu. Mungkin ia hanya orang aneh yang mengaku sebagai nenekku, lagipula Hiashi ojii-sama itu seorang duda.
"Apa kamu tidak ingin mengenal papa?! Apa kamu tidak ingin melihat bagaimana kehidupan papamu?" Aku benci orang yang sok tahu. Lebih benci lagi kalau dia benar. Alasanku kesini juga karena aku ingin tahu. Aku hanya perlu kembali sebelum Mama pulang dari Suna. Ya, semudah itu.
"Tidak tertarik." Aku memasang wajah datar yang bisanya diperlihatkan oleh Neji Jii-san. Wanita itu terlihat terkejut, lalu berusaha untuk meyakinkanku lagi, "Hanya sebentar, sebelum pukul delapan kau sudah kuantarkan di depan gerbang kediaman keluarga Hyuuga."
Hampir saja menyeringai, tapi aku ingat tentang perkataan Mama yang mengatakan kalau hal itu tidak baik. "Baiklah, tapi jika kau ingkar janji, kau akan tahu akibatnya. Aku tahu nomor kantor polisi."
Dan wanita itu menangis, untuk hal yang tidak kuketahui.
XoxOxXoXxO
Namanya Uchiha Mikoto. Ibu dari orang yang kupercaya sebagai Papaku. Ia mengajakku ke sebuah rumah besar yang jauuuhh lebih besar dari kompleks perumahan Hyuuga. Aku menahan diriku untuk tidak mengatakan 'wow'. Sungguh, menjadi orang dewasa yang terlihat keren itu sangat sulit. Aku berpura-pura untuk menganggap kemewahan di istana (kalau boleh kusebut begitu) itu adalah sebuah replika set studio syuting, dan aku jadi pemeran utamanya.
Wanita itu memperlihatkan sebuah kamar yang nyaman dan teratur. Simpel, aku suka gaya Papaku ini. Warna kamarnya perpaduan hitam merah. Sangat kelam dan misterius. Sebuah foto, disudut ruangan membuatku penasaran. Entah mengapa air mataku mengalir.
XoxOxXoXxO
...
present time
Lelaki itu, masih lelaki yang dirindukan semua orang. Rambutnya masih panjang dan berwarna hitam. Manik matanya juga masih berwarna pekat. Hanya namanya yang berbeda. Yves Kazuki. Shikamaru Nara menatap mata yang kelam itu, ia malas harus menghadapi 'bunglon' seperti pria di depannya ini. Ia juga tak menyukai Moskow, dan bau vodka yang seakan menjadi khas udaranya.
"Ck, bisakah kau berhenti memainkan gelasmu, Yves? Aku tidak punya waktu untuk meladeni tingkahmu." Yang disindir tersenyum sekejap, lalu menenggaknya dengan sekali ayunan. "Ada apa? Ini bukan tempat yang ingin kau datangi."
Shika memutar matanya bosan. Lalu menghela napas kasar. "Itachi Uchiha, tidakkah kau tahu masa kerjamu telah habis? Kau akan dipindahkan ke Berlin. Kenapa sih, kau bebal sekali."
Yves menegang, benci sekaligus rindu pada nama itu. "Tak bisakah, aku memilih menjadi siapa?" tanyanya retoris. "Ck, menjadi anggota intelijen bukan berarti kau bebas menjadi siapapun yang kau mau. Tau begini aku tidak akan merekomendasikanmu pada liga."
"Itachi sudah mati, yang ada hanya Yves Kazuki, seorang dosen sejarah Jepang."
Shikamaru menatap mata kelam Yves yang terlihat tanpa cahaya. Ia merasa terenyuh. "Tidakkah kau merindukan'nya'? Juga putra kalian?!"
Yves tersenyum miring, "Dalam hidup ada hal yang tidak bisa diraih, menyerah bukan berarti aku kalah. Tapi justru memberi waktu, agar ia mencintaiku." Mata Shikamaru memincing, ia berdengus.
"Sial, kau lebih kejam dari adikmu. Bagaimana mungkin kau tega membuat dia terus menerus menderita tanpa cinta? Kasihan 'anak' itu!"
Yves menatap lagi gelasnya yang kosong, " You can't buy the painness, It's same like you can't buy the happiness."
Ya, setiap orang memang tidak bisa membeli rasa sakit.
XoxOxXoXxO
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Secret
FanfictionMenyerah bukan berarti kalah. Tapi ada beberapa hal yang tidak untuk diraih. Ketika Sasuke berusaha mengambil cinta dan miliknya, ketika Itachi berusaha untuk tetap dalam ketiadaannya. Dan Hinata yang melindungi hal terakhir dalam hidupnya, serta Ne...