Impian #1

13 1 0
                                    

“Mah, nanti nisa mau kerja jadi mangaka aja gimana?”, tanyaku ketika itu.

“Apa itu nis mangaka?”, jawab mamaku sambil mengerutkan keningnya.

“Itu orang yang gambar manga, kartun gitu ma, kayak doraemon.”

“Ngapain kamu jadikan itu sebagai kerjaan sih nis? Mama tahu kalau kamu hobi gambar begituan, mama kan juga udah lihat hasil gambar kamu. Tapi jangan jadikan itu sebagai kerjaan masa depan kamu, jadi hobi aja. Karena biasanya pekerjaan seperti itu tidak menghasilkan dan lapangan pekerjaannya juga sedikit.”

“Tapi kan biarpun gaji nisa sedikit kalau nisa puas dengan pekerjaan itu tidak apa-apa kan mah? Di luar sana banyak orang-orang yang tidak suka dengan pekerjaannya, tidak merasa puas yang akhirnya melakukan pekerjaannya secara terpaksa, dengan setengah hati, walaupun gajinya menjanjikan. Sedangkan menurut nisa, asalkan kepuasan hati terpenuhi, pasti semuanya akan baik-baik saja.”

“Iya kamunya baik-baik saja, tapi dunia tempat kamu tinggal ini terus berubah. Kamu tidak bisa hanya mengandalkan kepuasan untuk bertahan di dunia ini. Kalau kamu ujung-ujungnya hanya ingin menjadi mangaka, tidak perlu mama sekolahkan kamu sampai tinggi begini, cukup mama kursusin kelas menggambar saja lalu setelah itu kamu dapat langsung kerja dimana-mana. Tapi lapangan kerjamu hanya sebatas di distro atau saat ada pesanan saja. Mama tidak mau kamu jadi seperti itu. Kalau nanti para ilmuwan menemukan alat yang bisa menggambar sendiri bagaimana? Jasamu sudah tidak dibutuhkan lagi. Lalu, kamu jadi apa? Pengangguran kan? karena kamu tidak punya dasar apa-apa lagi. Mama sama bapak itu sudah memikirkan dari jauh-jauh hari bagaimana nanti kamu ke depannya. Tugas kamu sekarang hanya belajar, dapat nilai bagus, tidak macam-macam. Mama tidak melarang kamu untuk menggambar, asalkan itu dijadikan hobi saja, jadi salah satu nilai tambah kamu nanti. Atau kalau kamu sudah berumah tangga, boleh itu dijadikan suatu usaha di rumah, jangan saat ini. Mama tidak mau kamu mengahabiskan waktu hanya untuk itu.”

“Iya ma”, jawabku akhirnya.

 ***

Percakapan singkat itu cukup membuatku sadar bahwa mereka, para orang tua, memang sudah memikirkan matang-matang bagaimana kita ke depannya nanti. Hanya terkadang kita menganggap itu sebagai suatu omelan, atau sikap egois mereka terhadap kita. Padahal tidak seperti itu kenyataannya. Setelah itu list impianku menjadi :

Memiliki banyak keahlian atau skill selain menggambar manga.

Caranya? Kenali dirimu lebih jauh, kelebihan serta kekuranganmu, kemudian asah terus kemampuan yang positif sampai kamu mencapai batas akhir.

Kalau tidak tahu apa kelebihan dan kekuranganmu? Tanyakan orang terdekat, bisa orang tua, teman, pacar, atau saudara.

The Beginning of My Dream JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang