7. Attention Alva

78 8 2
                                    

HAI, SEKIAN LAMA TAK UP AKHIRNYA UP JUGA.
MAAF YA LAMA, SEMOGA MASIH ADA YANG SETIA NUNGGU CERITA INI.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA KALO BISA FOLLOW AKUN AKU JUGA.
UDAH AH GA MAU BASA-BASI LAGI

HAPPY READING GUYS SEMOGA SUKA DENGAN PART INI

=====================================


Ke esokan harinya Aiyla dan Bima sarapan bersama sebelum berangkat sekolah. Seperti biasanya, mereka akan makan dalam keadaan hening. Hanya ada denting sendok dan garpu yang terdengar.

"Udah sarapannya dek?" tanya Bima setelah sarapannya selesai.

"Udah kak" jawab Aiyla.

"Yaudah yok berangkat" ucap Bima sambil berdiri.

Aiyla langsung mengikuti pergerakan Bima, dengan tangannya yang mengeratkan sweater yang ia pakai hari ini. Sweater yang ia gunakan untuk menutupi luka semalam yang kembali ia buat. Semoga kakaknya tidak curiga.

****

Sesampainya di sekolah Aiyla benar-benar tak bisa lepas dari Bima. Dari tadi tangannya selalu memegang erat ujung jaket yang di kenakan Bima. Jujur, ia masih sedikit trauma. Kejadian kemarin belum sepenuhnya hilang dari benaknya. Apalagi tatapan iba orang-orang yang ia lewati membuat Aiyla benar-benar tak nyaman.

"Kak, mau pulang" cicit Aiyla saat berada di koridor kelas yang sepi.

"Kenapa?" ucap Bima sambil membalikkan badanya. Ia ingin mendengar lebih jelas apa yang Aiyla katakan.

"Pengen pulang" ucap Aiyla sambil menunduk, matanya berkaca-kaca. Mungkin kalau ia mendongak dan melihat ke arah Bima air mata itu akan jatuh.

"Hei, adik kakak yang cantik ini kenapa?" tanya Bima dengan suara lembutnya. Tak lupa tangannya yang bergerak untuk menangkup wajah sang adik agar melihat ke arahnya.

"Hiks..hiks Aiyla mau pulang. Ga mau sekolah" ucap Aiyla dengan lelehan air mata yang perlahan jatuh ke pipinya.

Melihat keadaan adiknya yang kacau Bima langsung mengendong Aiyla ala koala dan menyembunyikan kepala Aiyla di dadanya. Tangannya senantiasa mengelus punggung adiknya, berharap adiknya bisa lebih tenang. Mungkin ia akan membawa Aiyla ke markas Black Tiger yang ada di sekolah sebentar untuk menenangkan adiknya. Tempat itu cukup sepi di pagi hari seperti ini. Tak mungkin juga kan ia memaksa adiknya yang menangis untuk masuk ke kelasnya.

"Stt...stt adek tenang ya. Jangan nagis nanti sesek" ucap Bima sambil berjalan menuju markas. Ia berharap adiknya bisa menghentikan tangisnya.

Setelah sampai di depan pintu markas ia langsung membuka pintu markas. Lalu mendudukkan dirinya di sofa yang ada di markas itu dengan posisi masih menggendong Aiyla, jadi setelah duduk posisinya Aiyla masih berada di pangkuan Bima.

"Kenapa ga mau sekolah? Aiyla masih takut sama kejadian kemarin?" tanya Bima setelah dirasa tangis Aiyla sudah reda.

Mendengar pertanyaan Bima sontak Aiyla menggangguk lalu menggeleng.

"Liat kakak, terus jawab pertanyaan kakak yang bener" titah Bima sambil menarik wajah Aiyla agar terlepas dari dadanya.

"Aiyla ga suka di sekolah" cicit Aiyla sambil menunduk ia tak berani menatap Bima.

"Kenapa ga suka? Aiyla sendiri kan yang minta buat sekolah sama kakak? Aiyla harus berani lawan rasa takut Aiyla. Mau sampai kapan menghindar dari masalah hmm? Kakak selalu di samping Aiyla, jadi kalo ada yang jahat dan gangguin Aiyla, Aiyla bisa lapor ke kakak. Ga perlu takut" ucap Bima menasehati Aiyla panjang lebar. Ia harap adiknya bisa mengerti dan bisa melawan rasa takutnya. Ia tak ingin adiknya takut dengan dunia luar karena kejadian-kejadian buruk yang menimpanya. Karena manusia adalah makhluk sosial bukan? Jadi, mau tidak mau harus tetap bisa berinteraksi dengan manusia lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aiyla & Alvaro's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang