17

25.6K 2.2K 90
                                    

Alea merasa tidak nyaman memakan roti keju ditangannya. Dia duduk dengan canggung didalam ruang osis. Ardi memang tadi mendatanginya di kelas, 10 menit setelah bell pulang berbunyi. Laki-laki itu berkata jika ia memiliki rapat osis lagi hari ini, Alea pikir dia akan menunggu hingga bosan lagi di luar.

Ternyata tidak, Ardi takut hal yang sama terulang, yaitu penculikkan Alea. Jadi Ardi membawa Alea ikut masuk kedalam, membiarkan Alea duduk disampinya saat rapat berlangsung.

"Tunggu."

Ardi mengangkat tangannya untuk menghentikan rapat, lalu menoleh ke arah Alea yang tadi terbatuk. Ardi mengambil botol minum di dalam tas, kemudian membukakan tutupnya dan segera memberikan botol itu pada Alea.

"Pelan-pelan makannya," ucap Ardi sambil mengelus rambut Alea yang sedang menghabisi air minumnya.

Anggota osis yang menghadiri rapat benar-benar di abaikan sejak awal oleh Ardi, meski terlihat seperti mendengarkan tapi sebenarnya fokus Ardi hanya terus pada Alea.

"Yan, sampai sini aja rapatnya, sudah selesai di bahas semua," ucap Risa, sangat mewakili pikiran anggota yang lain.

"Oke, lo bubarin," ucap Ardi pada wakil nya itu. Lalu Ardi membereskan sisa makanan Alea, kemudian menggandeng lengan kecil Alea untuk membawanya keluar dari ruang osis.

Sejujurnya, sebagian anggota osis merasa jauh lebih canggung. Seruangan dengan orang yang mendapat gelar pembully rasanya sangat tidak nyaman. Meski itu adalah adik dari ketua yang hari ini tampak jinak, tidak ada tatapan tajam yang Alea layangkan seperti biasanya. Hal itu sudah membuat mereka bersyukur, jadi saat Risa angkat bicara, mereka semua menghela nafas lega merasa terselamatkan.

Padahal Alea hanya makan roti, tapi membuat orang lain ketar ketir.

Hebat.

***

Hari sudah mulai gelap saat Alea sampai di rumah, tadi Ardi mengajaknya menuju gramedia dulu untuk membeli beberapa buku.

Dirumah, Alea disambut dengan laki-laki berseragam tentara yang sedang merentangkan tangannya dengan wajah datar, tapi jika di perhatikan lebih dekat ada sedikit rona merah dipipinya.

"Aleaa," panggil Axzel semangat, berbanding terbalik dengan raut wajahnya.

Sedangkan Alea dibuat menyipitkan mata, seolah ada sinar terang di sekitar Axzel yang membuatnya silau.

"Sini," perintah Axzel masih dengan tangan yang direntangkan.

Alea melangkah dengan canggung mendekati Axzel, saat sudah sampai di depan kakak tertuanya itu Alea dapat merasakan sebuah tangan melingkar di bahunya, dan tubuhnya terdorong kedepan hingga menabrak dada Axzel.

"Do you miss me?" tanya Axzel berbisik.

Alea menggeliat tidak nyaman, rasanya geli saat Axzel berbisik tepat ditelinganya. Namun gerakan Alea disalah artikan oleh Axzel, laki-laki itu berpikir jika Alea setuju dengan pertanyaannya jadi Axzel mengeratkan pelukannya.

Hal itu membuat Alea jadi susah bernafas, mau minta lepas tapi takut karena aura mendominasi Axzel yang terasa seperti tidak suka dibantah.

"Lepasin Ale."

Axzel memiringkan wajahnya, menatap pemuda yang baru saja datang dengan tangan yang membawa boneka beruang. Hiro menatap kesal Axzel yang malah memberikannya senyuman miring. Disamping Hiro ada Ardi yang menenteng paper bag berlogo G didepannya.

"Kak, lepas," cicit Alea, tidak seperti yang gadis itu pikirkan. Ternyata Axzel tidak menolak, dia melepaskan pelukan eratnya.

Saat sudah terbebas, Alea membalikkan badan sepenuhnya menghadap Hiro, dia menatap penuh minat pada benda yang berada di tangan laki-laki itu. Hiro terkekeh pelan, dia melangkah mendekati Alea lalu menyerahkan boneka teddy bear itu.

LAZY GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang