03. ALVARASYA

44 14 22
                                    

Hai hai donat kembali nih ^>^

Konflik ringannya udh mau mulai nih 😋.

Jannlup follow vote and komen tysm

Happy reading-!

****

Situasi tegang serta pikiran yang melenggang hilang akibat sedang berlangsung nya ulangan harian Matematika. Semua murid tidak luput dari pengawasan guru berkepala botak dengan tangan yang masih setia menggenggam erat sebuah penggaris Legend, hampir setengah dari siswa di SMA Gingga sudah pernah merasakan bagaimana sadisnya penggaris tersebut, ralat guru tersebut. Pak Edi namanya.

"DIAM, KERJAKAN DENGAN TENANG!"

"ITU YANG POJOK DUDUKNYA YANG BENAR!"

"BIMA, GEMPA, FAHRI, AKBAR, REZA! JANGAN NYONTEK!"

Seketika yang dipanggil namanya tersentak kaget, sedikit tidak terima kenapa hanya mereka yang di panggil namanya sedangkan yang lainnya tidak.

"Lho, Pak, kok kita doang yang di sebut? Tuh Alan sama Alvar kan ngikut nyontek," tunjuk Bima tidak terima.

"Heh! Jangan bawa-bawa kutub, ntar Lo di ngap tinggal ngep!" Reza membisik di telinga Bima seraya bergidik ngeri.

Gempa menepuk punggung Bima yang duduk di depan nya. "Jangan bawa-bawa Alvar bego! Mau lo di sunat sampai buntung?" Peringat nya sembari membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.

"Gak Pak, saya gak ikutan nyontek, cuman nyalin doang kok Pak, bener," ucap Fahri membela dirinya dengan tangan yang Ia angkat membentuk gaya peace.

Gempa melempar gulungan kertas hingga mengenai kepalanya Fahri dengan emosi yang meruak. "SAMA AJA BEGO!"

"Istighfar bego! Dosa lo ngatain temen bego!" Akbar ikut bersuara.

"LO JUGA NGATAIN, BEGO!" Serentak sekelas meneriaki omongan Akbar yang mengundang darah tinggi. Akbar cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Pak Edi mengetukkan penggaris nya kuat pada meja seorang murid yang duduk paling depan dengan kacamata yang setia menempel di kedua matanya.

"DIAM SAYA BILANG DIAM! WAKTU 5 MENIT LAGI DIKUMPULKAN! SIAP TIDAK SIAP SAYA TIDAK PEDULI! DAN YANG SUDAH SELESAI BOLEH KELUAR."

Setelah peringatan dari Pak Edi terdengar, barulah seisi kelas terasa hening bak kuburan tua. Setengah dari mereka kalang kabut karena belum mengerjakan setengah pun dari 40 soal yang dipenuhi angka tersebut.

"Pak, selesai."

Sorot mata seisi kelas tiba-tiba mencari sosok pemilik suara tadi dengan wajah terkejut tidak percaya.
Tanpa disangka suara tadi bersumber dari dua laki-laki tampan berbadan tinggi serta dasi yang setengah terpasang, Alvar dan Alan.

Alvar dan Alan berjalan menuju meja Pak Edi lalu mengumpulkan hasil jawaban mereka dengan santai. "Pak, kita cabut," ucap Alvar lalu melenggang pergi begitu saja dan diikuti oleh Alan yang berada di belakangnya.

"WOI GILA, KITA BELOM KELAR!" Teriak Bima masih terheran-heran.

"Bacot," sahut Alan singkat namun menusuk.

****

Bel tanda jam istirahat akan berbunyi 15 menit lagi, namun tiga orang gadis cantik itu sudah lebih dahulu terduduk nyaman di meja kantin tanpa memperdulikan jika nanti mereka akan dipergoki oleh guru BK.

ALVARASYA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang