"Gue.... durhaka ya?" tanya gadis yang sepertinya sedang berjuang beranjak dewasa.
"Iya" jawab pemuda yang baru saja ia temui di persimpangan jalan. Jalan yang sama.
"Gimana kalo bunda tau anaknya udah hancur gak punya apa-apa ini. Gimana reaksinya, anak perempuaannya rusak tanpa sisa"
"Kecewa dan patah hati, mungkin?" itu jawaban atau pertanyaan?
Jawabannya cukup membuat gadis itu tertawa sebentar.
"Gak papa. Hadirnya lo didunia ini valid. Lo tetep bisa pulang dan bersandar, entah itu pada siapa. Lo cuma perlu berubah dan nangis doang" beecanda. Itu bukan nasihat, tapi sindiran lewat kata yang kelewat benar baginya.
"Emang bisa ya?"
"Udah nentang norma dan semesta sekeren ini, kalau lo nyerah disini apa gak sayang?" kalo ini benar. Itu jawaban yang dia inginkan.
Gadis itu menatap langit siang. Mencoba mencerna kata sembari menghisap benda yang ditangannya. Duduk bersama pemuda asing yang baru saja ditemuinya.
"Gue resa" itu perkenalan. Mencoba membuka suasana hening yang terjadi cukup lama.
"Gue jehian" jawab pemuda disebelahnya dengan mengulurkan tangan. Berkenalan singkat dengan formal.
Tidak ada yang tahu kedepannya, mereka akan bertemu lagi atau sudah usai disini.
