Parfum

5 0 0
                                    

Minggu lalu mereka berdua bertemu. Mereka berdua saling memperikan pesan, tidak setiap saat, cuma sekedar bertanya kapan ada waktu luang untuk meminum kopi pada siang hari.

Minggu ini mereka bertemu, Jehian ingin menjemput namun ia urungkan saat Resa bilang "mau ngasih rejeki ke ojek depan rumah, jadi lo tunggu situ aja. Gue bawa helm buat nanti pulang". Jehian tidak mengerti pola pikir gadis itu, sama sekali tidak bisa dimengerti.

*****

Sekarang pukul 2 sore. Dua remaja sedang duduk di rooftoop cafe, saling diam dari tadi. Kalau hanya diam saja, lantas kenapa bertemu?.

"Lo bawa apa aja di tas?" pertanyaan random dari Jehian cukup membuat Resa sedikit terkejut, lalu terkekeh sebentar. Tangannya mengambil tas bertuliskan '090295'.

Resa mulai membuka tasnya, melihatkan isi tas yang isinya sungguh hanya oenuh dengan sampah permen atau bungkus sedotan.

"Buset lo koleksi sampah?"

"Ya enggaklah, gila kali" jawab Resa dengan sedikit berteriak.

"Terus itu kenapa sampah permen penuh di tas lo?" tanya Jehian lagi sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Prinsip gue, gak mau buang sampah sembarangan. Mau itu dijalan atau bahkan ditaroh dimeja cafe yang gue tempatin. Tapi karna gue males buang kadang buangnya jadi seminggu sekali" tertawa kecil dalam akhir kalimatnya.

Lihatlah, sekarang Jehian yang terperanga. Mana mungkin ada gadis yang seperti itu? Ada banyak sebenarnya, tapi mungkin Jehian baru saja menemukan satu. Resa namanya.

"Ini ada headphone buat dengerin musik kalau lagi jalan sendirian" tangan Resa mengambil benda panjang dalam tasnya, bercerita kalau dia suka sekali mendengan seruan Nadin Amizah. Seperti seruannya juga katanya.

"Ada permen juga, buat kalo habis ngerokok. Lo mau?" tanya Resa menatap Jehian sembari mengulurkan permen dalam genggaman tangan.

"Gak deh nanti aja, lanjutin ada apa lagi" sepertinya Jehian jadi semakin penasaran dengan apa yang dibawa gadis didepannya.

"Ada parfum, ini bau peach kayak artis Korea namanya Jaemin" hey percaya diri sekali dia menyebutnya. Jehian tertawa, Resa cemberut atas respon lawan bicaranya.

Jehian berhenti tertawa, matanya melotot, bagaimana tidak? Dia disemprot parfum oleh Resa. Lima detik kemudian responnya menjadi aneh, dahinya mengernyit mencoba memahami baunya. Sepertinya dia kenal.

"Kok kayak minuman yang lo pesen baunya?" Jehian bertanya sembari mengendus-endus kaosnya.

"YAKAN?" respon Resa diluar dugaan. Bagaimana bisa gadis itu berteriak kesenangan hanya karena parfumnya mirip minuman?. Aneh sekali.

"Pas awal gue pesen juga gitu, makin gue ciu makin gue kayak ngenalin baunya. Terus pas gue pesen teh ini baru gue sadar, gue rasanya kayak nyemprot minuman ke badan gue" bercerita dengan menggebu-gebu. Jehian baru kali ini melihatnya seperti ini, biasanya bercerita seperti dia adalah manusia paling tersakiti. Tapi masih banyak teka-teki atas gadis ini.

"Astaga lo bener-bener excited cuma gara-gara parfum kayak teh yang lo pesen?" tanya Jehian heran, sungguh.

Resa terdiam lalu tersenyum, menatap mata Jehian seperti tidak takut akan gender. Jehian meneguk air liur, baru kali ini ia menemui gadis yang tidak malu menatap laki-laki dengan mata sendu tapi terlihat berani itu.

"Hal-hal kecil kayak gini kalo gue nikmatin dan tetep gue inget, bisa jadi kenangan manis buat gue. Ntah itu soal makanan enak, pemandangan indah atau bahkan sekedar bau nasi goreng di malam hari waktu gue pulang jalan-jalan" Resa menghembuskan nafas sejenak. Mengambil rokok dalam tempatnya, membakar tembakau ditangannya. Jehian tetap terdiam sampai Resa melanjutkan ceritanya.

"Gue kalau lagi kalut atau sedih suka banget semprotin parfum ini dikamar gue, rasanya jadi seneng karna gue selalu inget rasa teh ini. Teh yang bikin gue jatuh cinta sama cafe ini, bukan cuma tehnya..." terdiam sejenak menyesap batang tembakau ditangannya "Lo lihat diluar sana. Banyak banget keluarga yang kelihatannya bahagia. Banyak banget pasangan yang kelihatannya terjerat dalam cinta. Tapi.... gue gak langsung percaya, karna gue yakin mereka juga punya beban, entah sama beratnya atau bahkan bisa lebih berat"

Jehian menatao gadis didepannya, mencoba mencerna kata-katanya yang sedikit sulit untuk dipahami.

"Gue seneng lihat mereka jalan-jalan atau sekedar bercanda gurau sambil makan sempol disana. Mereka terlihat bahagia, karna bebannya seakan tidak ada artinya." Jehian menatap dua remaja cantik dibawah sana. Sedang duduk berdua sembari berfoto ria, ah kenangan rupanya.

"Sama kayak gue Je. Bedanya gue suka mengenang dengan parfum atau kata-kata" kalimat terakhur sebelum ada segerombolan anak SMA duduk disebelah mereka.

Untuk selebihnya mereka berbicara tentang moral serta hak asasi manusia. Berlanjut pada mitos-mitos di Indonesia.

"PARFUM LO HARGANYA BERAPA?" tanya Jehian diatas jok sepedah motornya. Sedikit.. ah bukan sedikit tapu ia benar-benar berteriak.

"65 RIBU" jawab Resa dibelakang.

"ARTIS KOREA KOK PAKE PARFUM MURAH?" kali ini Jehian mencari pekara rupanya.

"YA HAK DIA. GUE KAN BUKAN SIAPA-SIAPANYA" nahkan benar. Tapi jawaban Resa memang benar adanya. Benar apa benar?.

Jehian tersenyum kecut atas jawaban Resa. Mengantar Resa jam sembilan malam, mungkin sampai seterusnya Jehian akan mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya tentang gadis yang mulai menarik dimatanya.

Doakan saja

JehianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang