2. Kembali

1.2K 196 10
                                    

••

Ini adalah tahun ke-3, setelah kedatangannya dan jiwanya menetap pada raga figuran ini- Joana.

Sudah tiga tahun dari bangunnya dia dengan kondisi tubuh memprihatinkan saat itu.

Dia di bawah salah satu maid atas perintah ayahnya ke rumah sakit setelahnya, diobati hingga pulih sepenuhnya sampai tulang kaki yang sempat patah tersambung kembali.

Selama proses penyembuhan, bukanlah memakan waktu yang sedikit. Dia harus rela berbulan-bulan terbaring di rumah sakit menerima berbagai pengobatan.

Dan, setelah ia pulih dia memilih keputusan yang sangat tidak mungkin diambil oleh remaja berusia 14 tahun kala itu.

Dia pergi. Memutuskan hubungan kekeluargaan dengan Ignatius. Lalu, sepenuhnya mereka lepas tangan tentang kehidupan gadis yang ditempati jiwa usia 25 tahun tersebut.

Bukan tanpa alasan Joana pergi. Dia tidak mungkin terus bertahan di keluarga asing yang penuh toxsic. Juga, dia tidak mau ikut campur pada plot cerita 'Oretha'.

Dia adalah Joana- gadis yang tidak pernah mau terikat dengan apapun. Joana yang paling mencintai dirinya dari apapun, dan Joana si ambisius yang egois.

Setelah terlepas dari ikatan toksik dengan keluarganya, berbekal tabungan Joana Ludira serta jutaan uang hasil rampokannya di keluarga itu, kehidupan Joana berjalan sesuai keinginannya.

Dia mendirikan butik, meski kecil tapi itu cukup untuk membiayai kehidupannya. Ditambah dengan uang-uang haram yang ia dapat dari mencuri rahasia gelap perusahaan-perusahaan dan dijualnya bukanlah jumlah yang sedikit.

Jika kalian pikir kehidupan sesuai keinginan yang dimaksud Joana itu tenang? Maka tidak.

Dia harus selalu waspada, karena dia adalah salah satu dari lima orang berbahaya yang paling dicari di Asia. Dia hidup dengan kejaran banyak orang tapi dia menikmati itu.

Setidaknya kehidupan ini lebih damai dari kehidupan lamanya.

Brak!

Joana melempar tablet silver yang masih menampilkan informasi orang yang berhasil menemukan lokasinya. Orang yang baru-baru ini perusahaannya menurun karena ulahnya.

Joana langsung beralih pada satu ruangan yang dimana ruangan itu adalah ruang kerjanya. Dia langsung membuka brankas yang ada di sana dan mengambil semua isinya.

Setelahnya dia duduk didepan komputer, mengotak-atik untuk menghapus semua jejaknya dan menghilangkan keberadaannya.

Setelah selesai Joana mulai menyusuri rumah minimalisnya ini. Membersihkan semua jejaknya di sini. Membakar semua benda-benda sampai tidak lagi tersisa.

Joana menghela nafas lelah. Beruntung ia memilih rumah kecil hingga membersihkannya tidak banyak memakan waktu. Dia menatap puas rumah yang sudah tidak berisi.

Kemudian joana meraih ranselnya. Ransel yang berisi berkas-berkas penting dan semua hartanya. Dia meninggalkan rumahnya. Meninggalkan kota ini untuk melarikan diri.

••

Tumit Flat Shoes coklatnya menimbulkan suara di tiap langkah yang ia ambil. Menjadi background sound untuk kehadirannya.

Gadis dengan tinggi 168 itu melangkahkan kakinya pada taksi online yang menunggu didepan bandara. Dia masuk dan kendaraan beroda empat itu akhirnya mulai melaju pada jalanan yang lumayan padat.

Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, matanya menatap keluar jendela yang memperlihatkan keadaan ibu kota setelah kepergiannya dulu, cukup banyak perubahan.

Malam ini akhirnya dia berhasil kabur, tapi tidak tau nanti. Kepindahannya menjadi pengingat untuknya agar terus waspada tiap aksi yang dia lakukan.

Iya, Joana akhirnya memilih melarikan diri ke kota kelahiran Joana Ludira. Dengan catatan bertinta tebal, untuk sebisa mungkin menghindar dari keluarganya.

Joana menajamkan mata, pada perkelahian di pinggir jalan. Mereka saling memukul tanpa peduli akan ada korban orang yang tidak bersalah disekitar.

Taksi yang ia tumpangi harus melambat karena ulah mereka yang menimbulkan kerumunan. Harus menjaga keamanan agar tidak terjadi kecelakaan.

"Anak muda jaman sekarang, bukannya belajar yang benar malah tawuran nggak jelas." Joana diam-diam mengiyakan dumelan supir didepannya ini.

"Maaf, ya, Dek. Mungkin sampainya sedikit kelamaan," ucap supir itu, memberikan pengertian pada penumpangnya ini. Hanya diiyakan oleh Joana.

Joana melirik lagi pada perkelahian yang sudah keamanan lerai. Meski begitu, terlihat masih ada saja yang saling memukul dan memaki.

"Anak-anak jaman sekarang liar-liar, ya." Joana melirik pada satu-satunya perempuan yang terlibat perkelahian tadi.

Lalu matanya langsung melotot kaget, saat dia menggeser penglihatannya pada orang yang berada di samping gadis itu.

Joana mengumpat, saat matanya dan mata orang itu bertemu. Terlihat, dia tiba-tiba berlari, yang Joana yakini menghampirinya disini.

"Joana!" Joana bisa mendengar teriakan yang memanggilnya. Dia dengan buru-buru menaikkan kaca jendela saat mobil akhirnya bisa leluasa melaju dengan normal.

Dia menghela nafas lega. Tapi tidak dengan pria yang tadi memanggil-manggil namanya.

Pria itu berlari kencang berusaha mengejar mobil yang ia lihat menumpang Joana- gadis yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Tapi, sesuai hukum alam, lajunya kendaraan bermesin sama sekali tidak bisa dikejar oleh otot-otot kaki manusia.

Dia berhenti dengan nafas yang ngos-ngosan. "Argh, sialan!" umpatnya dengan frustasi memukul udara.

Ia langsung saja berlari, kembali pada teman-temannya- tidak, dia menghampiri motornya yang terparkir di sana. Dia akan mengejar gadis itu lagi.

Kegiatannya dicegah keamanan, membuat dia langsung menyerang. Tapi tetap saja dia tidak bisa melawan, mengingat keadaannya yang babak belur dan tenaganya tersisa tinggal sedikit.

Pergerakannya dikunci, membuat dia berteriak-teriak frustasi. "Lepas sialan! Gue mau kejar dia, gue nggak mau kehilangan dia lagi!" teriaknya serak akibat dari tadi terus meneriakkan kata yang sama.

Tidak mengindahkan, petugas keamanan menyeretnya ke kerumunan teman-temannya. Dia dipaksa berlutut sama dengan yang lainnya. Dipaksa menurut oleh petugas-petugas berseragam cokelat itu.

Pada akhirnya karena susah diatur, salah satu petugas langsung melakukan sesuatu hingga kesadaran pria itu hilang. Dia pingsan.

"Philio!" Teriakan kaget dari teman-teman pria itu.

"Lo apain teman gue, bangsat!" maki salah satu di sana. Dia mau menghampiri Philio tapi pergerakannya ditahan petugas dibelakangnya.

"Jangan macam-macam. Teman kamu cuman pingsan," peringatnya.

Pada akhirnya mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan yang mereka timbulkan sendiri. Dengan ketuanya yang dibuat pingsan. Dengan kekecewaan nantinya Philio saat tau dia tidak berhasil mengejar gadis itu.

•••
T

o Be Continued

JOANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang